Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Sabtu, 28 Februari 2015

Kebahagiaan di Awal Pengerjaan Skripsi: Otomotif Roda Empat, Berbagi Pengetahuan Melalui Hobi

Hai semua! Salam dan semangat buat kalian semua, buat pembaca, buat yang enggak lagi membaca ini, buat yang menyukai blog ini, dan bahkan yang termasuk... Membenci blog ini. Doa dan harapan gue setara buat kalian semua: semoga kalian sukses menghadapi dunia dan akhirat :D

Dari yang sudah lalu, seperti yang kalian baca kalian pasti tahu kalau gue membuat banyak cerita mengenai sisi gelap kehidupan personal gue. Iya, gue akui bahwa berita duka di dalam kehidupan memang tidak bisa dihindari. Gue jadi keinget khutbah Jumatan yang gue denger baru aja kemarin. Kata khotib, "Setiap manusia tidak akan lepas dari yang namanya ujian kehidupan.".

Setuju sekali, pak khotib!

Sedangkan, yang namanya ujian atau cobaan hidup pasti meliputi dua hal, yaitu suka dan duka. Nah, karena dari kemarin-kemarin gue udah banyak cerita soal duka gue di tengah pengerjaan skripsi, maka... Mulai sekarang, izinkan gue untuk membuat pos-pos yang mengungkap mengenai sisi terang alias suka citanya!

Sudah siap buat membacanya, dong?

Jadi, kebahagiaan pertama apa sih yang gue alami di saat mengerjakan skripsi? Di saat gue mengerjakan skripsi, ada kalanya gue repot dan gue memerlukan istirahat. Ada kalanya gue harus menghela napas terlebih dahulu setelah capek-capeknya mengerjakan ragangan skripsi. Ada kalanya gue harus menyerah buat sementara untuk terlebih dahulu setelah lelahnya mengerjakan latar belakang skripsi. Ada kalanya gue harus angkat tangan sebentar... Setelah lelahnya memikirkan dengan cermat soal kritik yang membangun dari Ibu Prof. Yasmine Z. Shahab.

Nah, di saat gue mengistirahatkan badan dan jiwa yang kelelahan itu...
Gue memutuskan diri ini untuk menengok lebih banyak mengenai otomotif roda empat. Ada dua hal besar yang akan gue bicarakan di dalam otomotif roda empat alias urusan permobilan, yaitu:
1. Kemegahan kelas sedan
2. Adrenalin di dalam kelas sedan alias auto-sport.

Pertama, mari yuk kita bicarain mengenai kemegahan kelas sedan. Kelas sedan merupakan kelas mobil yang memiliki ride height paling rendah alias paling ceper. Coba aja bandingin sama kelas lainnya kayak Multi Purpose Vehicle dan Truk, beda banget kan tingginya? Ibaratnya itu, dengan lo naikin sedan, maka diri lo makin dekat dengan tanah dan aspal. Ada berbagai jenis sedan yang dibagi berdasarkan bentuk dan pengertiannya (klasifikasi ini berdasarkan yang gue amati secara mandiri, sih. Kalau enggak setuju sama sekali ya silahkan aja), yaitu:

1. City Compact, yaitu sedan berukuran kecil yang ditujukan untuk menyusuri kota dengan pengeluaran bensin yang irit. Contohnya Toyota Yaris, Daihatsu Ayla, Honda Fit/Jazz, Mini Cooper, MG TF, Renault Clio Sport, Ford Fiesta Zetec S, dan sebagainya

2. Subcompact, yaitu sedan berukuran sedang yang tujuan juga sama dengan city car tetapi dengan pengeluaran yang agak lebih boros dan memiliki gengsi yang lebih tinggi daripada city car. Contohnya, Toyota Chaser/Corona, Toyota Corolla SEG 1.6,  Toyota Corolla Altis, Toyota Vios, Honda Civic Si, dan sebagainya

3. High Prestigious Saloon, yaitu sedan berpintu empat yang memiliki ukuran paling panjang di antara sedan lainnya, berpengeluaran paling boros, dan harga yang begitu mahal akibat menang di urusan gengsi. Contohnya, Porsche Panamera, Maserati Quattroporte, Maserati Ghibli, Bugatti Galibier, Nissan Teana, Toyota Crown, Toyota Camry, Honda Accord, Volvo S60, BMW 720i, Mercedes-Benz CLS 550 AMG, Cadillac CTS-V, dan Aston Martin Rapide S

4. Coupe atau Grand Tourer Sport, yaitu sedan berpintu dua yang memiliki indeks performa paling tinggi di antara sedan lainnya. Alat ukur performa tinggi itu terletak di kecepatan wajar si Coupe ata GTS ini, yaitu 150 kpj. Jadi, mobil yang seperti ini wajarnya ditekan hingga pada kecepatan demikian, kalau tidak akan menimbulkan berbagai kerusakan seperti minyak kopling yang cepat habis, bensin yang berkurang lebih daripada biasanya (jadi kalo diajak pelan malah lebih boros gitu), mesin cepat panas, dan sebagainya. Ada tiga jenis Coupe atau GTS berdasarkan muatan tempat duduknya, yaitu:
a. 2+2 Coupe, yaitu Coupe/GTS yang walaupun cuma punya dua pintu tapi dia ada kursi tambahan belakang untuk dua orang dewasa. Contohnya Toyota GT 86, Subaru BRZ, Scion FR-S, TVR Cerbera 4.5, Mazda RX-7 FD3S Spirit, Lotus Evora, dan sebagainya
b. 2 Coupe, yaitu Coupe/GTS yang memang hanya punya dua tempat duduk saja. Contohnya McLaren MP4-12C, Ferrari 458 Italia, Lamborghini Gallardo 560-4, Street and Racing Technology Viper SRT-10 American Club Racing, BMW M3 GTR E92 ALMS, Mercedes-Benz C63 AMG, Ford GT, Chevrolet Corvette C7 Stingray, Honda NSX, Honda Sport Velocity, dan sebagainya
c. Unique Coupe, yaitu Coupe/GTS yang memiliki tiga tempat duduk. Posisi supir berada di tengah, sedangkan masing-masing dua penumpang berada di kiri dan kanan supir. Contohnya McLaren F1.
Lalu, ada tujuh jenis GTS yang berdasarkan indeks performa dan kecanggihan teknologi yang dimilikinya, yaitu:
a. High Performer Street Class, yaitu GTS yang memiliki performa paling rendah di antara GTS lainnya. Rata-rata kecepatan maksimalnya hanya berkisar sekitaran 250 kpj, percepatan sekitar 6-8 detik dari 0-100 kpj, dan tenaga kuda sekitaran 300 HP. Contohnya ialah beberapa GTS yang dimiliki Jepang (disebut Japanese Domestic Market. Bukan gue merendahkan otomotif Jepang sih, tapi JDM Cars itu memang terletak di sportiness-nya, bukan pada racing-nya. Sportiness itu maksudnya punya performa yang cukup ciamik tetapi tetap aman kalau dipakai di lalu lintas secara legal. Sedangka, racing itu kebalikannya, performa lebih tinggi tetapi kurang aman kalau dipakai di lalu lintas.) seperti Nissan 350 Z (Z33), Nissan Skyline GT-R BNR 34, Subaru Impreza WRX-STi. Ada juga sih beberapa mobil selain JDM yang masuk ke dalam kategori ini seperti Lancia Delta HF Integrale, Opel Calibra, Lotus Elise 111R, dan sebagainya
b. High Performer Racing Class, yaitu GTS yang memiliki performa sedang di antara GTS lainnya. Rata-rata kecepatan maksimalnya berkisar pada 300 kpj, percepatan sekitar 4-5 detik dari 0-100 kpj, dan tenaga kuda sekitaran 400 HP. Contohnya ialah beberapa GTS yang dimiliki Amerika (disebut American Muscle Cars. Ini juga bukan karena gue mau bikin propaganda kalau mobil Amerika itu lebih baik daripada Jepang. Akselerasi lebih baik karena budaya balap otomotif Amerika adalah Drag Racing, yaitu balapan lurus. Makanya, tenaga kudanya gede-gedean biar RPM-nya bisa ditekan semaksimal mungkin. Tapi, kelemahan dari Muscle Car itu... Handlingnya... Traction Control System dan Active Stability Management-nya paling kurang, lebih buruk daripada JDM. Karena sifat racing-nya lebih menonjol daripada sportiness-nya, makanya agak bahaya kalo dipake di jalanan. Makanya, kalo mau tetep gengsi tapi aman ya mendingan pilih aja JDM. Sekali lagi, cuma saran aja lho, bukan propaganda.) seperti Ford Mustang Boss, Chevrolet Corvette ZR-1, dan Infinite G37. Contoh selain muscle cars itu... Bentley Continental GT, Maserati Gran Turismo, BMW Z4, dan sebagainya
c. Grand-Super Sport Class, yaitu GTS unik yang memiliki performa cukup tinggi. Walaupun kecepatan, percepatan, dan tenaga kudanya kurang memadai, tetapi ada dua hal yang unik yang cuma ada di Grand-Super Sport... Dua hal itu ialah desain yang tidak memiliki atap dan performa handling yang sangat-sangat baik! Contohnya ialah KTM X-Bow, Radical SR8 RX, Caterham Superlight R500, dan Ariel Atom
d. Green Technology Class, yaitu GTS unik yang memiliki teknologi listrik sepenuhnya. Bisa dikatakan bahwa performa kelas ini paling rendah, bahkan lebih rendah daripada High Performer Street Class. Karena, tenaga listrik merupakan tenaga tunggal yaitu automatic transmission edition only. Iya, jadi cuma ada tiga gigi, yaitu maju, mundur, dan netral. Contohnya ialah Fisker Karma Eco-Sport, Tesla Roadster, Tesla Model Signature S, Mitsubishi i-Miev, dan Toyota Prius
e. Supercar Class, yaitu GTS yang memiliki performa tinggi. Rata-rata kecepatan maksimalnya berkisar pada 350 kpj, percepatan sekitar 3 detik dari 0-100 kpj, dan tenaga kuda sekitaran 500-600 HP. Contohnya ialah Lamborghini Reventon, Lamborghini Aventador, Pagani Zonda F, Pagani Huayra, Ferrari 430 Scuderia, Noble M600, Gumpert Apollo, Maserati Corsa MC12, dan sebagainya
f. Hypercar Class, yaitu GTS yang memiliki performa paling tinggi yang legal berada di lalu lintas. Rata-rata kecepatan maksimalnya berkisar pada 390 kpj, percepatan sekitar 2 detik akhiran dari 0-100 kpj, dan tenaga kuda sekitaran 700-900 HP. Contohnya ialah Porsche 918, McLaren P1, Ferrari LaFerrari, Koenigsegg One, Lamborghini Sesto Elemento, Koenigsegg Regera, Bugatti Veyron Grand Sport Vittesse 16.4, SSC Ultimate Aero T, dan sebagainya. Ciri unik yang paling mencolok di Hypercar ini ialah adanya teknologi hibridasi antara teknologi mesin dengan teknologi listrik
g. Grand Tourer Experimental (GTX), yaitu GTS yang memiliki performa paling tinggi dan ilegal berada di lalu lintas. Maka, pemakaiannya hanya dapat dilakukan pada sirkuit lokal atau sirkuit percobaan saja. Rata-rata kecepatan maksimalnya berkisar pada 350 kpj, percepatan sekitar 1 detik akhiran dari 0-100 kpj, dan tenaga kuda sekitaran 800-1000 HP (Oh My Fucking God!! ~_~ ). Contohnya ialah Pagani Zonda R dan Ferrari FXX.

Haahh... *ngiler*.

Dan, percaya enggak percaya, semua hal itu gue omongin kerap ketika sedang berbicara di Facebook maupun di kehidupan sehari-hari. Enggak jarang juga gue dapetin pengetahuan itu lewat berbagai media sosial seperti BrianZuk, Shmee 150, McLaren Talk, Blancpain SRO FIA GT Series, 24 Hours of Le Mans Series, SSCA Can-Am Challenges, Japanese Super GT Series, XCar Reviews, Top Gear, dan Best Motoring International. Jadi, bisa dikatakan bahwa gue hampir menonton semua auto-sport kecuali kelas Formula (dari Formula One, A1GP, Formula Nippon, hingga Formula Drift), kelas Superstar Touring, dan kelas dirt trial atau World Rally Championship (WRC). Gue juga enggak begitu menyimak media sosial lain buat urusan fotografi dan prestige seperti Gumball. Padahal, ada sih beberapa yang menarik perhatian seperti Purrari-Ferrari 458 Italia Nyan Cat. Haha! Untung aja suara mesin Kuda Jingkrak-nya enggak kayak suara kucing a la Hatsune Miku!! X"D.
(eh, no offense buat Gumball dan fans-nya lho.)
Bahkan, gue juga bisa mencoba beberapa mobil yang gue sebutin di atas melalui games seperti Forza Motorsport 3, Forza Motorsport 4, Gran Turismo 1, Gran Turismo 2, Gran Turismo 6, dan Need for Speed Shift 2: Unleashed. Melalui simulasi Logitech G27, misalnya, dan dengan game yang kompatibel seperti Gran Turismo 6 gue bisa menikmati bagaimana akselerasi super bernama "Seamless-Shift" McLaren MP4-12C bisa bekerja dengan baik. Luar biasa. Hebat banget si McLaren ini. Pantesan aja dari dulu hingga sekarang gue cinta banget sama McLaren. Tapi, kalau pembaca enggak suka atau bahkan benci sama McLaren ya terserah, lho :p .

Sebenernya, gue enggak punya rencana buat mengoleksi mobil sekalipun kecintaan gue terhadap dunia otomotif tak bisa dibendung lagi. Tetapi, kalaupun gue disuruh memiliki sebuah mobil kelas sedan, nah... Percaya enggak percaya, gue punya sama rencana itu. Nah, kenapa gue pengen milih sedan? Karena, gue paling suka sama sedan. Itu yang pertama ya, yang kedua... Karena gue ngerasa bangga kalau-kalau gue bisa membawa keluarga gue jalan-jalan dengan sedan. Ada rasa bahagia ketika gue bisa membawa keluarga gue pergi bertamasya dengan sedan. Ada empat mobil idaman yang ingin gue miliki, yaitu:
1. Toyota Camry
2. Honda Accord
3. BMW 320i
4. Mercedes-Benz C200, Uaahh! Merci-licious!! X"D
(urutan ini berdasarkan cita-cita hingga impian. Ibaratnya, yang nomer satu itu yang paling 'miskin', dan yang nomer terakhir itu yang paling 'megah'.)
Nah, gue bakal milih satu. Iya, cuma salah satu aja di antara keempat mobil itu. Jadi, kalau gue (misalnya) udah punya Camry, maka gue gak bakal membeli mobil-mobil yang lainnya. Bukan apa-apa, pajak-nya gede, boss. Terus juga, biaya perawatan alias maintenance-nya juga enggak karuan. Selain itu, gue juga mesti tahu diri. Kan gue ceritanya bakalan jadi dosen sama peneliti. Iya, enggak etis aja sih kalau gue punya banyak mobil mewah apalagi tipe sedan kayak gitu. Takutnya ada berbagai macam stigma yang muncul dari masyarakat. Bisa aja lho masyarakat mikir, "Eh, si Ardi kan Profesor (Aamiin!!) dari Antropologi Universitas Indonesia (Aamiin!!!).... Kok hidupnya glamor amat ya? Kok dia punya banyak mobil ya? Lihat deh, di bagasinya ada banyak mobil mewah kayak Camry, Accord, 320i, sama C200. Gila, empat-empatnya emang buat apaan aja sih? Palingan satu buat istri, satu buat anak, satu buat dirinya sendiri, dan satunya buat pajangan alias gengsi aja? (Jangan diaminin!!!! ~_~).".
Iya, karena masyarakat Indonesia, dan media sosial Indonesia suka bikin gosip yang enggak bener. Gue khawatir kalau suatu saat gue jadi orang yang penting... Eh, tiba-tiba aja gue diomongin dari belakang terutama mengenai harta benda kemewahan yang gue miliki.. Kalau itu terjadi, ya... Gue mesti ngapain, dong!?
Makanya, gue putuskan. Kalaupun mau punya mobil, mendingan cuma punya satu aja.

Jujur, alangkah beruntungnya diri gue ketika memiliki hobi seperti yang demikian. Tanpa adanya otomotif.. Tanpa adanya sedan, apa yang mesti dibicarain lagi? :o

Omongan kedua adalah adrenalin di dalam auto-sport. Alias di dunia balapan, dengan media berkendaranya ya kelas sedan itu sendiri. Jujur, gue sih rela-rela aja mencoba menekan (push hard) semua kelas sedan yang tadi gue omongin. Tapi, di antara semuanya, ya gue paling suka sama GTS. Tentu saja, dengan catatan bahwa gue menekan mobil-mobil super cantik itu di dalam sirkuit. Ibaratnya itu, mobil cantik yang demikian emang berhak manggung di sirkuit aja, sih. Sama aja kayak Idol JKT48 berhak manggung di Senayan sana. Kalau mobil cantik manggung di jalan raya, sama aja kayak Oshi yang manggung di rumah penduduk. Ya enggak pantas aja dan enggak adil aja sih kalau hal itu terjadi.
(buat para pengidol JKT48 dan yang sejenisnya, no offense buat kalian lho. Begitu juga buat pihak JKT48 itu sendiri, ya no offense lho. Cuma bermaksud buat bikin analogi aja. Karena bagi petrolhead macam gue, mengidolakan mobil itu sama aja kayak mengidolakan seorang Oshi. Kalau enggak setuju ya silahkan.)

Dan.. Haduh... Jikalau ada rejeki... Gue pengen banget mencoba menekan beberapa mobil GTS yang gue kenal dari jauh... Seperti:
1. Mazda RX-7 FC3S Spirit. Gue pengen banget dengerin keunikan suara rotarinya!
2. McLaren F1. Gue pengen banget ngerasain sensasi menembus kecepatan 350 kpj melalui teknologi retro. (teknologi retro = tahun 1880-1999)
3. McLaren P1. Gue pengen banget ngerasain sensasi E-Mode dan Race Mode-nya si Hypercar ini... Sama, ada berbagai fitur lain yang bikin gue salut kayak Boost-Mode, Instant Power Assist System (IPAS), Drag Reduction System (DRS), dan Kinetic Energy Recovery System (KERS). Wah, kalau gue kendalikan P1, pasti berbagai sistem itu bisa gue nikmati sepuas mungkin! Semua itu teknologi canggih yang dapat membantu agar P1 bisa menghasilkan performa sangat tinggi. Sedangkan, teknologi ini kan teknologi modern, hehe. (teknologi modern = tahun 2000 - ????)

Di mana gue pengen coba semua mobil itu? Ada banyak sirkuit alias tempat manggung yang ingin gue kelilingi, yaitu:
1. Sirkuit Sentul, Indonesia
2. Sepang Circuit, Malaysia
3. Marina Bay Street Circuit, Singapura
4. Autopolis, Jepang
5. Yas Marina Circuit, Uni Emirat Arab
6. Dubai Autodrome Circuit, Uni Emirat Arab
7. Silverstone Circuit, Inggris
8. Brands Hatch Circuit, Inggris
9. Willow Springs, Amerika
10. Daytona, Amerika
11. Mazda Laguna Seca Raceway, Amerika
12. Road America, Amerika
13. Paul Ricard High Tech Test Track, Prancis
14. Brno, Republik Ceko
15. Circuit de-Spa Franchorchamps, Belgia
16. Circuit de la Sarthe II, Prancis
17. Nurburgring GP, Jerman
18. Nurburgring Nordschleife, Jerman.

HUA! BANYAK AMAT, YA!?

Dan kalau emang rejeki gue enggak ada habisnya... Gue pengen banget...
Mencoba semua GTS yang ada di dunia ini.. Tentu saja, di semua sirkuit yang udah tadi gue sebutin itu. Mungkin, dengan beberapa kesempatan sama alternatif juga boleh. Misalnya, kalo di Nurburgring kan sponsornya BMW tuh. Denger-denger, pengendara yang mau melakukan keliling sirkuit itu boleh menyewa mobil yang disediakan oleh BMW, seperti BMW M4 Performance. Tahu deh bener apa kagak. Kalo bener, ya gue pengen banget! Rasanya bergengsi banget lah kalo bisa nyobain BMW di Nurburgring!! X"D

(nb: kalau rejeki, ya! Kalaupun emang kagak rejeki juga ya enggak apa-apa sih!)

Oke. Mengenai auto-sport. Here we go, to the highest stake of adrenalin we go!
Sebelumnya gue jelasin dulu mengenai apa yang dimaksud dengan balapan mobil. Balapan mobil merupakan olahraga yang unik. Ia membutuhkan pesertanya agar bisa menekan mobil semaksimal mungkin. Karena, asumsinya ketika suatu GTS ditekan semaksimal mungkin, maka ia sudah berada di dalam kondisi yang paling cantik. Makanya, enggak heran kalau orang yang suka menonton berbagai macam event sejenis ini kayak FIA GT Series dan 24 Heures Du Mans GTE Pro sering banget ngomong, "This event is a real porn... A supercar porn that will be sexier than the mainstream porn itself!".
Yup. Iya, berarti analoginya emang bener. Ibaratnya itu, GTS idaman itu sama aja kayak Oshi atau Idol. Karena, GTS itu memiliki bentuk yang indah, maka Oshi juga punya bentuk yang indah (ehem!!). Maksudnya, bukan erotis atau seksualistik sih. Tetapi, indah secara literal. Jadi, kita bisa memujinya dengan sebutan 'cantik', 'manis', 'seksi', dan sebagainya. GTS juga memiliki suara yang indah, maka Oshi juga punya suara yang indah. Ketika GTS dimodifikasi sesuai aturan homologation, suaranya makin indah. Sama saja ketika Oshi disuruh latihan buat nyanyi, maka suaranya dia makin indah dan makin cakap untuk bernyanyi. Jadi, mendengarkan garangnya suara homologated GTS di sirkuit itu sama aja kayak mendengarkan merdunya suara Oshi. Agar makin cepat dan lincah, homologated GTS juga perlu mengalami pengurangan berat badan (weight reduction). Sama kayak Oshi yang perlu melakukan diet agar tubuhnya bisa menari-nari seluwes mungkin. Homologated GTS punya sistem manajemennya sendiri-sendiri sesuai dengan tim. Sama juga kayak Oshi yang mana ia punya manajemen sendiri di setiap timnya alias grup-grup kecil. Homologated GTS itu perlu dikasih cat (paint vinyl), sayap-sayap (rear downforce dan front downforce) yang bagus agar ia semakin cantik. Karena, balap mobil juga menyangkut mengenai kesenian, yaitu keindahan yang memamerkan secara implisit mengenai ketangguhan masing-masing tim. Satu lagi, sayap-sayap itu juga berperan vital di dalam meningkatkan gaya gravitasi GTS agar ia bisa berbelok nukik dengan cepat tetapi aman - stay on the ground lah alias terhindar dari jungkir balik. Sama seperti Oshi yang perlu dikasih baju dan make up yang sepantasnya agar ia bisa terlihat menawan di atas panggung, betul? Mudah-mudahan gue enggak salah ngomong, ya.
Iya... Ibaratnya itu... Ngomongin keindahan GTS itu sama aja kayak ngomongin keindahan wanita idola.... Masing-masing dari kita memiliki idolanya sendiri-sendiri, sama aja kayak kita memiliki mobil impian masing-masing. Walaupun semua orang ngomong kalau idola terrsebut merupakan idola yang jelek (no offense ya! Cuma contoh aja!), tapi yang namanya dukungan ya tetap aja dukungan. Maksudnya, walaupun orang lain begitu rajin mengejek sang idola kita, kita tetap saja bersikukuh mendukungnya, kan? Peduli setan amat sama kata orang!? Sama kayak kita mengidolakan mobil impian kita. Walaupun banyak orang yang mengejek GTS idola kita, tapi kita tetap menyukainya, kan? Misalnya favorit gue aja deh, si McLaren MP4-12C. Walaupun banyak yang ngomong kalau 12C ini mesinnya gampang meledak dan desain interiornya yang kurang bagus, tetapi ya terserah aja apa kata mereka. Ya enggak? Walaupun minusnya banyak, tetapi poin plus dari 12C juga banyak, kok. Misalnya, akselerasinya yang sangat mantap (sangat berguna buat drag dan slipstream) dan traction control-nya yang sangat baik (karena ini bermanfaat buat unggul di sirkuit yang relatif datar/lurus dan hujan). Oke? Jadi dukunglah mobil impian kita tanpa menjatuhkan mobil impian orang lain. Mesti sportif dong. Seriusan deh... ;)
(sekali lagi, kalau enggak setuju ya silahkan. Kalau dipikir dan dirasa kalau tulisan tersebut juga terlalu vulgar alias enggak sopan sama sekali ya juga silahkan. Gue mohon maaf atas kekhilafan itu. Maklum, imajinasi yang ada di pikiran gue begitu minimal.)
Yep. Gambar porno terbaik yang pernah gue lihat ialah mobil yang udah dimodif sebaik mungkin. Dan modifikasi itu sebisa mungkin berada di dalam kuasa hukum, jadi istilahnya legal, gitu.
Olahraga ini juga punya adrenalin yang cenderung lebih tinggi daripada rata-rata olahraga lainnya. Mengapa? Karena kecelakaannya kerap merenggut nyawa pesertanya. Atau juga, karena kecelakaannya kerap membuat trauma baik fisik maupun psikis pesertanya, sekalipun untungnya (Alhamdulillah sekaligus Innalillahi) nyawa si peserta masih selamat.
Di dunia balap mobil ini, kita enggak akan tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah kita akan memenangkan pertandingan ini? Akankah kita akan sampai ke lingkupan podium (maksudnya juara 1 hingga 3)? Apakah kita bisa melewati belokan ini? Kalau setelah belokan ini kita malah jungkir balik dan meledak, terus gimana!? Apakah kita bisa mencapai garis 'finish' tanpa suatu kekurangan apapun? Apakah kita bisa membuat penonton puas terhadap aksi yang kita lakukan?
Jujur aja, semua itu menjadi perasaan tiap diri pebalap yang sedang beraksi manggung di setiap sirkuit kesayangan para pemirsanya. Lho? Kenapa gue bisa tahu? Gue bisa tahu karena gue sering banget mainin beberapa game simulasi balap seperti yang telah gue sebutkan di atas. Walaupun cuma 'sekedar' simulasi, tetapi seenggaknya simulasi itu begitu immersive. Dalam artian, gue jadi tahu betul secara enggak langsung mengenai rasanya menjadi pebalap mobil.

Speaking of which...

Ada tiga hajat GT (Gran Turismo - balapan legal yang mempertandingkan GTS) yang gue suka tonton, yaitu:

1. FIA GT1 Series. Gue tahu ini (jujur aja) dari main Need for Speed: Shift 2 Unleashed. Dari sini juga gue makin tahu beberapa GTS yang luar biasa dan mampu menembus aturan modifikasi (aturan modifikasi ini disebut juga dengan homologation), yaitu Chevrolet Corvette C6R Mad Croc Racing dan Phoenix Team, Aston Martin DBRS9 Young Driver AMR, Matech Ford GT, Nissan GT-R, Audi R8 Ultra LMS WRT Belgian Team, Ferrari 458 Italia AF Corse "Racing with Ferrari" Team, McLaren GT MP4-12C Sebastian Loeb Racing Team, Mercedes-Benz SLS AMG Hexis, BMW Z4 Vita4One, Lamborghini Murcielago R-SV Reiter Engineering, Nissan GT-R Sumo-Power Great Britain Team, dan... Sebuah mobil dan tim terbaik yang pernah memenangkan FIA GT1 Series, yaitu... Maserati MC12 GT1 Vita Phone. Jujur aja, kalo dari mobil gue memfavoritkan McLaren 12C dan Maserati MC12.
(by the way, kalo ada yang enggak kesebut jangan marah, ya. Maafkan atas kekhilafan gue. Maklum, gue masih belajar. I'm still learning, you know :o)
Nah, dari event ini juga gue jadi tahu beberapa pebalap yang begitu jago di dalam menekan mobilnya semaksimal mungkin. Beberapa di antaranya ialah Andrea Bertolini, Marc Basseng, Jamie Campbell-Walter, Stephane Orthelli, Sebastian Loeb (bukannya dia jadi pebalap rally, ya? Iya, tapi dia juga sempet masuk ke FIA GT1 Series dengan mobil McLaren 12C!), Romain Grosjean, Oliver Gavin, Albert Von Thurn Und Taxis, dan sebagainya. Sekali lagi, yang enggak kesebut gue mohon maaf, karena gue juga menghormati sisa-sisanya

Nah, intinya grup GT1 ini merupakan grup yang paling bergengsi di antara yang lainnya. Buat gambaran aja soal kenapa grup ini paling bergengsi, ya karena aturan homologation-nya yang membuat indeks performa GTS yang ikut di dalam hajat ini paling tinggi dibandingkan dengan kelas lainnya. Ingat... Semakin tinggi indeks performa suatu mobil, maka ia semakin kencang. Semakin kencang... Maka... Semakin sulit untuk dikendalikan. Karena, risiko kecelakaan mobil itu berbanding lurus sama tinggi performanya. Iya, jadi semakin tinggi indeks performa suatu mobil, maka risiko kecelakaannya semakin besar. Nah, emang ada kelas di bawah GT1? Ada! Nih, gue sebutin beberapa lagi di bawah

2. Group GT2 LM Edition (GT2 LM Edition = Grup GTS yang memiliki aturan homologation yang dapat diajak untuk balapan seharian penuh. Jadi, ia memiliki daya tahan yang kuat apabila diajak kebut-kebutan dalam waktu yang relatif lama. Indeks performanya berada di tengah-tengah, yaitu antara GT1 dan GT3. Jadi, performanya dia berada di bawah GT1.), terutama mengacu kepada 24 Heures Du Mans. Ini merupakan hajat balapan ketahanan 24 Jam (hah!?) alias seharian penuh di Circuit de la Sarthe II, Prancis. Nama lainnya adalah 24 Hours of Le Mans Endurance Series. Ajang ini juga merupakan ajang ketahanan 24 jam paling bergengsi di seluruh dunia karena berada di dalam kelas dunia. Ada beberapa ajang balapan ketahanan yang lainnya tetapi hanya berlaku pada skala level benua seperti Blancpain Endurance Series, American Le Mans Series, dan Asian Le Mans Series. Hajatan ini juga memiliki empat pembagian kelas, yaitu Le Mans Prototype 1 (LMP 1), Le Mans Prototype 2 (LMP 2), Grand Tourer Endurance Pro (GTE Pro), dan Grand Tourer Endurance Amateur (GTE Am). Nah, kelas LMP itu indeks performanya berada di antara kelas Formula One dan GTE. Jadi, mari kita lupakan sejenak soal LMP, karena mereka enggak masuk kepada homologated GTS. Yang masuk ke dalam homologated GTS ialah kelas GTE. Nah, gue sih belum nonton sepenuhnya soal kelas GTE ini. Tapi, ada beberapa mobil yang gue kenal seperti Ferrari 458 Italia AF Corse "Racing With Ferrari", Chevrolet Corvette C.6.R  Phoenix Team Racing, Aston Martin DBRS9 GT2 Gulf AMR, dan Porsche 911 GT Cup (ini gue enggak tahu tim siapa aja. Pokoknya banyak banget deh yang pake Porsche). Intinya, hajat ini merupakan hajat yang dapat 'membunuh' waktu begitu besar. Karena seharian penuh, kalaupun kita nonton pukul 06.00 WIB, maka palingan baru bisa selesai esokan harinya pada pukul 06.00 WIB juga. Namanya juga balapan ketahanan 24 jam gituloh! Oh iya, jujur aja gue pertama kali mengenal hajat ini dari game yang bernama Gran Turismo 1 dan Gran Turismo 2. Di situ seringkali muncul beberapa JDM versi LM kayak Mazda RX-7 A Spec LM Edition, Honda NSX GT2 LM, TVR Cerbera LM Edition, dan sebagainya. Dan... Kemampuan mereka bukan main... Gue sering banget menang main di game itu kalau memakai beberapa mobil edisi LM tersebut!

3. Japanese GT Series. Kalau jaman dulu namanya Japanese all-Grand Tourer Championship (JGTC). Ada dua kelas yang ditawarkan di dalam ajang ini, yaitu GT500 dan GT300. Nah, Kedua kelas ini merupakan kelas yang indeks performanya berada di bawah GT3 dan skala-nya hanya terbatas berada di Benua Asia saja. Jadi, bukan kelas dunia, sih. Maaf, bukan maksudnya gue merendahkan kelas ini, lho. Kelas ini juga enggak kalah serunya. Yang bikin seru dari kelas ini ialah dinamikanya. Di kelas ini sering banget terjadi susul-susulan. Beda banget sama kelas GT1 dan GT2 yang begitu ketat, ya saking ketatnya ampe-ampe kalau mau susul-susulan ya juga susah! GT500 punya indeks performa yang lebih tinggi daripada GT300. Seinget gue, GT500 itu mesti punya maksimal tenaga kuda sebesar 550 HP, sedangkan GT300 itu maksimal 450 HP. Anggep aja, kalau GT500 ini didominasi oleh Supercar yang memiliki 550 HP kayak Honda Sport Velocity Weider Team (default. Mobil ini emang khusus buat diajangkan di GT500 kok. Jadi, mirip sama Maserati MC12 GT1 yang khusus buat diajangkan di FIA GT1), Honda NSX Concept, dan Lexus RC-F.
Nah, kalau GT300 itu didominasi sama High Performer Sport Class-nya Jepang kayak Toyota GT86, Subaru BRZ, Subaru Impreza GT300 Edition, dan Autobacs ASL Garaiya. Uniknya, cerita tidak berhenti hingga di situ. Masalahnya, ada beberapa supercars yang masuk ke dalam kelas ini dan mengalami down grade akibat homologation yang dianjurkan oleh GT300 ini. Beberapa di antaranya ialah McLaren GT300 12C Syntium (downgrade, dari 620 HP jadi 450 HP), Lamborghini Gallardo GT300 Manepa Team (downgrade, dari 562 HP jadi 450 HP), Aston Martin DBR9 GT300 WAKO's Exe Team (downgrade, dari 510 HP jadi 450 HP), Porche 911 GT3 Cup Otonokizaka (iya!! Itu sekolahnya Honoka Kousaka dan kawan-kawan! Bagi yang tahu Love Live! School Idol Project... Porsche ini paint vinyl-nya anime itu lho!! Haha, team ngidol ini! XD. Mengalami downgrade dari 560 HP jadi 440), BMW Z4 GT300 Goodsmile Company Hatsune Miku (satu lagi tim balap yang ngidol haha X"D. Tapi sih yang satu ini mengalami upgrade dari 334 HP jadi 412 HP :o ) dan bahkan... Satu mobil yang mengejutkan yaitu... Toyota Prius GT300 OGT Panasonic Team (upgrade, dari 134 HP jadi 397 HP)...
(Toyota Prius masuk GT300!? Jepang memang 'sesuatu banget' ya!! X"D)
Gue juga jadi kenal sama beberapa pebalap Jepang yang berkompetisi di ajang ini seperti Kohei Hirate, Katsuyuki Hiranaka, Masataka Yanagida, Hideto Yasuoka, Nobuteru Taniguchi, dan Hiroki Katoh. Gue juga jadi kenal sama beberapa pebalap asing yang berada di kompetisi skala Asia ini seperti Lucas Ordonez (lulusan Gran Turismo Academy Eropa buat pertama kalinya), Michael Krumm (istrinya bernama Kimiko-Date Krumm yang merupakan petenis nasional Jepang), Tim Bergsmeister, Johannes Stuck (sering berada di kompetisi yang jarang gue tonton, yaitu GT3. Tapi, nama dia sering muncul di Shift 2: Unleashed, lho), Andrea Caldarelli, Frederic Makowiecki (sering berkecimpung di dunia GT1 dan GT3), dan Ronnie Quintarelli.
Iya, itu belum semuanya lho. Harap maklum, karena gue baru nonton sebagian dan gue masih belajar. I'm sorry for being such noob :"( .

Nah... Sekarang mari kita omongin sebentar mengenai hubungan antara games dengan otomotif. Kali ini gue cuma mau omongin soal Gran Turismo Series dan Need for Speed: Shift 2 Unleashed aja, ye. Di sini gue cuma mau berbagi mengenai mobil favorit yang biasa gue pake di berbagai game itu. Sudah siap?

Pertama-tama, buat Gran Turismo 1 dulu, deh.

1. Kalau buat kelas pemula, gue menjagokan Toyota Corolla AE 86 Sprinter Trueno. Sebenernya gue enggak ngefans sama Takumi dari Initial D, sih. Tapi, gue memilih mobil ini karena cenderung gampang untuk dikendalikan. Ibaratnya itu, mobil ini sangat cocok bagi pemula
Toyota Corolla AE 86 Sprinter Trueno
Stats (nilainya dari 0 hingga 10)
Kecepatan: 4.5
Percepatan: 4.5
Belokan: 6.7
Stabilitas: 5.9
Rem: 6.4

2. Buat kelas sedang, gue menjagokan Nissan Silvia S15 LM Edition. Nissan Silvia merupakan mobil yang sangat cocok bagi pemula. LM Editionnya ini begitu bersahabat pula bagi kaum intermediate karena handling-nya yang luar biasa. Kelemahan utama dari mobil ini ialah power-nya yang kurang
Nissan Silvia S15 LM Edition
Stats
Kecepatan: 7.1
Percepatan: 8.2
Belokan: 8.8
Stabilitas: 9.1
Rem: 8.9

3. Buat kelas advance, gue menjagokan Mazda RX-7 A-Spec LM Edition. Mesin rotari ini merupakan mobil yang sangat cocok bagi kelas intermediate menuju kelas profesional. Karena, handling-nya sangat bagus dan presisif serta dengan tenaga yang lumayan. Sebenernya, tenaganya biasa-biasa aja. Tapi, karena terkena aturan homologation, mobil ini jadi mengalami upgrade horse power. Dia mengalami pendongkrakan dari 256 HP jadi 590 HP. Kelemahan dari mobil ini ialah cenderung boros bensin dan agak kurang stabil karena traction control-nya buruk (mesti hati-hati kalau lagi belok, jangan sampai salah masang gigi). Mobil yang cocok buat pebalap yang presisif
Mazda RX-7 A-Spec LM Edition
Stats
Kecepatan: 8.6
Percepatan: 8.9
Belokan: 9.0
Stabilitas: 7.5
Rem: 8.2

4. Buat kelas dunia, gue menjagokan TVR Cerbera LM. Karena mobil ini memiliki distribusi berat tubuh yang seimbang, maka handling-nya sangat enak! Tenaga kudanya juga baik sekali, ditambah ia mengalami upgrade dari 350 HP menjadi 591 HP akibat homologation-nya GT2. Pokoknya, dapat dikatakan ini merupakan mobil yang terbaik yang pernah ada di Gran Turismo 1! Lupakan soal Mitsubishi FTO LM Edition, Mitsubishi GTO LM Edition, Nissan GT-R R34 Skyline LM Edition, hingga Acura NSX GT2 LM Edition... Inilah mobil impian kita semua...! :D
(sekali lagi, no offense lho, gue cuma becanda aja. Bagi pembaca yang menyukai beberapa mobil yang tadi gue sebutin juga enggak apa-apa, lho. Jadi, kalau memang pembaca suka, ya jangan dilupain. Damai itu indah, so peace, man! X"D)
TVR Cerbera LM
Stats
Kecepatan: 9.7
Percepatan: 9.5
Belokan: 9.6
Stabilitas: 9.2
Rem: 9.4
WUAH! YEAH, I CAN GIVE THIS BEAUTIFUL ONE A VERY NICE SCORE!! X"D

Nah, gimana dengan Gran Turismo 2? Langsung aja, ya.

1. Buat kelas pemula, gue menjagokan Mazda Protege 4-Door Sedan. Harganya murah tapi dengan performa yang lumayan, walaupun enggak tinggi-tinggi amat. Perlu dimodifikasi apabila mau membuat mobil ini jadi bisa manggung lebih baik di sirkuit
Mazda Protege 4-Door Sedan
Stats
Kecepatan: 4.1
Percepatan: 3.8
Belokan: 5.2
Stabilitas: 6.2
Rem: 3.9

2. Buat kelas intermediate, gue menjagokan Mazda RX-7 GT300 Bomex Matsumoto-Kiyoshi. Mobil ini bisa dibeli di Dealership-nya Mazda dengan harga 500.000 . Kalau mesin rotari yang satu ini agak kebalik logikanya sama yang LM Edition. Wanita manis ini (ciyaelah!) memiliki tenaga yang rendah tetapi stabilitas dan belokan yang begitu ciamik
Mazda RX-7 GT300 Re-Amemiya Matsumoto-Kiyoshi
Stats
Kecepatan: 7.5
Percepatan: 7.4
Belokan: 8.9
Stabilitas: 9.1
Rem: 8.2

3. Buat kelas GT500 alias kelas profesional, gue menjagokan STP Taisan Viper GTS-R. Mobil berotot yang masuk ke dalam aturan homologation-nya JGTC ini benar-benar memiliki keunggulan di bidang power. Memang sih beloknya agak susah. Tetapi, sifat understeering yang demikian mendiktekan kestabilan yang tinggi. Hal yang negatif ternyata tidak selamanya berdampak buruk, kan? ;)
Viper GTS-R STP Taisan
Stats
Kecepatan: 9.0
Percepatan: 9.0
Belokan: 7.2
Stabilitas: 9.4
Rem: 7.8

4. Buat kelas GT World Championship alias kelas dunia, gue menjagokan Mazda RX-7 A-Spec LM Edition. Percaya gak percaya, alasan gue memilihnya sama aja kayak tadi yang gue ungkapin pada Gran Turismo 1. Tetapi, ada beberapa perubahan yang perlu dilakukan agar stats-nya bisa sama dengan ini. Ia perlu mengalami pendongkrakan di bidang suspensi (turunkan ride height, naikkan nilai down force, tingkatkan stabilitas, dan tingkatkan sensitivitas rem). Kalau suspensinya sudah dipasang begitu, Insya Allah enggak akan terjadi over-steer atau lost traction
Mazda RX-7 A-Spec LM Edition
Stats
Kecepatan: 8.6
Percepatan: 8.7
Belokan: 9.6
Stabilitas: 8.9
Rem: 9.5

Oke! Mantap sekali! Terus, bagaimana dengan Gran Turismo 6?

1. Buat High Performer Street Class, gue menjagokan Renault Clio Sport dan Mazda RX-7 FD3S Spirit. Kedua mobil itu benar-benar unggul di bidang sportiness. Kedua mobil ini pantas banget untuk diajak bekerja sama di dalam kancah national dan international
a) Renault Clio Sport 2011
Stats
Kecepatan: 7.3
Percepatan: 7.2
Belokan: 7.1
Stabilitas: 7.8
Rem: 7.7
b) Mazda RX-7 FD3S Spirit
Stats
Kecepatan: 7.0
Percepatan: 7.4
Belokan: 7.6
Stabilitas: 6.8
Rem: 7.2

2. Buat High Performer Racing Class, gue menjagokan Chevrolet Corvette C7 Stingray. Iya, orang lain pecinta muscle car bolehlah berkata, "Gue suka sama Ford!" atau "Gue suka sama Shelby!" atau juga "Gue suka sama Chrysler/Dodge/SRT-ARC!". Terserah, dan no offense, sekali lagi. Tetapi, menurut opini gue, Chevrolet merupakan mobil Amerika yang paling baik. Ibaratnya itu, okelah kalau Ford punya Mustang dan GT, Shelby punya Shelby GT, dan SRT punya SRT-10 ARC. Tetapi... Sebagai jawabannya... Chevrolet punya si manis Vette! X"D
Chevrolet Corvette C7 Stingray
Stats
Kecepatan: 8.2
Percepatan: 8.1
Belokan: 7.7
Stabilitas: 7.2
Rem: 7.6

3. Buat Supercar Class, gue tentu saja... Ehem! Menjagokan McLaren MP4-12C! Si cantik yang memiliki sistem "Seamless-Shift" ini memiliki sifat dan sikap yang mencirikan supercar banget lah! Mobil yang satu ini juga dimiliki oleh beberapa atlet dan selebritis kelas dunia seperti Jay Leno (kalo yang ini mah semua mobil pasti dia beli ya -,-), Alicia Keys, dan Lewis Hamilton. Oh iya, bagi yang suka nonton Disney, pasti pernah nonton Cars. Coba nonton Cars 2 dan cari karakter yang bernama Lewis Hamilton. Nah, bentuknya Hamilton ini menyerupai 12C, lho. Pesaing utama dari Ferrari 458 Italia ini juga banyak mengadopsi teknologi Formula One a la McLaren itu sendiri. Ini karena 12C merupakan 'saudari kembar' dari McLaren MP4-12A. Jadi, 12A itu merupakan kelas Formula C yang mana kelas itu merupakan kelas Formula untuk kelas intermediate. Gue agak kurang bisa menjelaskan karena gue kurang berminat untuk menggeluti bidang Formula Racing World, sih. But once again, no offense especially for the hard core fans of Formula Racing World!
McLaren MP4-12C
Stats
Kecepatan: 8.7
Percepatan: 9.7
Belokan: 8.2
Stabilitas: 8.8
Rem: 8.4

4. Buat GTX Class, gue menjagokan Pagani Zonda R. Si tomboy bersuara lantang ini memiliki mesin V12 AMG. Zonda R memiliki hampir kesempurnaan di setiap stats. Ia memiliki kecepatan yang tinggi (345 kpj), percepatan yang ciamik (dapat mencapai 100 kpj hanya dalam 2.7 detik!), dan belokan yang tinggi akibat nilai downforce-nya yang begitu tinggi (coba aja tengok front dan rear down force-nya. Desain yang demikian memang mencerminkan nilai yang tinggi, sih). Sebagai buktinya, di bawah kendali Marc Basseng, ia mampu memecahkan rekor power lap time buat Nurburgring Nordschleife - Sebuah sirkuit kelas dunia yang tersulit yang menjadi definisi surga sekaligus neraka bagi pecinta auto-sport. Waktu yang dipecahkan ialah 6'47"5 yang mana rekor tersebut mengalahkan beberapa mobil produksi stock lainnya seperti Ferrari 599XX GTO dan SRT-10 ARC. Wah! :"D
Pagani Zonda R
Stats
Kecepatan: 9.3
Percepatan: 9.7
Belokan: 9.6
Stabilitas: 9.5
Rem: 9.3

Akhirnya, bagaimana dengan Shift 2: Unleashed?

1. Buat kelas pemula, gue biasa memakai Scion t(C). Iya, mobil ini benar-benar biasa-biasa aja, sih. Enggak ada yang spesial di dalam mobil ini. Tapi sih yang pasti, mobil masa modern ini merupakan mobil yang begitu bersahabat dengan pemula karena cenderung mudah untuk dikendalikan. Ada opini lainnya barangkali? Tambahin aja kalau mau :)
Scion t(C)
Stats
Kecepatan: 4.8
Percepatan: 4.6
Belokan: 4.5
Stabilitas: 5.5
Rem: 5.9

2. Buat kelas intermediate, gue biasa memakai Lotus Elise 111R. Mobil yang satu ini memiliki kelemahan di bidang power. Tetapi, kekuatan yang ada di dalam mobil ini ialah kelincahannya. Ia begitu lincah karena sportiness-nya.
Lotus Elise 111R
Stats
Kecepatan: 7.1
Percepatan: 6.8
Belokan: 8.4
Stabilitas: 8.0
Rem: 8.1

3. Buat kelas advance, gue biasa memakai Chevrolet Corvette Z06. Haha, Vette again! Yeah, this simple cute really knows her place to do well in champinship, IMHO! Iya, Vette Stock ini benar-benar bisa mengatasi masalah di dalam Modern B dan Muscle Competition
Chevrolet Corvette Z06
Stats
Kecepatan: 8.0
Percepatan: 8.2
Belokan: 7.6
Stabilitas: 7.9
Rem: 7.7

4. Buat kelas profesional, gue biasa memakai McLaren MP4-12C. Iya, lagi-lagi 12C seperti biasanya. Alasan yang bakalan gue kemukain juga sama aja kok kayak yang di atas. Si cantik ini benar-benar bisa mengatasi masalah di Modern A. Dengan si cantik ini, gue bisa mengalahkan berbagai macam kompetitor lainnya yang enggak kalah tangguhnya kayak Pagani Huayra, Bugatti Veyron 16.4, dan bahkan Nissan GT-R BNR35 V-Spec JCW Edition-nya Jamie Campbell-Walter!
McLaren MP4-12C
Stats
Kecepatan: 8.2
Percepatan: 8.5
Belokan: 9.2
Stabilitas: 9.0
Rem: 8.8
(nb: Iye, gue tahu banget kalau stats-nya jauh banget berbeda sama Gran Turismo 6. Maklum, NFS Series merupakan seri action racing, bukan simulation racing. Jadi, apa yang dipresentasikan di NFS tidak sepenuhnya mengikuti realitas yang ada di kenyataan. Akselerasinya si 12C ini sih lumayan, tapi enggak begitu bagus. Gue kurang bisa merasakan "Seamless-Shift"-nya ketika memainkan 12C di game ini. Ini kritik negatif gue bagi NFS. Jadi, mohon maaf ya, sekali lagi kritik ini bukan untuk menjatuhkan melainkan untuk membangun, kok.)

5, Buat kelas endurance dan works, gue memilih Nissan Silvia S15 yang dimodifikasi secara penuh. Mobil yang begitu cocok dengan pemula ini apabila dimodifikasi akan bersahabat dengan pemain kelas atas yang siap manggung di kancah atas pula. Jadi, ibaratnya performanya makin tinggi tetapi tetap cenderung mudah untuk dikendalikan, gitu. Dengan mobil ini, gue bisa mengalahkan BMW M3 GTR ALMS-nya Tommy Milner dan Mazda RX-7 FC3S-nya Mad Mike Whiddett.
Nissan Silvia S15 Full-Works
Stats
Kecepatan: 8.7
Percepatan: 8.1
Belokan: 8.5
Stabilitas: 8.3
Rem: 7.8

6. Buat kelas FIA GT3, gue menjagokan Lamborghini Gallardo LP560 Reiter Engineering-nya Thomas Enge dan Albert Von Thurn Und Taxis (Yang Mulia Pangeran Muda Albert! Hehe, beliau ini merupakan Pangeran Muda dari Jerman yang juga berprofesi sebagai pebalap GT1 dan GT3 juga sebagai enterpreuner muda, lho! XD). Kelemahan utama dari mobil ini agak understeer dan gear ratio-nya yang agak membingungkan. Karena, Lamborghini itu memiliki gear ratio yang pendek ketika mau pindah dari gigi satu ke gigi dua. Bayangin aja, gigi pertama aja bisa mencapai 110 kpj! Tetapi, ada berbagai kelebihan lain seperti belokannya yang enak dan akselerasinya yang tangguh. Itu juga karena kunoichi dari Italia ini memiliki layout AWD dengan mesin tengah-belakang.
Kecepatan: 8.6
Percepatan: 9.4
Belokan: 8.9
Stabilitas: 8.7
Rem: 8.8

7. Buat kelas FIA GT1, gue menjagokan... Apa lagi selain Maserati MC12 GT1 Vita Phone (Germany)-nya Andrea Bertolini? Mobil ini tidak dinyana lagi merupakan mobil terbaik bagi GT1, seperti yang udah gue sampaikan tadi. Suara yang lantang tetapi indah, kecepatan yang bagus di kelasnya, percepatan yang ciamik, dan handling yang begitu unggul... Mau minta apa lagi dari si cantik ini!? ;)
Kecepatan: 9.0
Percepatan: 9.3
Belokan: 9.5
Stabilitas: 8.9
Rem: 9.7

Hahaha, Alhamdulillah, Allahuakbar! :D Semua selingan yang tadi gue bicarain selalu menjadi topik di kala gue lagi gundah gulana, galau akibat mengerjakan skripsi maupun pekerjaan lainnya. Ngerasa eneg kalau disuruh-suruh melulu sama temen sendiri? Inget aja sama otomotif! Ngerasa mau muntah ngelihat keluarga sendiri sering banget berantem dan enggak akur? Nyalain laptop, pasang headset, pasang juga volume hingga maksimal, dan putar suara GTS apapun itu! Karena setiap suara mobil merupakan suara yang indah! Suara kegarangan mobil jauh lebih baik daripada suara kemunafikan manusia! Itulah sebabnya kenapa gue lebih suka mengajak mobil buat curhat. Gue khawatir kalau gue mengajak curhat manusia, eh yang ada malah muncul kemunafikan tertentu. Jaman sekarang emang susah mencari manusia yang memiliki kejujuran tinggi! Sekali lagi, mendingan dengerin suara mobil yang begitu garang tetapi jujur aja! :"D

Sekali lagi, no offense bagi yang enggak setuju sama postingan ini. Kalau menurut kalian membicarakan mobil itu lebih banyak mendatangakn dampak negatifnya, ya silahkan saja. Kalau kalian tidak setuju bahwa otomotif itu bisa dijadikan sebagai hobi ya silahkan. Semua orang punya hak buat berpendapat, termasuk diri gue, termasuk diri kalian. Iya, kalian yang enggak setuju sama gua.

Jumat, 27 Februari 2015

Kepahitan di Awal Pengerjaan Skripsi: Marah ke Orang yang Tidak Salah - Sebuah Cerita Sampingan

Salam sejahtera semuanya...

Kembali lagi bersama Ardi Pritadi. Kali ini gue bakalan ceritain kejadian apa yang ada di saat gue membuat skripsi. Tepatnya, ketika awal-awal pengerjaan skripsi sedang berlangsung.

Di postingan yang sebelumnya, kan udah gue ceritain tuh soal bagaimana gue menyelesaikan masa awal pengerjaan skripsi ditengarai dengan selesainya ragangan yang udah ditawarin. Nah, sebelum gue menyelesaikan semua itu, ada beberapa kejadian tidak mengenakan hati yang terjadi.

Tentu saja, pada akarnya itu karena gue lagi stres. Stres yang gue alami ini belum pernah gue lalui. Bahkan, gue ngerasa kalau stres ini jauh lebih buruk ketimbang stres yang gue alami saat SMA lalu. Padahal, saat SMA itu gue udah dapetin stres yang enggak ketulungan sama sekali. Banyak banget nasib sial yang gue lalui saat itu.

Masa yang lagi gue alami ini merupakan masa yang penuh dengan ketidakpastian. Masa ketika gue tahu ada beberapa orang yang mendukung gue buat berhasil mengerjakan skripsi, bahkan juga sebaliknya. Kebalikannya ini bisa meliputi berbagai hal berikut seperti ketidaksukaan hingga pengacuhan. Gue lebih banyak mengalami pengacuhan, sih.

Iya, gue ngerasa diri gue diacuhin.

Gue ngerasa banget diacuhin. Diacuhin ke beberapa orang yang padahal dulunya pernah gue tolongin mati-matian, tapi sekarang dia sama sekali enggak mau nolongin gue. Jadi, buat konteks yang sekarang ini, gue ngerasa banget kalau gue diacuhin di dalam mengerjakan skripsi. Enggak, lebih tepatnya lagi, gue banyak banget disuruh melakukan hal-hal yang mengganggu pengerjaan skripsi seperti pengerjaan organisasi atau himpunan. Tapi, orang-orang yang menyuruh-nyuruh, meminta tolong, mengemis bantuan gue itu enggak mau peduli sama kesibukan apa yang gue alami.
Iya! Mereka enggak nanyain mengenai apa sih yang sedang gue lakuin. Mereka enggak tahu kalau gue juga sedang sibuk mengerjakan skripsi. Dan, gue mengerjakan itu dengan susah payah. Enggak ngaruh soal gue itu bisa cerdas atau rajin. Kalau yang namanya susah, ya tetep aja susah!

Iya.. Jadi, heran banget. Kenapa mereka enggak nanya sebelum meminta tolong, "Di, ada kesibukan apa? Ngeganggu enggak kalau gue minta tolong ini itu?". Tanpa ba-bi-bu, mereka langsung meminta tolong ke gua!

Ada dua orang yang sering banget minta tolong ke gue soal ini itu, yaitu Apiz dan Devita. Apa yang sering mereka suruh ke diri gua? Kerjaan organisasi yang merepotkan lahir batin. Semua itu udah gue ceritain di dua postingan sebelum ini :( .

Hingga akhirnya, gue tidak sengaja bertemu dengan Devita di Perpusat ketika hendak menemani Zem mencari referensi baru. Saat ia bertanya mengenai kabar gue, gue menjawab dengan dingin,
"Kabar gue lagi buruk. Jangan ditanya-tanya lagi. Pusing banget sama skripsi yang enggak bisa selese gara-gara kerjaan lainnya.".
Devita merespons dengan diam sejenak dan dengan ekspresi poker. Ia lalu berkata, "Oh. Iya. Semangat ya, Di.".

... Yaelah, Dev. Ngasih semangat sama perhatian kok baru sekarang. Seharusnya dari dulu. Seharusnya dari saat gue udah mulai sibuk saat ngerjain skripsi. :(

Setelah Apiz lulus dengan tepat waktu, gue mulai mencoba mendapatkan waktu bimbingan agar ragangan yang sudah diselesaikan ini dapat diterima dengan baik. Jadi, waktu itu gue nunggu Bu Yasmine seperti biasa di depan ruang kerjanya. Beliau masih berada di perjalanan akibat macet. Di tengah-tengah gue menunggu dengan sabar...
Kesabaran gue habis.
Karena, gue bertemu dengan orang yang salah. Gue bertemu dengan orang yang salah dan di saat yang kurang tepat.
Orang itu bernama Apiz.
Apiz lalu menyapa gue dan bertanya mengenai kabar gue. Mirip banget seperti apa yang telah dikatakan oleh Devita waktu itu. Sekali lagi, gue cuma bisa berkata dalam hati, "Kenapa si Apiz ini baru ngasih perhatian di saat ini? Saat yang sama sekali enggak tepat?".
Gue menjawab dengan dingin, "Kabar gue enggak baik.". Gue harap, dengan gue berkata itu, Apiz nyadar kalau apa yang selama ini dia lakuin begitu merepotkan diri gue. Hingga, merepotkan juga di dalam konteks pengerjaan skripsi yang berdampak kepada penundaaan waktu kelulusan. Ingat, gue emang enggak punya rencana buat lulus di atas empat tahun, lho!
Apiz malah menjawab dengan kurang peka, "Kenapa enggak baik, Di? Lo sakit? Cepetan minum obat gih biar langsung sembuh!".
... Dalam hati gue cuma bisa berkata, "Bukan sakit fisik lho, Piz. Melainkan, sakit psikis. Terus, kalau gue sakit psikis, gue mesti minum obat yang kayak bagaimana!? Ah sudahlah... Berbicara dengan orang macam lo emang susah banget, Piz. Enggak bisa dimengerti. Tapi, lonya juga enggak bisa ngerti gue. Kita sama-sama saling enggak mengerti satu sama lainnya, jadi ya emang dari sananya udah susah.". :"(

Hingga suatu kali, adik kelas gue yang bernama Tya 2012 menanyakan kabar gue. Iya, dia menanyakan kabar diri gue enggak jauh di saat gue udah mulai menunjukkan sikap enggak suka terhadap Devita dan Apiz. Tya bertanya melalui SMS dengan baik-baik, "Kak Ardi, apa kabar? Hehehe.".

... Gue menjawab dengan dingin,
"... Kabar enggak baik. Jangan ganggu gue dulu, Tya. Gue lagi pusing.".

... :"(

Di saat itu juga, gue menyesal. Gue menyesal, gue mesti marah ke orang yang enggak punya salah apa-apa sama diri gue. Okelah, karena Apiz dan Devita sering bikin gue kesal alias ngerepotin melulu, ya wajar aja kalau gue kesel sama dua makhluk itu.
Tetapi,
tetapi,
tetapi,

...

KENAPA GUE MESTI MARAH KE TYA!!?? :"(

...

Gue waktu itu kebetulan punya waktu luang di malam hari buat cerita-cerita sama nyokap. Seharusnya, gue bisa bercerita sama nyokap di waktu pagi atau siang, bahkan sore. Asalkan, bukan pada waktu larut malam sebelum tidur. Karena, waktu yang seperti itu tuh bawaannya capek. Kalau capek, urusan curhat malah jadi enggak konsen, gitu. Ngapain cerita dengan keadaan yang kurang prima. Orang yang mendengarkan kan bisa jadi enggak paham sama apa yang diceritain oleh si pencerita?

Waktu malam digunakan karena... Di waktu selain itu nyokap sedang sibuk bermain-main dengan cucu-cucunya. Nah, ini nih yang enggak gue suka. Masalahnya, kalau gue cerita sama nyokap di saat mereka ada, jadinya cerita enggak gue bisa sampaikan dengan lancar.

Mengapa? Apakah dengan begini kalau gue mesti mengerti, mesti paham bahwa mereka merupakan anak-anak belaka? Anak-anak yang mana mereka itu merupakan makhluk yang perlu dimengerti dan dimanjakan? Jadi, prioritaskan apa yang mereka inginkan terlebih dahulu, kah? Bagaimana kalau mereka sama sekali enggak ngerti sama diri gue? Ya, wajar kan namanya juga anak-anak, ya mana mereka ngerti. Lho, tapi kan diri gue ini juga manusia. Gue juga otomatis perlu dimengerti juga, dong! -,-
Kalaupun emang enggak bisa, ke mana orang tuanya si mereka? Pada lagi sibuk kerja. Makanya, mereka nitipin aja ke oma-nya. Nah, ini nih yang enggak gue suka sama sekali -,-

Di saat nyokap bertanya mengenai keadaan diri gue... Karena berbagai tumpukan masalah... Karena berbagai tumpukan emosi negatif akibat tumpukan masalah yang juga belum pada selesai itu...

Tiba-tiba, gue membentak nyokap, "Pokoknya diri aku lagi enggak baik! Semuanya merepotkan aku!! SEMUANYA!!!".

... :"(

Dan di saat itu pulalah gue baru menyadari kalau saat itu merupakan momen pertama kalinya gue berani membentak orang tua satu-satunya diri gue ini. Ibarat kata, kalau kata al-Quran namanya "Uffin" yang artinya perkataan yang membentak dan menyakiti hati orang tua... Yang mana, kalau "Uffin" itu diucapkan maka artinya si anak bergerak maju selangkah untuk...
Durhaka kepada orang tuanya...

... Gue lalu berkata dengan halus, "Eh... Astaghfirullah... Bukan begitu maksudnya, ma.".

Ada satu kejadian lagi, yaitu perkara promosi blog. Itu benar-benar karena kesalahan yang enggak sengaja gue buat. Kali ini, gue waktu itu kena clash dengan Leny 2013. Leny ini menjadi salah satu adik kelas yang begitu perhatian terhadap diri gue, selain Tya. Dia bertanya mengenai kabar diri gue, dan tentu saja seperti biasanya gue menjawab dengan dingin. Leny lalu menyemangati diri gue dengan melas dan tiba-tiba menawarkan sebuah hal...
"Kak, buat semangat... Mau enggak, Kak Ardi didaftarin buat masuk ke dalam promosional Blog yang bernama Access Trade? Kakak kan bikin blog nih, soalnya Access Trade bisa memberikan keuntungan bagi blogger yang mendaftar di tempat itu. Dikhususkan bagi mahasiswa/i yang memiliki blog yang bagus. Menurut saya, blog kakak ini begitu bagus dan inspiratif. Kakak mau apa enggak didaftarin? Kalau mau, biar Leny aja yang daftarin.".
Walaupun hati nurani gue menolak dengan keras, entah kenapa gue menjawab, "Daftarin aja, Len.". Setelah itu, Leny menanyakan beberapa hal teknis terkait alamat email dan password yang akan disajikan buat user account yang baru.
Ternyata, karena gue enggak konsentrasi, ada kejadian salah paham saat pemberian password tersebut...

Leny: Jadi, kak. Kakak maunya dikasih password apa?

Gue: Berakdicelana. Enggak pake spasi, huruf kapital ada di huruf pertama ya, Len.

Leny: Oke, jadi password-nya "Berakdicelana" ya, kak.

Gue: Iya, Len.

Setelah itu, Leny lupa dengan nama password tersebut. Ia lalu bertanya buat kedua kalinya setelah satu jam berlalu...

Leny: Kak! Tadi password-nya apa?

Gue: Lho? Kan udah gue kasih tahu?

Leny: Iya, kak. Maaf kak, hehe, tapi gue lupa.

Gue: Ah elo sih gimana! Hmm... Namanya "Kencingdijamban".

Leny: Oke, kak.

Hm?

Lho?

Lah, kan! Alih-alih Leny-nya lupa sama password, ternyata gue-nya juga ikutan lupa sama password tersebut! -,-"

Intinya, gue sama Leny sama-sama menjadi pelupa dadakan -,-"

Akibatnya, Leny enggak bisa memunculkan user account tersebut karena password-nya (jelas-jelas) salah. Nah, apa konsekuensi dari kesalahan tersebut? Kita harus bikin email yang baru.

Leny: Kak, ini kak. Leny bikin email sama password yang baru dan itu khusus buat user account-nya Access Trade kakak. Nama emailnya "Ardi_Antrop_2010", terus passwordnya "penelitiansosialbudaya". Entar Access Trade-nya ngasih info ke kakak lewat email baru itu.

Di situ juga gue langsung spaneng.

Gue: LENY! SIAPA YANG NYURUH LO BIKININ GUE EMAIL BARU!?

Leny: Eh, kak. Maaf. Abisan, kak...

Gue: CUKUP, LEN! CUKUP!! GUE UDAH PUNYA DUA EMAIL! DAN PUNYA DUA AJA GUE UDAH PUSING, APALAGI TIGA EMAIL! MANA SATU EMAIL BARU INI CUMA BUAT NGURUSIN ACCESS TRADE PULA!!!

Leny: Ah... Kak.

....

Ugh... Kenapa Leny berani kurang ajar ke gua?
Atau, bukan begitu sih pertanyaannya...
Kenapa gue enggak menolak tawaran dari Leny dengan tegas? Kenapa tiba-tiba aja gue terima? Kalau gue tolak, kan enggak perlu ada kejadian bodoh kayak gitu :"(
Lagian... Lagian gue kan lagi sibuk banget sama skripsi. Jadi, enggak perlulah ikut tawaran ini itu. Tawaran kerja, kek. Tawaran tugas selain skripsi, kek. Dan sebagainya.

Fokus dulu, Di. Fokus dulu buat kelulusan. Sedangkan, syarat satu-satunya buat berhasil lulus ini ialah... Skripsi. Bukan yang lainnya.

Apa karena gue... Saking hebohnya, makanya gue enggak bisa mengendalikan diri? Saking pusingnya, ampe-ampe gue enggak bisa mengendalikan diri? Jadi, karena emosi yang naik turun itu, karena masalah yang bertumpuk-tumpuk itu... Akhirnya tindakan dan perilaku gue belakangan ini jadi error?
Wah... Mulai sekarang juga, gue mesti bisa belajar mengendalikan diri. Jangan sampai emosi negatif dan berbagai masalah hidup lainnya mengendalikan diri gue.. :"|

Jumat, 06 Februari 2015

Masa Awal Pengerjaan Skripsi: Kembali Beraksi, Menarik Lagi Asa yang Kabur

Bulan Agustus 2014 telah berlalu dengan cepat.

Segala macam kenangan yang berada di bulan itu, bahkan di bulan-bulan sebelumnya cukup membekas di benak ini. Beberapa kenangan itu ialah ketika gue membantu Zem di dalam mengerjakan beberapa tugas kuliahnya, bercengkrama dengan Ray saat buka puasa bersama, dan adiksi berlebihan gue ketika sedang memainkan Gran Turismo 6 bersama si Simulator G27. Ketiga kenangan itu merupakan kenangan indah yang sangat menonjol di periode tersebut.
Periode apa?
Periode ketika saat itu merupakan saat beberapa mahasiswa sudah dinobatkan untuk lulus di semester kedelapan ini...

(sekali lagi. Gue bersyukur karena beberapa teman gue berhak untuk mendapatkan nasib beruntung tersebut. Tetapi, di satu sisi gue merasa iba terhadap diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan sejenis "Mereka aja bisa lulus tepat waktu, masa lo enggak, Di?" selalu menghantui benak ini. Sangat mengganggu. Sangat ironis. Memprihatinkan lahir dan batin.)

Hingga akhirnya, gue kembali memaksakan diri ini untuk fokus lagi terhadap skripsi.
Iya!
Kalau Bab 1-nya enggak selesai-selesai, mau kapan lulusnya!? Halangan utama yang saat ini sedang gue tantang ialah Bab 1 itu sendiri. Heran banget, kok cuma karena Bab 1 aja urusan hidup gue bisa heboh begini!?

Gue bernapas dengan dalam-dalam. Lalu, gue hembuskan perlahan-lahan. Gue lakukan kedua hal tersebut berulang kali. Hingga, gue mendapatkan nyali untuk memberi pesan kepada Prof. Yasmine lewat email.

Gue berkata kepada beliau, "Bu, gimana dengan perkembangan latar belakang saya? Saya ingin agar Bab 1 ini cepat selesai. Dan begitu pula, agar saya bisa lulus di semester ini. Biar bisa sidang akhir tahun ini.".

Beliau menjawab, "Latar belakang saudara akan saya kritik minggu depan. Iya, makanya itu, saudara mesti cepat. Setelah saya memberikan kritik minggu depan, saudara lebih baik cepat-cepat mengerjakannya dengan baik pula. Setelah itu, kalau sudah benar, baru kita maju ke permasalahan dan kerangka konsep. Setuju? Sama satu lagi, IPK terakhir saudara berapa, ya?".

Mata gue melotot ketika ditanyakan pertanyaan terakhir itu.

Gue membalas, "Sangat setuju bu. Mohon dukungan dan bantuan ibu ya. Oh, IPKS saya hingga semesetr 8 ini ialah... 3.67, bu.".

Beliau lalu memberikan komentar terakhir, "Oh? Dengan nilai yang segitu bagusnya, maksud saya, di atas 3.5 sayang amat kalau diselesaikan dalam waktu yang lama. Sayang kamu tidak lulus semester kemarin, kan bisa cum laude? Baik. Saya akan bantu saudara sebaik mungkin untuk lulus semester 9 ini. Dengan syarat, saudara jangan banyak mengeluh dan kerjakan beberapa kerjaan berikutnya hingga selesai dengan efektif dan efisien. Setuju?".

Gue membalas, "Terima kasih bu. Saya setuju.".

...

Saat ini merupakan akhir minggu Agustus 2014. Tepat ketika gue mulai membuka lembaran semester baru, yaitu semester 9. Saat yang bertepatan ketika gue menerima kritik membangun dari Prof. Yasmine. Apa yang bakalan gue terima?
Waw. Kritiknya memang merupakan kritik keseluruhan. Sekali lagi, gue memang perlu merombak hampir di setiap lini tulisan yang sudah gue bikin.

Tetapi!

Tetapi, entah kenapa saat ini gue jauh lebih optimis dari yang sebelumnya. Gue jadi lebih tahu jalur berpikir yang tepat untuk menyelesaikan latar belakang ini. Latar belakang yang dulu gue ulangi terus, ulangi terus hingga menjadi something of bullshit, sekarang ini siap gue akhiri menjadi something of bad ass.
From zero to hero.
Tulisan gue yang awalnya begitu bodoh, sekarang ini bisa gue tulis melalui kritikan tersebut menjadi tulisan yang... Baik sekali.
Bahkan lebih baik daripada yang sebelum-sebelumnya.
Dan gue mesti berkaca kepada realitas. Gue mesti jujur kepada fakta dan diri sendiri bahwa... Gaya penulisan, cara gue menulis dengan efektif dan efisien, dan sebagainya itu yang gue lakukan seperti biasa pada sebelumnya...
Ternyata masih kurang tepat...
Masih banyak yang harus gue pelajari. Masih banyak kesalahan yang gue miliki di dalam menulis karya ilmiah.
Saking banyaknya kesalahan tersebut, itu semua merupakan fondasi dan berbagai dinding, atap, dan struktur lain yang terpadu di dalam sebuah sistem. Sistem itu merupakan bangunan kokoh yang siap dijadikan...
Skripsi. Skripsi yang pantas, tentunya.
Iya, andaikan gue masih mengandalkan kemampuan gue yang dahulu itu... Yang masih punya banyak kesalahan itu... Skripsi akan tetap jadi... Di dalam bentukan bangunan yang gagal. Bangunan yang gampang roboh? Bangunan yang gampang berdebu? Bangunan yang tidak sedap dipandang? Bangunan yang murahan?

SEMUA ITU BERADA DI LUAR HARAPAN DIRI GUE, TERMASUK DARI HARAPAN PROF. YASMINE JUGA.

Makanya... Makanya, gue membuat latar belakang ini dengan begitu intensif.

Latar belakang yang awalnya terdiri dari gabungan review yang cukup memusingkan akhirnya selesai dengan rapi. Awal sesi bagian ini menceritakan tentang bagaimana diskursus mengenai Islam with a Smiling Face ada di Indonesia. Intinya, wacana tersebut mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki Islam yang berbahagia karena memajukan modernitas. Wacana itu muncul dari Times dan Newsweek-nya negara yang memiliki pabrik otomotif Holden, yaitu Australia. Wacana yang bersifat main-main itu dikritik secara positif malahan oleh Ahmad Najib Burhani dan Azyumardi Azra.
Tengah sesinya, latar belakang ini lalu mengalihkan dirinya kepada teori dualisme pendidikan a la Charlene Tan. Tan berpendapat bahwa ada dualisme pendidikan yang terjadi di Indonesia, yaitu ketika ilmu pengetahuan agama tidak bisa terintegrasi dengan ilmu pengetahuan yang lainnya. Ini disebabkan oleh kesalahpahaman guru dan murid di dalam menyerap dan mempraktikan materi. Iya, jadi bisa aja kan guru tidak bisa menerangkan materi Biologi (misalnya) dan juga menjelaskan wahyu yang relevan dengan materi tersebut? Atau, kalaupun si guru udah canggih, nih... Bisa aja si murid tidak mengerti atas materi tersebut. Usut demi usut, hal ini seringkali terjadi di berbagai pesantren tradisional.
Akhir sesinya, latar belakang ini lalu memberikan keterkaitan antara teori dualisme pendidikan tersebut dengan wacana Islam with a Smiling Face. Jadi, mana mungkin Islam di Indonesia bisa berbahagia kalau pendidikan Islam-nya itu sendiri mengalami dualisme pendidikan? Ini bakalan gue uji di SMP Islam al-Azhar 3 Bintaro. Sekolah yang gue uji ini merupakan jenis Sekolah Islam, yang tentu saja berbeda sekali dengan pesantren tradisional. Apakah artinya sekolah ini tidak mengalami dualisme pendidikan karena bukan merupakan pesantren tradisional?
Kalau ditebak, ditanya-tanya terus, entar pasti ujung-ujungnya bakalan galau! Makanya, buat tahu apakah dualisme pendidikan itu terjadi, maka skripsi ini perlu dibuat...! Tentu aja, biar gue enggak galau lagi sama soal macam beginian.

WELL FUCKING SAID !!!! X"D

Alhamdulillah... Thank God :"D

Gue lalu mengirimkan hasil pekerjaan tersebut secepat mungkin. Kira-kira tiga hari setelah beliau menyampaikan kritiknya tersebut. Minggu depannya, Prof. Yasmine berkata,
"Latar belakang sudah betul. Silahkan lanjutkan ke permasalahan penelitian dan kerangka konsep. Ingat, kalau sudah selesai kita lanjutkan ke signifikansi, metode, dan sistematika ya, Di.".

WUOAH! Alhamdulillah! :"D

Iya. Saat ini pertengahan September sudah dimulai. Akankah bulan ini akan seindah nyanyiannya Earth, Wind, and Fire yang berbicara tentang bulan yang sama? Semoga saja.
Ternyata betul!

Alhamdulillah, gue tetap mendapatkan kritik di dua bagian itu. Kalau di permasalahan, gue perlu menambahkan pertanyaan penelitian. Kalau di kerangka konsep, gue perlu membetukan konsep institusi dan lembaga a la Koentjaraningrat. Setelah membetulkan semuanya, gue langsung menancap gas ke bagian signifikansi, metode, dan sistematika penulisan.
So, pedal to the metal!
Minggu depannya, gue kembali mendapatkan kritik di bagian signifikansi. Ternyata, gue harus membagi dua macam signifikansi, yaitu signifikansi akademis dan signifikansi praktis. Kemudian, bagian sistematika juga perlu dibetulkan karena strukturnya itu masih kurang menjawab pertanyaan penelitian.
Akhir September, gue datang secara tatap muka dengan Prof. Yasmine. Setelah berdiskusi panjang lebar mengenai progres yang luar biasa ini, beliau berkata, "Saudara bikin dahulu ragangan, ya. Setelah itu, saudara sudah bisa menulis. Kirim saja lewat email, entar saya konfirmasikan gimana yang harus kita lakukan buat ke depan-depannya.".

Oke!

Sontak lagu Earth, Wind and Fire yang berjudul September itu bernyanyi-nyanyi di dalam sanubari ini... Ia bernyanyi dengan lantang tetapi merdu...
La... La la! Dancing in September! Baa dee yaa ~ dee yaa ~ X"D

Setelah menyelesaikan ragangan yang terdiri dari lima bab, gue kirim hasil tersebut melalui email.
Minggu depannya.. Yang merupakan awal Oktober, gue kembali bertemu dengan Prof. Yasmine secara tatap muka. Beliau lalu menyarankan sebuah hal yang sama sekali enggak gue sangka....
Apa saran dari beliau?
"Bahasan kamu cukup banyak dan perlu dibikin detail. Jadi, enggak kayak mahasiswa yang lainnya, saudara perlu membabak ragangan menjadi tujuh bab. Bab 4 dan Bab 5 ini masing-masing mendingan dibagi menjadi dua bagian. Karena, masing-masing ini punya pembicaraannya sendiri-sendiri. Jadi, kalau digabung ya dibacanya enggak enak, gitu, Di."
Tentu saja gue berkata,
"Hah!?".
"Hmm... Coba saya tanyakan lagi. Kalau alur berpikir saudara kayak begini. Nah, ini kesimpulan saudara mau jawab di Bab 7?". Gue menjawab, "Iya, terserah ibu juga, sih. Enaknya gimana?". Beliau kembali bertanya, "Artinya, yang simpulan ini, yang terakhir ini akan ngasih jawaban buat permasalahan, kan? Kalau begitu ceritanya, ya saudara mesti bagi menjadi delapan bab! Tambahin satu bab terakhir buat simpulan! Jadi, Bab 1 itu pendahuluan. Bab 2 itu gambaran umum. Bab 3 hingga Bab 6 itu hasil penelitian (membicarakan sistem terintegrasi dan modernitas),  Bab 7 buat analisis, dan Bab 8 buat kesimpulan. Setuju?".
Sontak gue bertanya dengan mata yang melotot akibat setengah panik, "Bu! Maaf saya boleh bertanya dahulu? Emang boleh ya kita bikin skripsi delapan bab? Bukannya maksimal lima bab aja, bu!?".
Bu Yasmine tertawa... Lalu berkata dengan tenang dan tegas,
"Kata siapa maksimal lima bab saja? Boleh! Boleh lebih! Boleh dibikin sampai delapan bab! Nah, saya jadi teringat dengan skripsi bimbingan saya yang dulu. Tahun 2000an awal kalau enggak salah. Dia itu berhasil sampai tujuh bab, lho.".
Gue berkomentar dengan bloon, "Tujuh bab, bu!?".
"Iya! Nah, kalau kamu berhasil bikin delapan bab ini, ya artinya... Kamu bakalan jadi rekor mahasiswa antrop dengan bab terbanyak. Delapan bab! Enggak apa-apa, sama sekali, Di!", kata beliau sekali lagi dengan tenang dan bersemangat.

YEAY! X"D.

Akhirnya, ragangan sudah selesai. Karena ragangan sudah selesai, otomatis gue udah bisa menulis sistematika penulisan (yang isinya delapan bab itu. Hampir ngabisin satu halaman lho saking banyaknya, uhuyy! XD). Setelah itu, gue akan melanjutkan diri ke Bab 2 hingga Bab 8.

Huft... Lega sekali, rasanya. Akhir cerita ini justru malah banyakan suka citanya daripada duka citanya, kan? Iya, Allah Swt memang Maha Baik. Beliau tahu bahwa mendingan gue ketimpa duka cita terlebih dahulu, baru deh ujung-ujungnya diakhiri dengan suka cita. What a nice present from My Dearest - Most Gracious Lord! Ouuww yeeahh! Alhamduillah. :"D

Walaupun begitu, perlu diketahui bahwa ujian yang gue alami di tengah-tengah suka cita itu juga banyak. Duka cita yang kebanyakan gue alami justru - kembali lagi - berada di dalam rumah gue. Sekali lagi, gue bertanya-tanya di dalam hati... Kapan ya keluarga gue bisa akur? Kapan ya suasana rumah bisa tertib, tenang, dan teratur? Karena, saking tidak tenangnya itu, sampai-sampai gue kerja itu setiap dini hari. Kenapa dini hari? Karena enggak ada yang mengganggu. Enggak ada yang mengejek. Enggak ada yang marah-marah. Enggak ada yang menyuarakan kemunafikan tertentu. Enggak ada semua itu di rumah, hanya pada waktu dini hari.
Karena, logikanya - semuanya lagi pada tertidur lelap. Jadi, jadwal gue kebalik. Pagi sampai siang gue tidur. Tapi, sore ampe subuh gue belajar dan bermain. Jadilah gue manusia nokturnal selama mengerjakan Bab 1 dan Ragangan ini. :'(
Kalaupun gue mau belajar pagi-pagi, biasanya gue belajar di kampus. Gue biasa nongkrong di dua tempat, yaitu di perpustakaan pusat Universitas Indonesia (Chrystal of Knowledge) tepatnya di Ruang Komputer alias Kebun Apel, ya kalau enggak di depan Gedung Nusantara di Gedung FISIP UI. Cuma buat info aja.
Dan - sekali lagi - semua ini merupakan cerita jujur dari diri gue, lho. Sengaja. Cerita ini sengaja gue bikin pake sudut pandang orang pertama alias akuan. Mengapa? Agar yang membaca ini bisa merasakan menjadi diri Ardi Pritadi. Mantap, kan? Apakah dengan ini artinya gue mencari simpati dan empati? Pencarian simpati dan empati di tulisan ini jadi tujuan sekunder. (Lagian enggak ada salahnya mencari simpati dan empati. Toh, orang kan bisa saling membantu satu sama lainnya karena simpati dan empati, bukan? Karena itu buat kebaikan, ya kenapa enggak?) Tujuan primernya... Gue hanya ingin berbagi pengalaman hidup. Gue itu pengen kalau... Dengan orang membaca tulisan ini, maka pembacanya itu makin tahu sama sifat dan sikap gue. Mereka makin bisa paham mengapa gue bisa berbuat yang begini dan kenapa enggak kayak begitu, sih.
Jadi, ingin tahu sikap dan sifat gue? Ingin tahu pengalaman hidup gue? Ingin tahu pemikiran gue? Iya. Di sinilah tempatnya. Semua itu ada di sini. Itu semua jadi alternatif, kalau-kalau pembaca enggak sempat, atau enggan, atau malas, mengajak berbincang dengan si Ardi pritadi ini mengenai apa sih sikap, sifat, pengalaman hidup, dan pemikirannya.

Iya, di sini. Tertuang semua di sini. Di blog tercinta ini. Terlampau mantap. :"D

________________________


Demikian cerita mengenai Awal Pengerjaan Skripsi ini gue tutup. Selanjutnya, mari kita berbicara mengenai Masa Tengah Pengerjaan Skripsi yang akan membicarakan perjuangan gue melawan Bab 2 hingga Bab 8. Perjuangan gue yang terbukti ampuh di dalam hanya kurun sebulan, yaitu pertengahan Bulan Oktober hingga pertengahan Bulan November. See ya all there in the next session, dudes. Please watch your fucking self! X"D