Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Rabu, 21 Januari 2015

Kepahitan di Awal Pengerjaan Skripsi: Inggris, antara Impian dan Kenyataan - Sebuah Cerita Sampingan

Ding dong. Ding dong. Assalamualaikum..!

Bel rumah tanda tamu datang telah berbunyi. Setelah mempersiapkan diri dengan rapi, gue lalu mendatangi pintu masuk rumah. Ada dua sosok orang penting yang gue kenal yang menjadi tamu di hari ini.
Dua orang itu ialah paman dan tante gue. Tatung Joko dan Oma Ce. Atau, gue sering memanggil mereka 'Om Joko' dan 'Tante Ce'.
"Ardi! Udah siap berangkat ke sana?", kata Om Joko dengan nada yang semangat dan tulus. Cocok untuk menyemangati diri gue di pagi hari yang cerah ini. Tante Ce juga berkata, "Hey, Di! Apa kabar kamu?" dengan tersenyum lebar.
Gue menjawab satu persatu, "Udah dong, Tatung! Baik-baik, Ce, hehehe! Nah, mau pake mobil yang mana nih?". Om Joko menjawab, "Pake mobil saya aja.".

Tidak lama kemudian, kami berangkat ke suatu tempat. Tempat tersebut ialah tempat pertemuan United Kingdom - British Council. Tempat yang memfasilitasi mereka yang mau memiliki kesempatan untuk belajar di Inggris.
Jadi... Intinya gue punya rencana mau ke Inggris nih, ceritanya?
Ya, betul.
Semenjak gue melihat ada beberapa kajian Antropologi yang begitu menarik di negara yang memiliki McLaren Technology Centre, gue langsung punya keinginan untuk belajar di negara tersebut. Saat itu, ada kajian yang ingin gue telusuri, yaitu konflik dan kekerasan pada jenjang Master of Arts di University of Sussex. Sungguh, sebuah hal yang menarik lantaran Inggris sepertinya memiliki hampir segalanya di bidang iptek. Ia punya berbagai usaha otomotif yang aduhai seperti McLaren, Aston Martin, TVR, Lotus, MG, dan lain-lain. Di sisi lainnya, ia juga punya berbagai tempat pusat ilmu pengetahuan yang begitu luar biasa seperti Oxford. Dan juga, termasuk University of Sussex ini.
Dan masih banyak kehebatan yang dimiliki oleh Inggris.
(karena masih enggak tahu juga, makanya gue mesti langsung ke sana. Mau enggak mau -,-)

Kami akhirnya tiba di sana. Setelah mendaftar masuk ke galeri, gue akhirnya mengantri untuk berbicara dengan salah seorang perwakilan dari University of Sussex. Ya, betul. Perwakilan ini tentu aja orang bule, segar dari Inggris!
Seketika di kepala langsung terpikir mengenai apa yang diinginkan di University of Sussex ini... Dengan dua kali bekerja... Menerjemahkan... Ke Bahasa Inggris, tentunya -,-.

Eh, tibalah giliran gue berbicara dengan si Mister...

Mister: Welcome to the University of Sussex. Here's the book. You may take a look of it.

Bule Inggris itu lalu memberikan buku katalog pasca sarjana yang ditawarkan oleh University of Sussex. Tentu aja, katalog ini bukan sekedar katalog belaka. Ini bentuknya jadi kayak buku tebal yang isinya keterangan bermuatan apa sih studi pasca sarjana yang ada di sini....

Gue: Yes, sir. Thank you for the warm welcome. Please, let me take my time to know the major....

Mister: Sure, take your time.

Hmm... Lancar. Setelah gue membuka bagian studi Antropologi...

Mister: So, please introduce yourself first?

Gue: Oh, yeah sorry I forgot! -,- So, my name is Ardi Pritadi. You can just call me Ardi. Hmm, my current study is in the Anthropology, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia. Right now, sir, I am struggling with the seventh semester by preparing the honors thesis (honors thesis maksudnya itu skripsi). And, my current GPA score is 3.66 ...

Mister: Oh, very good!

Ya Allah. Wah, mister sih mesti tahu kalau 3.5 -nya Indonesia pasti beda banget sama Inggris. Iya, tapi kalau dianggap bagus juga sih, pastinya... Gue senang. Alhamdulillah, kalau begitu. Thank you for the compliment, sir :D .

Gue: Uhm.. So, now you know it, sir. Now, I am seeking for the post graduates in Anthropology... Especially in Conflict and Violence...

Mister: Oh, good to hear that. So, here we come. Unfortunately, the minor of Anthropology of Conflict and Violence is not in there right now. But, you can still study it under the two minors, which are Study of Anthropology and Study of Methodology...

Oh? Jadi, konflik dan kekerasan enggak ada? Hmm... Tapi, gue masih bisa pelajari di prodi M.A. Antropologi Murni kalau enggak ya di Kajian Metodologi...
No, fuck! Kagak mau gue kalau di Kajian Metodologi! Itu sih pada intinya belajar mempelajari orang yang sedang belajar *sup dawg! Iya, kalaupun gue mau milih, ya pasti gue bakalan milih ke minor yang pertama aja. Jatuh-jatuhnya malah jadi Antropologi Murni. Tapi, gue yakin sih dengan mata kuliah yang banyak dan lebih detail, bisa dipilih seenak jidat pasti... (bukan maksud gue menjatuhkan negara sendiri, sih) Pasti Antropologi Murni-nya lebih bagus daripada yang ada di Indonesia, gitu.

Gue: Ooh. Are there another studies of conflict except this, sir?

Mister: Now please take a look in Studies of International Relationship. In this programme, you can get the another minor, that is Conflict of Localities and National.

Yah. Kok gue malah dilempar ke HI? Dengan tampang mengeluh, gue berkata...

Gue: Oh! I am sorry, sir. But, I would only look to the essence of conflict itself. Especially conflict at educational institution like bullying. My assumption is, this minor of International Relationship will have to associate the problems between conflict of localities to the national level. I mean, how the local clashes will affect the nation and state condition... Hmm..

Mister: You were right.

Gue: ... So..?

Mister: Yeah. If you think that you can handle about the conflict in the context of its essence and basic humanities... So, please think of Study of Anthropology again.

Gue: Oh... Okay. So, I would choose Study of Anthropology, Master of Arts. Please, sir.

Mister: Good! Another thing is, you must have the minimum score of IELTS in 6.5 . And, you must have the minimum score of GPA about 3.5 and beyond. Oh, and please don't forget about the tuition fees and scholarships... To know these, you can go to this website...

Glek! Nilai IELTS minimal 6.5 dan IPK minimal 3.5! Mengerikan! -,- Lalu, gue melihat link mengenai pembayaran biaya kuliah berikut apa saja beasiswa yang akan ditawarkan...

Gue: Thank you, sir. Oh, I forget about one thing, sir. What's your name, sir? May I know your name, sir?

GUBRAK! HAHAHA! X"D

Mister: My name is George (dengan senyum yang lebar). So, my advice to you know is... Please, keep your track in a good way. Keep your GPA score above 3.5 . And, don't lose your hope to study Anthropology!

Don't lose your hope to study Anthropology... Jangan melepas harapan di dalam belajar Antropologi... Sebuah saran yang begitu indah buat diri gue, terutama buat seseorang dari Inggris yang baru saja gue kenal saat ini...
Orang Inggris yang pertama kali gue kenal memberi saran agar gue enggak boleh berputus asa buat Ngantrop? Oh! :"D

Gue: Thank you very much, sir.

Mr. George: You are most welcome, Di. We are waiting for you to study in this major of Anthropology. Se you soon!

:""DD

Pulang dari rumah, gue langsung mengistirahatkan tubuh sejenak.

Esok harinya, gue langsung membuat rencana untuk mencari tahu tempat les dan tes IELTS. Setelah tahu bahwa kantor IELTS berada di Fatmawati, gue ke sana bersama dengan Kak Titi dan Nyokap.

Tetapi...

Tetapi...

Tetapi...!

Di saat yang bersamaan, gue langsung teringat dengan berbagai gangguan yang masih mengganggu diri ini! Okelah, skripsi pasti juga mengganggu. Tapi itu kan emang buat ngelulusin gue. Tapi, gimana dengan yang lainnya? Revisi jurnal MPE? Mentoring? Antropos? Ospek jurusan (yang belum tentu juga gue ikutin, tapi kayaknya mesti gara2 gue punya peluang buat diganggu gugat sama temen2 yang wajib ikut. Maksudnya, jadi panitianya. Gak mungkin mereka sendiri bisa. Takutnya, bantuan gue diperluin)? Bantuin nyelesein tugas-tugasnya temen? Bantuin adek kelas? Bantuin beberapa temen di luar kampus? Kalau di kampus sering ketemu sama temen yang resek? Kalau di rumah sering diganggu sama dua ponakan? Kadang juga kalau di rumah sering banget gue dimintain tolong buat ini dan itu, padahal jelas-jelas gue lagi sibuk!?

Dan di satu sisi, gue mesti ngebagi waktu buat semua itu!?
GUE ENGGAK BAKALAN PUNYA WAKTU BUAT ITU SEMUA. WHAT THE FUCK!? :"(

Gue... Lalu... Membatalkan waktu luang buat les Bahasa Inggris. Gue enggak yakin, kalau semuanya bakalan berjalan dengan lancar. Berikut dengan gangguan-gangguan di manapun gue berada dan punya sifat yang begitu ganas... Gue batalkan semua itu. Gue tegang. Gue merasa lemas.

Gue mengundurkan diri.

(Don't lose your hope to study Anthropology... See you in Sussex!)

...

Akhirnya, gue memutuskan diri untuk menolak belajar di Inggris buat saat ini. Karena, gue harus bisa memastikan bahwa diri gue ini lulus terlebih dahulu. Percuma aja kalau gue lulus IELTS, tapi gue gagal 'mengeluarkan diri' dari kampus.

Hingga akhirnya, gue dikirimi sebuah link dari UKBC untuk studi alternatif di Antropologi. Ada sebuah universitas yang memiliki studi minor pascasarjana yang bernama Anthropology of Cyberculture. Ia berada di London. Ia bernama... University of Exeter...

Hm, gue harus bersyukur atau ngucap? Ini merupakan rejeki sekaligus bencana bagi diri gue.

Setelah melihat layar link tersebut, gue kembali fokus buat ngerjain revisi jurnal MPE. Enggak lama kemudian, gue bertanya kepada salah seorang staf mengenai soal Antropos melalui SMS.
Gimana lanjutannya? Tepat sekali, enggak dibales.
Heran, apa sih susahnya bales SMS. Iya, kabari aja berita terakhir yang ada. Gue nanya bukan maksudnya buat meneror kalian kok, melainkan emang kepingin tahu aja gimana kabar terakhir pekerjaan kita-kita ini! :"(
Beberapa saat kemudian, Apiz, Irin, dan Devita mempertanyakan bagaimana kabar Antropos melalui SMS. Well, once again to you all... Well, fuck you all! :"(

......

Di saat gue punya impian yang besar, ternyata ada dinding penghalang gue buat jalan ke impian besar tersebut. Semua halangan itu ada di sekitar diri gue, kenyataannya! Bukan jauh2 dari tempat impian alias dari Inggris, bukan!

Halangan itu merupakan pekerjaan-pekerjaan yang sedang gue geluti saat ini. Halangan yang begitu menyebalkan dan kerap merepotkan lahir batin. Karena, pekerjaan-pekerjaan itu bukan cuma gue aja yang mengatur. Ada berbagai manusia yang bekerja di dalam pekerjaan tersebut. Dan, susah sekali mengatur mereka buat bisa bekerja sama dengan baik. Alamak.
Sedih sekali rasanya kalau tahu ada beberapa teman gue yang enggak bisa diajak bekerja sama. Mereka enggak mengerti kalau gue punya impian yang besar. Mereka enggak mengerti kalau gue perlu menyelamatkan diri gue. Mereka cuma bisa merepotkan, cuma bisa meminta tolong. Dan, belum tentu mereka mau menolong balik diri gue. Karena, mereka enggak mau direpotkan entah kenapa. Sedih! Sedih!! :"(

Begitu juga dengan keadaan di rumah. Sedih rasanya punya keluarga yang kadang kurang bisa diajak bekerja sama. Sering gue bilang kalau gue punya kesibukan, maka gue minta agar gue enggak usah diganggu dulu. Eh, kenyataannya gue juga masih sering diganggu. Masih sering dimintain tolong. Mulai dari permintaan tolong yang masih gue anggap wajar hingga enggak wajar. Yang enggak wajar itu, misalnya dimintain buat nitip keponakan. Ngapain sih, anak orang lain dititip ke orang lain ini!? Orang lain ini kan juga belum tentu bisa mendidik anak tersebut!? Jujur, gue takut ngurus anak kecil buat saat ini karena kalau menjaga mereka itu udah termasuk mendidik mereka. Khawatir banget, kalau-kalau mereka berbuat onar ya akibat mereka mengimitasi perbuatan buruk diri gue. Di saat ini, kadang dua orang tuanya itu suka sibuk melalang buana di luar rumah. Mentang-mentang punya baby sitter yang gonta-ganti pula, mereka bisa aja ninggalin kedua anaknya itu. Uniknya, walaupun gue enggak pernah ngajarin mereka buat jadi anak bandel, tapi mereka sering banget jadi anak bandel. Iya. dua ponakan selalu bikin onar di rumah entah kenapa. Mereka juga kerap gangguin gue. Belum lagi kadang Kak Adis dan suaminya juga kerap bertengkar. Berisik banget, ampe pake teriak-teriak segala. Kadang juga, nyokap kerap berantem sama Kak Adis. Kadang juga ke Kak Titi. Sama juga, kerap pula pake teriakan segala. Giliran gue teriak-teriak pas lagi main game, semua pada panik mempertanyakan, "Kenapa Ardi teriak?". Dalam hati gue bertanya-tanya, "Kenapa kalian berani teriak sama orang lain? Gue teriak ke game, lho. Ke benda mati yang enggak punya perasaan. Jauh lebih baik daripada berteriak ke orang lain yang notabene punya perasaan!". Kapan gue bisa merasa damai di rumah sendiri, terus!? Sedih! Sedih!! :"(

Gue sedih di dua tempat. Baik di kampus maupun di rumah, gue bersedih hati :"(.

Lah, terus apa hubungannya dengan Skripsi? Pencarian studi ke Inggris ini jadi motivasi gue buat meluluskan diri dari UI dan melanjutkan pasca sarjana. Percuma banget ngambil pasca sarjana tapi sifatnya random, gitu. Lo kira ngambil pasca sarjana kayak ngambil sample penelitian, sistemnya sistem acak? Apa aja deh, yang penting pasca sarjana. Enggak, kan? Tentu, pasca sarjana ini pasti merupakan pilihan yang sesuai dengan hati nurani. Udah cukup sama cerita salah masuk jurusan buat program sarjana (ini kan banyak yang ngalamin, ya.). Kalau lo mau ambil S2 dan S3, jangan ampe kejadian nyasar keulangi lagi. Ngapain banget, kalau hidup ini bikin kita nyasar melulu. Ya, enggak?

Sedangkan, skripsi menjadi syarat utama buat lulus dari kampus. Yang penting, skripsi dulu selesai, Kalau yang lainnya enggak selesai, misalnya Antropos, Mentoring, Ospek Jurusan, dan sebagainya enggak selesai ya silahkan aja enggak selesai. Emang gue pikirin... (Walaupun pemikiran tersebut juga enggak harmonis dengan takdir, sih. Kenyataannya, Antropos, Mentoring, sama Ospek Jurusan selesai sebelum skripsi ini selesai. What the fuck!)

Halangan inti di antara semua itu ialah skripsi. Dinding yang besar. Dinding yang punya berbagai dinding-dinding kecil lainnya seperti Antropos, Mentoring, Ospek Jurusan, dan masalah keluarga di rumah...

Semua masalah. Semua masalah ada baik di dalam kampus maupun di dalam rumah. Semuanya.

Dan kalau begitu ceritanya, pasti... Pengerjaan skripsi harus disertai dengan rasa bersedih hati... Just... What the hell... What the fuck... What the heck is goin' on!? :"(

Walaupun, gue mesti... Tetap... Harus... Memelihara impian besar tersebut baik-baik di dalam hati nurani...!?

Ugh...

(Don't lose your hope to study Anthropology... See you in Sussex!)

Wejangan dari Mr. George menggaung di kepala gue. Ingat, Mr. George ingin melihat gue bisa studi di Inggris, lho. Studi Antropologi, tepatnya.
Apakah hanya karena dinding-dinding berjiwa bangsat tersebut, maka gue malah melepas harapan, malah berputus asa dari impian tersebut?
Impian tersebut memang besar. Tapi sebenarnya... Realistis apabila didampingi oleh usaha yang maksimal!
Entah Sussex ataupun Exeter... Gue harus tetap punya rencana buat ke sana... Walaupun kemungkinannya juga tetap kecil.
I don't want to lose my hope too, Mister! But... Well... You know that my challenges are still awaiting... The challenges everywhere... In the campus, and even in the home, too... The home that will not be safe as houses just like before... :"(
... Gue pengen bahwa suara tersebut beresonansi di Inggris sana. Atau, minimal di telinga maupun hati nuraninya Mr. George. Agar ia bisa berpesan dengan para koleganya di Inggris. Agar Inggris bisa tahu dengan masalah yang saat ini sedang gue.... Alami... :"(

(Don't lose your hope to study Anthropology... See you in Sussex!)

..... :"(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar