Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Senin, 28 Oktober 2013

Seminar MPE (Bagian Ketiga alias Terakhir)

Yea, here we go again and again! We'll save the day for this day! XD

Oke, tibalah hari ketika gue akan menapaki panggung baru gue menjadi etnografer yang andal: I will attending the conference! Oke, deg2an, tapi gak bikin jantung mau copot kok, enggak ampe yang segitu parahnya :D
Nah, gue tiba di kampus pagi seperti biasanya. Kayak biasa gue sarapan dulu di dalam mobil yang baru aja gue parkirin. Kemudian, gue langsung aja jalan ke Auditorium... Eh ternyata, belum ada siapa2... -,-

Gue menengok ke arah bawah. Eh ternyata, gue ketemu sama anak2 yang baru mau mempersiapkan dirinya buat hari ini seperti Mbing, Pipit, dan Bayu di meja semen. Ya, gue langsung aja ke sana. Di situ gue langsung menyapa Bayu, "Hey, raksasa! Nih, gue pake batik. Kita janjian, kan?". Bayu tiba2 menjawab, "Eh iya Di. Gue pake kemeja biasa. Gue yang ngajak pake batik kemaren, kok hari ini malah lupa ya?".

.... LMFAO.. Ada2 aja si raksasa yang satu ini XD

Setelah gedung Auditorium dibuka, kami semua yang menjadi peserta langsung aja ke sana. Tapi, hari ini gue gak mau ke Audtorium. Gue penasaran sama yang ada di kelas F. Kebetulan juga ntar pukul 10.15 WIB gue juga presentasi di kelas F. Sesampainya gue di kelas F, gue ketemu sama Pepep yang agak heboh ngurusin kelompok hari ini. Katanya, "Haduh... Internet lemot... Aku belum dapet data semua anak... Abisan aku sibuk banget buat kemaren dan capek..". Huh, sabar ya, baru kali ini gue melihat anak Madura tersebut mengeluh sampai tingkatan seperti ini. Jakarta memang kejam -,- terutama buat anak2 yang merantau -,-.
Pepep berkata, "Di, minta flash disc mu dong... Mau aku masukin buat ke daftar urut seminar.. Kamu maju ke urutan berapa? Oh, yang kelima di sesi kedua ya? Oke2...". Haha, selamat berjuang ya Pep! :D Semoga kamu mendapat pahala yang baik di Sisi-Nya (?). Sukses dunia akhirat buatmu, Pep :D

Darsya si sohib kemudian datang. Gak lama kemudian, datang pula si Damar dan Kak Afifah. Pepep langsung menyambar, "Darsya! Damar! Ayo, cepetan mana flash dick mu berdua! Biar bisa presentasi nih!". Darsya dan Damar langsung memberikan bahan presentasinya dengan muka yang gak kalah heboh juga.

Hari ini begitu heboh, ya? Gak kalah hebohnya dibandingkan dengan yang kemarin?

Gak lama semua dosen yang mengurus kelas ini hadir: Mas Yanto, Mas Ezra, dan Mbak Dian (Mas Irwan pas sesi gue jadi moderator dan sesi selanjutnya jadi pembina. Begitu juga dengan Bu Endang). Semua udah pada siap, dan akhirnya seminar buat hari ini alias hari terakhir dimulai juga! Gak lupa, Pak Tedi juga menonton di kelas ini. Pak Dadi menonton aksinya Mbing, Pipit, Bayu, dan lainnya di Auditorium sana. Maaf ya Mbing, Pipit, Bayu, dan lainnya yang lagi beraksi di Auditorium, gue gak nonton lo semua buat hari ini :( wyatb as always doonk :D . Dan gak lupa beberapa peserta lainnya juga datang seperti Bacang, Monik, Windak, Fendi, Alin, dan Imam. Oke, kita mulai aja!

Pertama-tama, Darsya mempresentasikan soal eksistensi "The Gift" a la Marcel Mauss dan Henri Hubert dalam konteks pemberian warisan. Lalu, Kak Afifah berbicara tentang dinamika "The Gift" pada hajatan tertentu. Dua orang ini jadinya omongin soal "The Gift". Akhirnya, Damar berbicara mengenai pendewasaan seks remaja dan komparasinya pada sebelum 1998 dan setelahnya akibat iptek. Yes... We're so proud of you after all :D

Seperti biasa, sesi istirahat dimulai. Sembari istirahat dan menunggu pukul 10.00 WIB, saya bertanya kepada Ka Titi via SMS tentang keberadaannya. Tapi enggak dijawab. Mungkin lagi cari parkiran atau gimana. Tepat pukul 10.00 WIB, Mama, Ka Titi, dan Tante Ce datang :D . Kemudian, Mbak Erlita menyuguhi beliau sekalian snacks. Hahaha... Gimana gue gak terharu melihatnya :D

Oke, waktu udah menunjukan pukul 10.15 WIB dan gue langsung aja bersiap2. Bacang dan Monik yang nemenin gue juga udah siap. Kemudian, moderator Mas Irwan, pembina Bu Endang serta Mbak Dian juga ada. Ada Pak Tedi seperti biasa jadi tamu. Dan... Bu Priyanti Pakan sebagai dosen tamu... Beliau yang satu ini cukup heboh dalam mengubah atmosfer dari yang tadinya tegang... Menjadi sangat tegang... -,-

Haaayy wish me luck! XD

Pertama2, Bacang mempersentasikan eksistensi sponsorship untuk keberlangsungan TKW. Kemudian M. Ardi Pritadi alias gue (-,-) mempresentasikan "Siklus Migrant-exporting Schemes Tiada Henti-hentinya" dengan waktu yang melebihi batas satu menit (maaf ya Mas Irwan, hehehe). Akhirnya, Monik mempresentasikan tentang "Marital Power". Wuih. Pak Tedi bertanya, "Mengapa TKW banyakan ke Arab". Gue jawab, "Karena TKW pertama di Desa Nunuk itu ke Arab. Pulang2nya jadi orang gedong. Kemudian, seisi desa langsung tahu dan menjadikan Arab sebagai referensi utama buat kerja jadi TKW.". Bacang jawab, "Karena Arab itu nawarin gaji yang banyak perbulannya. Bisa sekitaran dua ampe tiga juta, jauh lebih mending daripada kerja jadi petani.".

Lalu, Bu Priyanti bertanya kepada Monik mengenai konsep "Marital Power" dan relevansinya terhadap hasil penelitiannya. Kami semua tegang. Dan Bu Priyanti berkata, "Enggak... Saya mau klarifikasi aja... Saudara Fairina (Fairina itu nama aslinya Monik. Kenapa dipanggil Monik? Gue juga gak tahu alasannya ampe sekarang) mau pakai konsep yang mana? Ambil salah satu aja, terus jadikan itu sebagai dasar argumentasi Anda...". Iya, it makes sense. Kalau ambil lebih dari satu, ya pusing dong. Lagian pula, program sarjana kan gak nuntut yang berat2. Jadi, kerangka teoritisnya kalau cuma satu aja ya enggak apa2. Kalo lebih itu mungkin buat program pascasarjana kali.

Tapi, kami Monik kebingungan. Gue dan Bacang juga gak bisa bantuin. Selain kami berdua gak ngerti sama konsep "Marital Power" itu sendiri, nah buat gue pribadi: dua kaki gak bisa gerak malahan akibat atmosfer yang ada.. Hmm...

Kemudian, Mbak Dian berkomentar untuk gue, "Judul kamu menarik! Soal siklus. Tapi, kok kamu kurang menjelaskan soal siklus itu. Jadi, saran saya buat revisi makalah nanti kamu perbaiki - analisis lebih dalam lagi soal gimana siklus itu: apa yang dimaksud dengan siklus itu, dan gimana prosesnya, gimana berjalanya siklus itu.". Saya menjawab, "Saran diterima, terima kasih ya Mbak Dian.".

Akhirnya, selesai juga! Dan, keluarga gue yang hadir pun mengucapkan selamat dan memuji2 gue (ya anak sendiri masa gak dipuji, haha). Sembari mengobrol, gue mengantar beliau sekalian ke parkiran mobil. Ya, mereka langsung pulang :D. Di tengah perjalanan, ada beberapa teman seperti Anis, Mbing, Ula, dan kawan2 yang baru aja ngambil makan siang di Departemen dan menyapa keluarga gue dengan hangat nan ramah.

Mengharukan sekali...

Akhirnya, kami sampai di parkiran dan langsung saja: beliau sekalian pulang... Dengan perasaan suka cita melihat anak - adik - ponakan ini beraksi menunjukan kebolehannya buat pagi ini. Haha...

Mengharukan sekali... Gimana gue gak terharu... :"D

Sekembalinya gue ke kelas, gue sekalian ngambil makan siang. Ya gimana gue gak laper, haha. Nah, sembari gue makan siang, haha, Wiw, Windak, Fendi, Alin, Metha, dan lain-lain (maaf ya gue lupa) berkomentar, "Ardi.. Tadi yang dateng itu nyokap, kakak, sama tante lo ya... Sweet banget... Ntar pas lo sidang skripsi, mereka juga diundang aja biar lo semangat kayak tadi!". Haha, saran diterima! :D

Yeah.. Skripsi itu juga jadi bakalan panggung baru gue...

Setelah Ishoma, kami langsung saja lanjut ke sesi yang berikutnya. Kali ini yang unjuk kebolehan.. Empat orang, atau mereka yang boleh gue sebut sebagai genk "Domestik vs Publik" karena benang merahnya mereka mempertanyakan, menantang, dan mengaplikasikan teorinya si Michele Z. Rosaldo. Empat orang ini ialah Windak, Alin, Fendi, sama Imam. Moderatornya adalah Mbak Dian, sedangkan pembinanya adalah Mas Irwan. Tamunya adalah Pak Tedi yang selalu setia menemani kami. Gimana aksi mereka? :D

Windak membahas tentang dinamika relasi gender. Kemudian, Alin membahas tentang pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Sedangkan, Fendi membahas tentang renegosiasi antar suami istri. Akhirnya, Imam berbicara tentang konstruksi domestik publik pada biduan. Once again, we're so proud of you all!

Btw, ada tiga orang yang seharusnya ada di sini menjadi presentator juga tapi nyatanya gak bisa maju. Hm, tiga orang itu ialah Zae, Rakhmat, dan Indro. Kalo Zae, okelah dia masih ingin memulihkan dirinya akibat kejadian naas itu. Lalu, Rakhmat dan Indro yang mengundurkan diri karena alasan yang tidak diketahui - sama seperti Yoga.

Nb buat Zae: Semoga lo cepat pulih ya Zae. Maaf banget. Maaf kalo lo gak bisa hadir bersama kita. Hingga suatu saat nanti kita juga bisa akhirnya berjumpa lagi di panggung ilmiah! Kita bisa saling mengritik konstruktif. Kita bisa sama2 mendapatkan pengalaman yang mengharukan! :D

Nb buat Rakhmat: Hmm... Gue agak bingung sama lo. Gue selama ini bersusah payah nolongin lo. Tapi kenapa pada ujung2nya lo ngundurin diri? :"(

Nb buat Indro: Iya, Ndro. Kenapa lo juga gak mau unjuk diri? Kenapa lo gak ikutan neliti pada periode kedua penelitian? Tahu gak, Desa Nunuk kemaren sepi gara2 gak ada orang yang bisa diajak ikutan ketawa terbahak (?). Bukan, gak cuma itu. Lo adalah teman seperjuangan. You're a highly valued comrade after all. That's all. Why, Ndro? Why? :(

Sorenya, kami kembali ke Auditorium untuk menonton sisa pertunjukan ilmiah hari ini dan pada akhirnya nanti juga kami mau menonton acara penutupan seminar. Di tengah2 itu, Bu Yunita tiba2 menyahut saya, "Wah, ada anak mami nih! (tertawa bercanda) Tapi bagus, itu artinya kamu menunjukan keseriusan kamu!". Kemudian, beliau menanggapi pertanyaan dan permintaan Nendi dan Giri yang sepertinya akan bermasalahan untuk revisi nanti. Good luck for you all guys! :D
Nah, ada empat orang yang maju, yaitu Giska, Metha, Wiw, dan Tango - gue sebut mereka sebagai genk of kinship. Yang cuma sempet gue lihat itu si Wiw aja, membicarakan soal "Schismogenesis". Kemudian, akhir sesi Mas Yanto selaku moderator terharu, katanya "Udah lama antropologi gak ngebahas soal kekerabatan.". Kemudian, Mbak Dian berkomentar, "Tango bagus! Soal pengungkapan state of the arts nya, dan sebagainya.".

Hmph. We're even as always, Tango! Tadi gue juga sempat dipuji sama Mbak Dian. Hm, buat lo, gue gak mau kalah! :D Congrats to you, Tango. Hope yourself can defeat all of your abnormalities. Jangan cuma pinter otak doang, tapi juga pinter perilaku dong! -,-

Setelah itu, mulailah kita kepada sesi penutupan yang sangat mengharukan. Awalnya, kami meminta sambutan kesan pesan dari Pak Dadi dan Pak Tedi. Pak Dadi menyampaikan kesan pesan dan menglarifikasikan soal KPCH nya (baca: Kelompok Pengukur Curah Hujan) dan Pak Tedi menyampaikan soal kesan pesan berikut sejarah Desa Nunuk. Setelah itu, ada sambutan dari Bu Endang. Akhirnya, ada sambutan dari beberapa teman (dadakan) seperti Ubed, Nendi (?), dan Ula. Ula menangis karena terharu. Gue jadi gak enak sama si Ula :"( . Akhirnya, kami mengakhiri semuanya dengan membaca Hamdalah (serius lho) sama foto bareng.

Sangat.... Mengharukan.... Bener2... Ini bener2 menjadi kado istimewa setelah gue susah payah berjuang menghadapi kejadian naas itu... :"D

Saya kemudian pulang langsung ke rumah dan sesampainya di rumah, saya langsung tidur :D melepas kelelahan dan merayakan kebahagaiaan hari ini lewat cara yang menyenangkan fisik maupun psikis :D

Nb buat pembaca maupun yang enggak membaca ini: Enggak, gue gak mau marah atau kecewa kok, haha (?). Thanks banget ya atas doanya! Kami semua sukses dalam acara ini! Doakan pula agar revisi jurnal kami juga lancar yaa :D wyatb to you all, guys and girls of... Either the readers or not...! :"D semoga cita2 dan impian lo semua tercapai dengan sebaik2nya baik :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar