Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Senin, 28 Oktober 2013

Seminar MPE (Bagian Kedua)

Oke! Here we go! :D

Seminar Metode Penelitian Etnografi yang dikepalai oleh Bu Prof. Yunita Triwardani Winarto pada tanggal 16-17 Oktober 2013! Seminar yang dilakukan oleh program Sarjana Antropologi UI, tokoh utamanya adalah Mahasiswa dan Dosen Pembina yang ikut meneliti di setting yang sama, yaitu Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu pada dua periode sekaligus. Dua periode sekaligus ini adalah Bulan Juni (buat penelitian pendahuluan alias preliminary survey) dan Bulan Agustus (buat penelitian yang udah fixed selama sepuluh hari bersih). Sebuah event yang membanggakan, mengharukan, sekaligus menegangkan tentu saja!

Semua itu dimulai pada hari pertama.
Pada hari pertama, gue duduk manis langsung di gedung Auditorium. Gue menengok kiri kanan ada apaan. Ternyata ada Apiz dan Pepep yang minta bahan presentasi ke diri gue. Gue tentu tidak bisa menolak permintaan mereka berdua. Tidak lama mereka mengembalikan flash disk tersebut.
Kemudian, gue langsung melihat beberapa keramaian setelah pukul 09.00 WIB pagi berdetak. Kami pertama-tama langsung aja dulu melihat aksi teman2 pertama kami yang meneliti di Kalimantan. Cuma ada tiga orang, yaitu Feni, Zia, dan Wieldan. Ketiga orang ini bukan maksudnya mau misahin diri dari kami, enggak. Tapi, Dosen Pembinanya yang bernama Mas Dave mau menawarkan aja kepada ketganya soal penelitian di Kalimantan.

Pertama-tama yang maju adalah Wieldan. Zia duduk di sebelah Wieldan. Dan Feni masih ngejar kereta yang ketinggalan dari arah Bogor -,- . Jadi, Feni belum datang. Jujur, dua presentasi yang ditawarkan oleh mereka berdua benar-benar membuka cakrwala gue lebih dalam lagi mengenai Kalimantan itu seperti apa. Yang terbayangkan adalah peta sosial budayanya. Oh, ternyata Kalimantan gak seromantis yang dulu, ada macam2 etnis lain selain Dayak. Dan ada berbagai macam keunikan dari keberagaman tersebut. Wieldan sendiri mencoba menggagas bahwa ada sebuah Etnis Dayak yang memiliki sense of belonging sendiri dan menciptakan suatu imagined community yang baru. Zia berbicara tentang altruisme resiprokal yang terjadi di komunitas Long Busang. Sedangkan, Feni (yang baru aja datang, hampir aja telat, zzztt) berbicara mengenai peradaban dari kartu identitas untuk etnis Dayak tertentu. Jujur, gue sendiri berkaca-kaca melihat aksi mereka bertiga. Oah! Subhanaullah! We're so proud of you all!! XD

Kami kemudian istirahat sejenak terlebih dahulu. Break time ini sudah termasuk waktu Ishoma. Di sela-sela waktu, gue berbincang dengan Wieldan mengenai undangan keluarga gue untuk menghadiri seminar gue besok. Apa katanya?
"Di, your family is one of your primary strenght beside your own strenght, you know! So be it! Undang aja! Hahaha.".
Hehe. Wieldan, gue masih inget, pas masih Maba dulu kita sering banget berantem. Sering debat argumen. Sering gak setuju satu sama lain. Tapi sekarang siapa sangka? Ketika kita dihadapi masa tua alias masa tingkat keempat seperti yang sekarang ini, kita adalah teman seperjuangan yang saling mendukung satu sama lain. We're comrades, after all! :D

Setelah break time tersebut, kami semua kembali lagi duduk manis di Auditorium. Menunggu beberapa peserta lainnya. Oh, ada Botak, TM, Windan, dan Seto. Keempat orang itu yang akan menunjukan kebolehannya. Sebenernya.. Ada seorang lagi, yaitu Yoga. Sayang sekali, dia mengundurkan diri :( . Oke, lanjut aja. Botak ngomongin konsepsi kekuasaan Lembaga Adat. TM dan Windan ngomongin bagaimana pemimpin wanita di Lembaga Adat dilihat secara antropologis. Haha, TM dan Windan ini feminis banget! XD Akhirnya, Seto berbicara soal kepercayaan bahwa ada pengaruh yang kuat antara Jalan Balai Adat dengan pemilihan Adat, yaitu orang yang jadi pemimpin Adat pasti yang tinggal berdomisili di Jalan Balai Adat. After all, we're so proud of you all! :"D

Nb buat Yoga: Yog, andaikan lo ikut, gue yakin lo juga pasti enggak kalah sama keempat peserta lain itu dalam berunjuk kebolehan. Gue heran aja kenapa lo ngundurin diri di event akademik yang penting banget. Dan lagian, seminar ini juga nentuin apakah kita bisa ngambil skripsi apa enggak, lho.. Hmmm :( Oke, sukses buat lo ya Yog, kapan pun dan di mana pun lo berada :(

Nah, kita break lagi. Sekali lagi, kita mulai abis Ashar. Dan sekarang yang maju menunjukan kebolehannya di Auditorum ialah geng petani! Keempat orang itu ialah Giri, Nendi, Anis, dan Pepep. Ya bisa dibilang mereka itu F4 versi Petani Desa Nunuk (?) LMFAO XD

Selagi mereka presentasi, datanglah dua orang tamu yang gak gue sangka-sangka. Beliau sekalian datang dari Desa Nunuk dan berdiri di bus selama kurang lebih tujuh jam 'hanya untuk' menonton aksi kami. Yaitu, Pak Dadi selaku penjaga warung dan menjadi sponsor utama kita di Desa Nunuk dan Pak Tedi selaku Sekretaris Desa Nunuk yang pernah gue wawancarin mengenai 'peran negara dan tragedi politik dalam migrant-exporting schemes'. Wah, gue terharu dan menangis di dalam hati melihat kedatangan beliau sekalian :"D

Jadi, Giri berbicara tentang land tenure. Kemudian, Nendi berbicara mengenai strategi petani untuk bekerja di luar pertanian. Lalu, Anis berbicara mengenai strategi pengairan. Akhirnya, Pepep berbicara mengenai perbedaan pengambilan keputusan petani untuk memilih varietas benih. Di sesi kritik, saya mengritik positif kepada Nendi mengenai pentingnya TKW sebagai strategi petani di dalam bidang non pertanian. Apabila Nendi mau, maka Nendi boleh meminjam hasil penelitian dan data2 lapangan gue mengenai hal tersebut. Lalu.... Tango mengritik dan mempertanyakan aplikasi teori pilihan rasional dalam etika pengambilan dan pembagian air kepada Anis. Hm, nanya kok ribet bener! -,-

Hari ini seminar selesai pada pukul 16.17 WIB. Kami semua yang hadir menonton senang! Tentu saja, apalagi para presentator yang telah menunjukan kebolehannya tadi. Gimana gak tegang? Gimana udah lega? Lega donk. Yang penting hari ini terlewati dulu. Besok, besokannya gua! Haaa zzzttt T_T

Calm down, Ardi. You can do it! :)

Pas gue mau jalan ke parkiran mobil, gue ketemu sama dua presentator tadi, yaitu Anis dan Nendi. Tiba2 Nendi berkata, "Di, makasih banyak ya Di. Untung lo bantuin gue ngerevisi. Untung juga lo bantuin gue buat presentasi tadi. Terus juga, akhirannya lo ngasih gue komentar positif. Makasih banyak ya Di.". Gue jawab, "Ya, buat temen seperjuangan gue gak bakalan pelit2 lah, Nen". Lalu, Anis juga berkata, "Di, makasih banget.". Gue bertanya, "Makasih kenapa Nis, sorry? Perasaan gue gak bantu lo apa2?". Dia menjawab, "Haduh, lupa ya lo. Makasih lo, kemaren lo udah bagiin gue bahan teori pilihan rasional. Kalo enggak, gue gak bisa jawab pertanyaan Tango! Hahaha". Gue jawab, "Haha, so you rocked it well, Nis! Very well done and good job. As always to, very welcome :D".
Sore itu benar2 mengharukan lahir batin gue. :"D

Gue terus berjalan ke parkiran mobil. Eh tiba2, gue ketemu sama lima orang yang gak gue sangka2: Pak Dadi, Pak Tedi, Wiw, Seto, dan Fendi. Sembari berjalan ke sana, gue berbincang dengan Pak Dadi. Pak Dadi bertanya, "Hmm.. Mas rumahnya di mana?". Gue jawab, "Di Bintaro. Hehe.".

Eh, kemudian beliau melanjutkan pertanyaan... "Di Bintaro sektor berapanya, mas?". Dengan antusias gue menjawab, "Bintaro sektor tiga.". Beliau berkata, "Yang deket sama Bintaro Plaza itu bukan?". Gue menangguk cepat! Gue terharu! Kemudian beliau berkata, "Saya pernah ke sana... Tahun 90an... Pas lagi ada proyek Ikang Fauzi renovasi BP...".

Astaga. Ada seorang manusia Desa Nunuk yang pernah jadi kuli bangunan di Bintaro tahun 90an. Di tempat yang merupakan tempat tinggal gue dari gue lahir. Dan sekarang ini, beliau itu menjadi teman baik yang gak pernah bosen2nya nganterin gue jalan2 di Desa Nunuk. Bukan apa2: abisan gue nyasar melulu di Desa Nunuk -,-.

Ugh... Sore ini benar2 sore paling mengharukan seumur hidup gue kuliah... :"D

Gue lalu memberi salam kepada semuanya dan menyalakan mobil. Ya, gue pulang ke rumah.

....

Sesampainya di rumah, saya langsung istirahat sejenak dan mandi sore. Setelah itu, saya Sholat Maghrib dan menunggu waktu Isya. Setelah itu, saya langsung Sholat Isya dan latihan presentasi untuk keesokan harinya. Iya, gue gak boleh gagal untuk beraksi besok. Keluarga gue akan datang menonton. Seusai latihan sersan (serius tapi santai), gue makan malem bareng keluarga.

Ka Titi dan Mama berkata, "Looking forward for tomorrow! We wish you all the best, Di!".

Malam yang mengharukan. Malam yang paling mengharukan seumur gue hidup di kuliah.

Bagaimana pula dengan besok? Apakah lebih mengharukan lagi? Atau justru gue tersesat dalam kesesatan berpikir sehingga gue malah dapet kejadian naas?

TIDAK AKAN! KARENA GUE UDAH DAPET KEJADIAN NAAS BERSAMA TANGO!

Kali ini gue gak mau lagi. Anggep aja, kejadian mengharukan (yang Insya Allah ada besok) akan menjadi kado sebagai imbalan gue sabar menghadapi kejadian naas bersama Tango Tengil.

Ya Allah... Please, give me a fragment of your strenght, so I can give my best for tomorrow and et cetera! :"D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar