kebijakan: ranah baru dalam antropologi
kebijakan: sebagai suatu perangkat dari pemerintahan, harus
dipatuhi, kalo enggak akan kena sangsi
rakyat gak diikutsertakan --> kalopun iya, mesti atas
nama kepentingan tertentu --> suka dipake pemerintah agar masyarakat percaya
kalo ketetapan adalah sesuatu yang benar. cara ‘terbaik’: aturan besar untuk
lokal --> Aceh. atas namain al-Quran untuk etnis lokal
latar belakang
para ahli selalu melihat warga dialienasikan oleh penguasa
kebijakan selalu tertutup ‘dikomersialisasikan’ untuk pihak2
tertentu
kebijakan selalu di luar batas tertentu --> privat
foucault: kebijakan adalah teknologi ‘hantu’ politik. dia
selalu ada, ‘roh dalam mesin’, kita bergerak gara2 kebijakan itu
kebijakan selalu diharapkan oleh pihak2 tertentu, yang
dipengaruhi padahal belum tentu mau
kebijakan sebagai teks: pedoman untuk tindakan. padahal
setiap masy punya ini sendiri2 --> efek otda. pahami teks sebagai kaca
perilaku masy. kalo gak mau kena sanksi
sebagai kaca retorikal: hal yang menyalahkan/salah
arti/ambivalen --> hanya untuk legitimasi siapa yang benar/salah
sebagai hal yang koersif --> punya sanksi, gak ditaatin,
konsekuensinya kejebak
rumusan kebijakan/perlakuan eksternal
masalah politik --> diskursus politik --> pengetahuan
politik
language and policy discourse
antropologi jarang buat studi tentang bahasa
penting buat studi policy --> analisis dokumen kebijakan
tertulis
Aphorpe: melihat bagaimana bahasa dipakai untuk mempengaruhi
dan mengontrol audience dan dipakai di dokumen kebijakan
discourse
grillo: mencakup semua aspek organisasi linguistik di atas
level frase
seidel: cara berpikir yang mungkin tumpang tindih, menutup
cara pikir yang lain
gron & vidil: susunan ideologi yang terlampau mantap
‘politics of discourse practice?’
‘who has the power to define it?’
peran policy dalam hal ini: political agenda & pemberian
otoritas
bahasa: konstruksi sosial. bukan otonom, tapi tergantung
konteks sosiokultur
formulasi discourse baru
keyword bergeser penggunaan dan maknanya
ex: keyword ‘culture’ dari ‘agriculture’ (cultivation) ke ‘art’,
‘science’, ‘civilization’
keyword yang maknanya dominan di suatu masa
namun makna yang terdahulu bisa dipakai lagi
keyword yang labil --> mobilizing metaphors. bakal
bergeser secara penuh.
govern: pemerintah, legitimasi, menindas
Aphorpe
concern sama bahasa dan gaya penulisna dokumen dengan
penelitian kebijakan
policy = please and persuade rather than inform and describe
seidel & vidal (naming and clasifying --> di luar
ini, no way!)
fokus ke discourse
ada peran politik discourse di pembuatan kebijakan
discourse = cara khusus dalam berpikir dan berargumen yang
melibatkan aktivitas politik yaitu naming and clasifying yang meniadakan cara
berpikir yang lain
policy as cultural agent
extending hegemony over population/peoples
naturalizing particular ideology as common sense by using
public space, institution, identity
canada 125 policy (eva mackey)
progressive conservative party againts government state
coordinating private – sector sponsorship of Sanall Town
anniversary festival which would extol the virtues of being (real) canadian
intervention by disguising agents inside society to create ‘cannadianness
environment’ --> menyingkirkan non-ras kanada asli
sweddish ‘jamstaldment’ (annika rabo)
government intervention inside national identity of ‘gender
equality’ concept
operating/creating diversity in jobs for both gender
EU European Audio-visual space (cris shore)
utilizing policy for audio-visual media as an instrument for
forging large-scale social identity
integration againts foreign imperialism (USA and Japan)
kebijakan sebagai diskursus
menghilangkan identitas
mengatur baik dan buruk
mengadakan apa yang gak ada
untuk kepentingan generalisasi
kebijakan --> gak lepas dari ‘kepentingan’ (partai,
kapitalis, global, etnis, masy) --> ideal = 95% untuk kepentingan masyarakat
(bottom up)
DPR dan DPRD bisa dibeli kapitalis! --> pasal RUU bisa
lho, contohnya pasal tembakau
antropolog --> critical think --> buat siapa sih
kepentingannya??
governmentality --> hal2 yang mendukung kepentingan
pemerintah
‘tality’ --> mendukung subjek
protes Aceng --> lupa sama sejarah --> Cut Nyak Dien
ngangkang pas naik kuda
affective --> seolah bersimpati. pasti ada hidden
agenda/realpolitik.
cth politik etis (edukasi, irigasi, transmigrasi)
edukasi
Indlansche – Lagere School Ongko Loro --> SD kelas 2! gak
full ampe 6 SD!
beda mutu, jauh banget sama ‘Europese – Lagere School’
kenapa? butuh naker murah yang bisa baca tulis, biar bisa
baca norma di perusahaan (pegawai rendahan/kuli pabrik)
soal UAS: klp 5 (patron klien), 3 (desentralisasi), 6 (kebijakan),
1 (jawa)