Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Kamis, 14 November 2013

Teman sebagai Penghibur Sejati - Teman itu Bernama Damar (2)

Gue mau cerita lagi soal Damar. Seorang sahabat. Seorang teman seperjuangan gue yang begitu kocak.

Gara2 dia ada, gue jadi ngelupain apapun yang bikin gue bete. Misalnya, skirpsi dan kepengurusan Antropos 2013. Semua itu bikin gue bete. Tetapi, ketika dia ada - dia menghibur diri gue. Baik secara implisit maupun secara eksplisit. Enggak kayak temen2 gue yang lain. Mereka semua cuma bisa menuntut diri gue agar cepat menyelesaikan skripsi dan Antropos 2013.
Orang2 yang seperti itu lebih baik gue acuhin aja. Gue hargai diri mereka dengan sikap acuh gue dan... Kalaupun gue jawab, gue bakal jawab apa adanya. Mereka harus mengerti bahwa mengejrkana skripsi dan majalah itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Oke, lebih baik cerita duka mengenai skripsi dan majalah ditunda terlebih dahulu.

Enggak ada salahnya sih berduka. Tapi, rasa duka yang disimpan maupun diceritakan terlampau lama juga enggak baik baik buat psikis maupun fisiologi diri. Betul?

Kayak yang mau gue ceirtain ini. Cerita seorang pria yang mampu menghibur diri gue. Sekalipun ia menghibur diri gue dalam waktu yang sekejap, tapi gue merasakan manfaatnya berabad-abad - bisa jadi manfaatnya lebih lama ketimbang usia gue yang diprediksikan fana ini: kurang dari seabad.

Suatu kali kami semua berjalan ke Desa Nunuk dari Depok dengan naik Bus Loragung. Sebuah bus yang ditumpangi oleh para supir dan kenek Wong Jowo yang begitu piawai dalam mengatur jalannya melampaui jalur pantura. Para supir dan kenek tersebut juga begitu piawai dalam mengendarakan bus besarnya itu cepat-cepat. Mereka tidak merasa tergesa-gesa. Tetapi, mereka juga tidak merasa santai dalam mengendarai bus itu.
Mereka hanya santai dalam kecepatan yang begitu tinggi.
Alat ukur santai yang terdapat di dalam diri mereka begitu berbeda dengan diri gue: di atas 100 km/jam!

Hingga suatu kali bus itu rem mendadak karena harus bisa mengikuti kecepatan truk yang menghalanginya di depan. Kalau mereka tidak memaksakan rem tersebut, kami semua akan celaka. Truk yang ada di depan juga akan celaka.

Klakson dibunyikan. Gue begitu sakit hati melihat kelakuan supir yang 'begitu santai' itu. Ini merupakan sebuah ironi dari hati dan jantung gue yang begitu lemah terhadap budaya mengebut a la Supir dan Kenek Loragung jalur Pantura.

Sang Supir agak kesal. Sang Kenek agak tertawa melihat perilakunya itu. Ia menertawakan perilaku truk yang menghalangi kami. Sepertinya begitu. Atau mudah-mudahan interpretasi dalam benak imaji diri gue yang begitu minim ini salah sepenuhnya.

Gue sama sekali enggak bisa memahami budaya mereka. Karena gue enggak biasa melakukan budaya tersebut. Karena gue enggak bisa mengikuti budaya tersebut. Karena...

"Di, kenapa? Kok tampangnya stres gitu?". Sahut Damar kepada diri gue. Sahutannya itu membuat diri gue tenang dan sedikit demi sedikit melupakan pahitnya menumpang di Bus Loragung ini.

Gue: Iya. Biasa, gue tadi takut banget ngelihat supirnya hampir nabrak truk tadi. Gila, jantung gue mau copot. Untung aja selamat gara2 doa nyokap.

Damar: Hahaha, seloow. Gue juga mayan tegang kok (tertawa). By the way, lo tahu enggak, cheat terpenting di GTA San Andreas?

Gue: Hehehe. Tahu dong. R1 R2 L1 R2 kiri kanan atas bawah kiri kanan atas bawah.

Damar: Itu cheat health ya. Itu gak penting lho.

Gue: Lho, apaan lagi yang lebih penting?

Kemudian dia melantunkan sebuah cheat yang sama sekali enggak gue ngerti. Gue enggak inget sama cheat itu.

Damar: Tahu enggak?

Gue: Enggak. Apaan sih?

Damar: Jet pack.

Gue tertawa keras-keras di bus itu. Kali ini, kebalik. Semua hening bukan gara-gara melihat kecelakaan yang tadi hampir aja terjadi, melainkan... Hening gara-gara melihat diri gue tertawa terbahak-bahak. Lambat laun, anak antrop yang ikut pada tertawa, dosen juga ikutan tertawa, bahkan... Para supir dan kenek juga tersenyum - sinis, lebar, biasa, bahkan juga tertawa kecil melihat tingkah laku bocah dari Bintaro ini!

Terima kasih, Damar. Lo udah bisa membuat diri gue melupakan kerasnya hidup di jalan raya. Sekaligus, lo bisa membuat diri gue malu di depan umum! XD

baca: ucapan terima kasih gue terhadap Damar itu senada dengan ucapan terima kasih a la testimonial... Klinik Tong Tong... You know what I mean XD maaf kalau2 ada berbagai pihak yang tersungging eh salah tersinggung atas bercandaan yang satu ini. Gue gak bermaksud rasis kok :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar