Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Rabu, 25 Maret 2015

Masa Tengah Pengerjaan Skripsi: Oh, Akhirnya! :D

Suatu hari di Akhir Oktober 2014, Pukul 13.12 WIB
Terletak di Gedung B FISIP UI, tepatnya di ruang kerja Prof. Yasmine Zaky Shahab.

__________________________________________

Siang itu gue terdiam seribu bahasa.
Gue enggak nyangka sebuah hal.
Bahwa, diri gue berhasil melangkah ke tahapan selanjutnya khusus untuk skripsi ini! Hampir aja gue mengira kalau gue enggak bakalan pernah lolos dari siksaan tiada henti ini!
Sebenarnya, siksaan itu pasti berhenti, sih. Terutama di dunia ini. Makanya ada lagu yang berjudul "Badai Pasti Berlalu". Itu menandakan kalau penderitaan pasti akan berakhir.
Dan.., Ada kado yang menarik dari Yang Ilahi... Setelah penderitaan, pasti akan muncul kebahagiaan. Kebahagiaan minimal yang bisa kita dapatkan ya tentu saja... Bahagia karena merasa lega telah menyelesaikan masalah yang sebelumnya telah membuat diri kita begitu menderita, betul? ;)

Sama kayak gue saat ini.

Ini terjadi ketika gue melaksanakan konsultasi tatap muka berikutnya. Setelah sekian lama berkonsultasi secara online (via email, maksudnya), akhirnya beliau berkata,

"Saudara sudah bisa menulis!".

Come again?

"Saudara sudah bisa menulis!", kata beliau sambil menikmati makan siangnya. Haha, perlu amat sih gue ganggu gugat makan siangnya cuma buat konfirmasi pengerjaan skripsi gue. Ah, namanya juga kehidupan.

Lanjutnya, "Asalkan seperti biasa, saudara mesti nurut sama apa kata saran saya, ya. Ini, seperti yang saya sarankan, saudara mesti membagi tulisan ke delapan bab. Ingat, delapan bab. Jadi, ikuti revisi ragangan ini.". Gue menjawab, "Siap, bu.".

Sampai di rumah, gue langsung...
Enggak, kok. Gue santai-santai terlebih dahulu -,- , Hari ini udah capek dulu. Besok aja deh kerjainnya.

Besok dan seterusnya, gue langsung berjuang mengerjakan pekerjaan sesuai yang disarankan Bu Yasmine. Sebetulnya, gue sudah menyelesaikan semuanya. Tetapi, semua pekerjaan itu dirancang dalam lima bab. Jadi, yang perlu gue lakukan ialah mengonversi lima bab itu menjadi delapan bab. Yang perlu gue lakukan ialah mengonversi bentuk tulisan lama menjadi tulisan yang baru. Soalnya, tulisan yang baru ini sudah mumpuni sistematikanya. Iya, dibandingkan dengan tulisan lama, sistematikanya kok jadi agak meragukan.
Iya, di situlah gunanya dosen pembimbing. Cuma buat pesan moral aja. Dosen pembimbing sejati adalah dosen yang bisa memberikan kesempatan, memberikan feed back 'balikan' yang bagus, dan memberikan saran yang progresif bagi mahasiswanya. Tapi tentu saja, hal ini harus diseimbangi sama si mahasiswanya itu sendiri. Si mahasiswanya mau enggak mau ya harus ikut bagus juga. Jangan sampai nimpang, gitu.

Gue menulis Bab 3. Judul dari bab ini ialah "Pandangan Guru terhadap Sistem Terintegrasi di SMPIA 3 Bintaro". Bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu "3.1 Pandangan Guru terhadap Sistem Terintegrasi" dan "3.2 Sistem Terintegrasi pada Pendidikan Islam".  Pada sub bab pertama, gue bakalan nulis hasil coding diskusi bersama Jajaran Kepala Sekolah. Beliau sekalian menjelaskan kepada saya bagaimana yang dimaksud dengan sistem terintegrasi. Yep, pada intinya sistem terintegrasi merupakan kurikulum khusus yang diterapkan oleh al-Azhar yang dapat memberikan pedoman dasar untuk membuat pelajaran agama dengan non-agama harmonis. Setelah itu, gue mengelaborasikan data hasil temuan yang sudah diolah tersebut dengan referensi yang berbicara mengenai sistem terintegrasi. Ternyata, sistem terintegrasi membuat pemelajarnya menjadi Beriman Kepada-Nya serta dapat menyeimbangkan hidup antara dunia dengan akhirat. Pada sub bab kedua gue juga akan memberikan coding mengenai alasan kenapa sistem terintegrasi perlu dilakukan. Gue dapat banyak pengetahuan dari sini. Ternyata, sistem terintegrasi harus dilakukan untuk memperkuat Agama Islam itu sendiri. Umat muslim yang menghargai ilmu pengetahuan ialah umat yang juga menjaga nama baik agamanya. Jadi, ibaratnya itu, kalau ia tidak menghargai ilmu apapun, maka ia juga mencoreng nama baik Islam. Wawancara ini gue dapet dari salah seorang guru Agama Islam yang... Pernah mengajari gue dulu pas masih SD, lho. Bahkan, beliau juga berkata bahwa mendapatkan ilmu pengetahuan dari non-muslim alias orang kafir bukan berarti ikutan kafir juga! Justru malah kebalikannya, menolak ilmu pengetahuan dari siapapun (dan itupun akan berdampak positif pula, kan) akan mencoreng nama baik Islam. Jadi, kembali lagi ke dasar argumentasi yang pertama tadi. Oh! :o

Gue lalu menulis Bab 4. Judul dari bab ini ialah "Pandangan dan Perilaku Murid terhadap Sistem Terintegrasi". Di bab ini gue juga akan membagi di dalam dua sub bab, yaitu "4.1 Pandangan OSIS terhadap Sistem Terintegrasi" dan "4.2 Perilaku Murid terhadap Sistem Terintegrasi". Sub bab pertama adalah sub bab yang begitu menarik. Yep, it was a really really something interesting. Why? Because I've got the datum from Student Councils! Memang hebat banget nih anak OSIS. Jadi, menurut mereka sistem terintegrasi berguna karena beberapa hal, yaitu (1) Menjadikan pelajaran bagi kehidupan murid; (2) Memotivasi peserta didik untuk terus belajar; (3) Untuk diwariskan turun-temurun; dan (4) Untuk mengevaluasi keasalahan. Nah, sub bab kedua akan "diperankan" secara demonstratif oleh anak-anak selain OSIS. Mereka melakukannya di dalam empat hal, yaitu (1) Bagaimana murid begitu antusias mengerjakan tugas praktikum Biologi dan mengaitkannya dengan agama; (2) Bagaimana murid menyalami warga sekolah secara Islami; (3) Bagaimana murid mengkritik guru yang berperilaku tidak sesuai dengan sistem terintegrasi; dan (4) Bagaimana guru mengkritik murid yang berperilaku tidak sesuai dengan sistem terintegrasi.

Hah! Good! Hari ini udah selesai! Lanjutin lusa aja, deh. Lumayan, besok gue mau main game aja, ah. Berhubung sudah agak bosan dengan Gran Turismo 6, gue bakalan mencoba Shift 2: Unleashed di kamar. Pasang volume hingga 25. Dengarkan suara lantangnya Maserati MC12 GT1. Dengan sekejap suara-suara kemunafikan pengganggu lahir batin seperti nyokap yang lagi marah sama pembokat, kakak yang lagi marah sama suaminya, sama tangisan-tangisan bocah ponakan bisa gue lupakan karena sudah tertutup sama suara lantang dan jujur mobil super-cepat tersebut! Ibu dorong sapi, bahasa inggrisnya? Mom push cow X"D

Besoknya, gue lanjut ke dua bab selanjutnya. Yup, betul sekali. Selang dua hari gue bakalan nyicil dua bab. Sehari gue lakukan istirahat sejenak. Memang, waktu belajar yang teratur seperti ini bagus sekali buat dilakukan.
Dan, apakah gue bakalan mengalami keteraturan seperti yang gue alami saat ini ketika mengambil pasca sarjana maupun saat kerja kelak? Mudah-mudahan jadwal yang gue jalani malah lebih teratur, lebih tertata, lebih rapi. Jadi, lebih bisa gue jalani baik secara efektif maupun secara efisien. Mudah-mudahan! Aamiin!

Nah, mari kita berlanjut kepada Bab 5. Bab ini punya judul "Implementasi Sistem Terintegrasi oleh Para Guru". Sub bab pertama berjudul "5.1 Silabus Sistem Terintegrasi" yang berbicara tentang bagaimana Wakasek menjadi pemimpin sistem ini dengan merancang sistem terintegrasi melalui silabus. Tentu saja, silabus ini hanya dimiliki oleh sekolah ini. Sub bab kedua berjudul "5.2 Sistem Terintegrasi di Mata Ajar Biologi" yang berbicara mengenai bagaimana guru dan murid belajar di kelas tentang sistem terintegrasi antara Biologi dengan Agama Islam. Sub bab ketiga berjudul "5.3 Sistem Terintegrasi di Mata Ajar al-Quran" yang berbicara mengenai bagaimana guru dan murid belajar di kelas tentang sistem terintegrasi pada mata ajar muatan lokal ini. Mata ajar ini memang sih, begitu kental terhadap religi. Tetapi, pada kenyataannya saat observasi toh juga masih banyak ngomongin soal kesuksesan dunia (dan akhirat). Di situ tuh letak sistem terintegrasinya. Sangat baik! Nah, sub bab terakhir pada bab ini berjudul "5.4 Sistem Terintegrasi di Bimbingan Konseling".. Sama seperti yang di atas, tapi... Bedanya... Gue jadi guru pengganti di sini! X"D Kebetulan sekali guru yang bersangkutan tidak bisa hadir karena harus menjenguk ibundanya yang sedang sakit di kampung halamannya. Karena BK merupakan mata ajar motivasi, maka gue memotivasi murid dengan pengalaman gue selama ini. Bagaimana gue bisa bangkit setelah kalah (ya kayak sekarang ini aja. Abis gue tahu bahwa gue kagak bisa lulus pas 4 tahun akibat stag di bagian latar belakang dan ragangan tulisan, gue akhirnya bisa melanjutkan isi skripsi).

Oke, pada intinya sih begitu. Bab 5 ini benar-benar jadi data penelitian gue, terutama menyangkut observasi sebagai partisipan. Maksudnya? Iya, jadi pengamat yang hanya ikut sama kegiatan subjek tanpa mengganggu gugat kegiatan mereka, dalam artian... Tanpa mengikuti kegiatan yang mereka lakukan. Intinya, cuma mengamati saja.
Sekalipun antropologi lebih banyak disarankan memakai observasi partisipasi (kalo yang ini kebalikannya. Mengamati dengan mengikuti kegiatan etnis lokal atau subjek), tetapi banyak juga lho kegiatan penelitian antropologi yang memakai metode observasi sebagai partisipan. Mengapa? Simpel aja, karena subjek tidak mau diganggu gugat. Atau, karena kegiatan subjek memang enggak penting buat dilakukan oleh etnografer/peneliti. Contohnya, kalau ada ritual kematian di Papua Nugini, apakah kita mesti ikut berpartisipasi sama ritualnya? Enggak, kan? Alih-alih kita ikutan juga, eh malah kita yang dikorbanin -,-

Nah, Bab 6 berjudul "Modernitas di SMPIA 3 Bintaro". Jujur, ini merupakan bab yang paling gue senangi! Karena, antropologinya begitu kental. Karena, antropologi kontemporer begitu kerap berbicara mengenai modernitas. Apa sih pengertian modernitas menurut para guru di SMPIA 3 Bintaro? Hal ini terjawab di sub bab pertama yang berjudul "6.1 Pengertian Modernitas dan Praktiknya Menurut Para Guru". Modernitas merupakan kekinian yang ditengarai oleh kemajuan iptek untuk kemajuan Agama Islam. Modernitas harus memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terkena dampaknya. Tetapi, ada manfaat maupun kerugian dalam modernitas. Manfaat yang dapat dipetik ialah mengenai kerja yang semakin efektif dan efisien. Jadi, sekolah semakin mudah untuk menggapai tujuan ajarnya dengan tenaga yang minimal. Kerugiannya terletak dari penggunanya itu sendiri. Apabila si pengguna menyalahgunakannya, maka akan terjadi kerugian. Misalnya, memakai internet untuk melakukan perpeloncoan (cyber-bullying). Pernah ada kasus itu di sekolah, tentu saja itu begitu menyedihkan :'( . Sub bab kedua berjudul "6.2 Manfaat Modernitas bagi Para Murid" yang membahas tentang bagaimana pemakaian iptek bisa membantu murid menyelesaikan kegiatan sekolah. Misalnya, kehadiran laptop dan komputer sekolah yang bisa digunakan pihak OSIS untuk menyelesaikan proposal acara sekolah. Pintar sekali! Wah, jadi remaja jaman sekarang udah kayak orang dewasa aja, ya. Mereka bisa gunakan laptop untuk menyelesaikan tugasnya. Jaman gue remaja dulu masih pakai pulpen dan kertas biasa, lho :)

Huf.. Yeay! Alhamdulillah, tinggal dua bab lagi! Satu bab buat analisis, dan satu bab lagi buat simpulan. Haah. Seperti biasa gue istirahat dahulu. Main Shift 2: Unleashed seperti biasa. Besoknya baru mulai kerja lagi.

Oke, sekarang Bab 7 alias bab kedua terakhir. Bab ini berjudul "Dualisme Pendidikan dan Modernitas di SMPIA 3 Bintaro". Sub bab pertama bernama "7.1 Dualisme Pendidikan di SMPIA 3 Bintaro". Inti dari sub bab ini mengatakan kalau pada dasarnya, SMPIA 3 Bintaro tidak akan mengalami dualisme pendidikan apabila... Modernitas dikuasai oleh descriptive social norms. Itu sebutan buat norma tertulis yang disetujui oleh pihak yang akan terkena dampak norma tersebut. Dalam konteks ini, ya pihak tersebut ya Civitas Academica. Sedangkan, norma ini perlu punya pedoman. Pedomannya itu ya dari sistem terintegrasi, mau enggak mau. Ya, jadi tata tertib, aturan, dan segala macamnya yang dibikin oleh SMPIA 3 Bintaro harus berlandaskan sistem terintegrasi. Khususnya, segala macam aturan yang menyangkut modernitas seperti pemakaian iptek di sekolah. Nah, soalnya bantahan dari sub bab pertama ini ada di sub bab setelahnya, yaitu "7.2 Modernitas dan Dualisme Pendidikan". Iya, pada praktiknya justru malah sebaliknya! Ada beberapa kejadian yang mengindikasikan terjadinya penyalahgunaan modernitas khususnya pada penggunaan iptek. Kejadian utama yang dihasilkan ialah... Menyontek melalui BBM Group...

(bisaan aja ya anak-anak jaman sekarang? Nyontek bagi mereka buat saat ini bisa melalui BBM Group, lho! Kalau emang BBM Group di-banned, ya beralih aja ke LINE. Kalau LINE juga di-banned, ya ke Whats App! Dan seterusnya, dan seterusnya! Waah! -,-")

Akhirnya, gue sudah sampai ke Bab 8 alias bab terakhir! Bab terakhir ini memberikan simpulan jalan tengah. Jadi, dualisme pendidikan bisa terjadi karena modernitas disalahgunakan. Dualisme pendidikan seperti ini disebut juga dengan "ambivalensi integrasi". Kalau modernitas dilakukan sesuai dengan pedoman sistem terintegrasi, maka dualisme pendidikan tidak akan terjadi.

Hooraay! Alhamdulillah X"D.

Beberapa hari setelahnya, gue memuaskan diri semaksimalkan mungkin untuk berlega-lega, berleha-leha. What a sip of honor! :"D

Minggu depannya, tepatnya di awal November 2014, gue mulai mengumpulkan semua bab itu di loker kerjanya Bu Yasmine. Setelah itu dengan sesegera mungkin gue juga mengumpulkan soft copy-nya via email. Hah.. Oke, minggu depannya, gue mendapatkan feed back 'balikan' dari beliau. Beliau membaca dengan singkat dan berkata, "Saudara sudah betul buat penyampaian materinya. Tapi tolong formatnya diubah. Saudara enggak usah pakai codings segala. Jangan jelasin data hasil penelitian lewat excerpt. Tapi, jelasin aja secara deskriptif.".
Oh?
Gue jadi keinget sama mata kuliah yang dulu pernah gue jalani. Mata kuliah yang bernama Metode Penelitian Antropologi itu mengajari saya bagaimana cara membuat codings kualitatif. Maksudnya, gimana caranya kita sebagai etnografer memasukan data penelitian ke tubuh teks/tulisan dan mengolahnya dengan baik. Gue masih inget banget, ada empat bagian minimal yang mesti dimasukan.
Bagian pertama adalah muka teks. Muka teks itu pendahuluannya codings. Jadi, sebelum memasukkan data codings, kita bikin dulu pengantarnya. Kedua, setelah pengantar kita bikin orienting information, yaitu pemberitahuan apa yang perlu kita tuliskan agar pembaca bisa tahu siapa saja yang ada di codings dan bagaimana ceritanya berjalan. Ketiga, isi data, yaitu hasil mentah yang boleh diedit apabila ada kesalahan tulisan. Keempat alias yang terakhir ialah penutup yang berupa analisis codings dan simpulan.
Iya, jadi yang namanya data codings enggak bisa ditulis secara mentah-mentah. Punya data penelitian yang banyak bukan berarti bisa menghasilkan penelitian yang bagus. Justru malah sebaliknya, kalaupun kita punya data penelitian yang minimal tetapi cara menganalisisnya via codings-nya bagus, ya hasil penelitiannya bisa bagus, lho!
Tapi... Ya saran gue, lebih baik diseimbangin aja, sih. Kalau emang mau bagus, ya data penelitiannya juga mesti banyak, mesti berkualitas, mesti tepat sasaran subjeknya. Sama juga, ya kita harus bisa tampilkan analisis yang bagus. Kita mesti bisa percaya diri ketika kita membuat tubuh penutup codings tersebut melalui analisis yang tajam berikut referensi yang bisa memperkuat argumentasi analisis itu.
"Ingat, bahwa keempat bagian itu bisa diputar-balikkan. Jadi, masing-masing dari kalian boleh lho, membolak-balikkan keempatnya. Misal, kalian boleh bikin codings di awal bagian dulu. Abis itu, baru dilanjutkan sama muka teks. Jadi, ceritanya kalian bikin dulu kisah kalian saat penelitian, baru abis itu menjelaskan keterangan yang ada di kisah tersebut.", kata Ibu Prof. Yunita Triwardani Winarto saat itu juga. Iya, Ibu Prof. YTW inilah yang mengajari saya soal metode antropologi.
Yep. It is all thanks to her that I could survive in methods..
But..!
Saat gue ketemu dengan Bu Yasmine..
"Di, iya. Maksud saya, kamu ubah aja formatnya kayak begini.". Beliau lalu mengambil beberapa tugas yang dibuat oleh mahasiswa selain FISIP, yaitu teknik sipil dan teknik arsitektur. Gue bertanya, "Tugas siapa nih, bu?". Beliau menjawab, "Ini, Di. Dua tugas dari arsitek sama sipil. Dua ini pake pendekatan etnografis, lho. Jadi, coba kamu perhatikan (menunjuk ke arah tulisan dua tugas tersebut). Cara penulisannya cuma deskripsi langsung aja. Jadi, tubuh teks yang kamu tuliskan di skripsi ini bebas pengaruh dari codings versi kamu. Alias, sudah diolah. Paham?".
Gue menjawab, "Paham, bu. Bukan apa-apa, saya menggunakan format ini berdasarkan hasil yang saya dapatkan dari Metode Penelitian Etnografi dan Metode Penelitian Antropologi silam lalu.". Dengan ekspresi teliti, Bu Yasmine bertanya, "Oh? Yang ngajarin kamu dua itu siapa, Di?". Tentu saja gue menjawab, "Bu YTW, bu.". Bu Yasmine berkata, "Oh! Iya, pantesan aja. Nah, jangan-jangan yang ngajarin kamu bikin ragangan itu juga Bu Yunita!". Gue menjawab, "Iyalah, bu. Kan cara bikin ragangan ada di MPA.".
"Enggak, metode ini enggak salah sama sekali, sih. Cuma terkesan ribet aja, karena kamu bakalan kerja dua kali buat mengedit tubuh teks tulisan. Hati-hati, bisa capek kamu. Udah, ikutin saran saya saja, mulai dari sekarang. Jadi, kamu kalau mau bikin ragangan enggak usah detail banget, asalkan kamu paham aja, Di. Kedua, codings enggak perlu dimasukin. Langsung aja diolah. Terus kamu tanya, 'Lah, bu? Terus biar pembaca tahu sumbernya di mana?'. Itu bisa ditaruh di lampiran, atau kamu bikin terpisah sama codings kamu. Jadi, beda jilid, gitu.", kata Bu Yasmine memberikan penjelasan akhir yang sangat singkat namun jelas dan padat.
Gue dengan antusias dan senang hati menjawab, "Siap, bu!".

Hanya dalam waktu sehari gue langsung mengedit semua tulisan tersebut. Enggak susah, kok. Malah, ini jadi salah satu tahapan yang paling mudah di dalam pengerjaan skripsi.

"Bu! Sudah selesai ya, bu. Silahkan dicek kembali.", kata gue kepada beliau via email. Beliau menjawab, "Bagus, Di. Tunggu saya dalam waktu tiga hari, ya. Ada beberapa kerjaan yang mengantri nih, hehe.".

Awww... Ibu Prof. Yasmine Zaky Shahab ini memang benar-benar salah seorang profesor di Antropologi Indonesia yang terbaik! Indonesia beruntung punya cendekiawan kayak beliau. Gini, walaupun beliau saat ini sudah berusia sekitar 70 tahunan (iya! Dalam usia tujuh puluh tahun masih aja digenjot! Masih ngajar, masih bikin penelitian, dan masih menjadi tutor dan mentor penelitian bagi peneliti-peneliti di bawahnya), tetapi produktivitasnya masih tetap dibutuhkan.

Gue masih inget, saat membaca "Corat Coret Koentjaraningrat" ada kisah lucu mengenai Pak Koentjaraningrat dengan Bu Yasmine. Bu Yasmine muda saat itu menjadi salah satu murid pertama Pak Koen. Saat diajari di kelas, Pak Koen berceletuk, "Jadi, apakah saudari Yasmine tetap mau jadi ahli statistik dan kependudukan?". Bu Yasmine muda menjawab dengan kesal, "Tidak, pak!".
Oh, sepertinya saat itu Bu Yasmine muda sudah cukup eneg dengan pelajaran di Antropologi, jadinya mood buat memelihara cita-cita dan impian lagi mengendur...

Tapi...
Tapi...
Tapi...!! (dengan nada Sparta a la Leonidas!!)

Saat ini... Bu Yasmine menjadi salah satu profesor di Antropologi Indonesia yang menjadi ahli di tiga bidang, yaitu statistik dan kependudukan, identitas dan jati diri etnis (terutama mengacu kepada etnis Betawi, walaupun beliau juga begitu terbuka dengan masalah identitas dan jati diri lainnya. Ada salah seorang senior gue yang meneliti soal identitas dan jati diri ojek motor... Dan, yep. Dia langsung berkonsultasi dengan beliau.), dan hal-hal yang berbau Islam. Khusus yang berbau Islam ini, bukan karena kebetulan. Bukan karena beliau merupakan Orang Arab Muslim Indonesia maka beliau mengaji soal yang berbau Islam. Tetapi, karena memang beliau juga berminat dalam soal itu. Enggak kurang dan enggak lebih, tentu saja.
Dan... Gue bercerita mengenai dosen pembimbing gue yang satu ini tanpa mengurangi rasa hormat dan sayang gue terhadap beliau, lho.
Intinya... Gue merasa sangat beruntung ketika bisa dibimbing dalam soal skripsi oleh beliau. Dan gue harap diri ini banyak belajar dari beliau. Gue - jujur aja - pernah menganggap bahwa gue gak bakalan pernah jadi profesor di bidang Antropologi karena jalan untuk mencapai itu begitu sulit, begitu keras.

Tapi, gimana kalau suatu saat itu muncul jadi kenyataan? Iya, tiga puluh tahun lagi, gitu? :")
Harus diimbangi dengan usaha maksimal dan berdoa Kepada-Nya. Usaha tanpa harus neko-neko, alias dengan cara yang halal tentu saja :)

Tiga hari kemudian, gue langsung mendapatkan feed back 'balikan' untuk keterakhir kalinya dari beliau. Katanya, "Di, kita ketemuan tatap muka di Selasa depan, yuk. Saya membaca ulang, ternyata Bab 3 masih belum membicarakan pendapat guru soal sistem terintegrasi. Coba saudara tambahkan opini personal guru, ya.".
Oke, gue mengerti.
Jadi, di Bab 3 akan gue tambahin sub bab ke 3.3 yang berjudul "Opini Personal Guru terhadap Sistem Terintegrasi". Intinya, sub bab ini membicarakan bahwa menurut guru, sistem terintegrasi penting untuk diterapkan karena dengan adanya sistem ini maka murid diajarkan untuk meneladani Rasulullah Saw. Iya, jadi kalau-kalau murid bisa menggunakan sarana iptek untuk kebaikan bersama sekolah atas Nama-Nya, maka murid dianggap sudah bisa meniru suri tauladan dari Baginda Besar. Wah! :D
Setelah gue membetulkan, gue langsung berkonsultasi tatap muka dan beliau... Menyetujui semuanya! X"D

Oh, akhirnya! :"D
Oh, Alhamdulillah!! X"D

"Oke. Sekarang, tugas kamu bikin cover, halaman depan, lembar pernyataan orisinalitas, kata pengantar, ucapan terima kasih, lembar izin publikasi, abstrak dwi bahasa, daftar isi, daftar pustaka, dan glossarium ya. Kenapa mesti pakai glossarium? Karena muncul banyak istilah. Kamu mesti bikin itu. Dan, jangan lupa ya berurutan sesuai dengan abjad. Kalau sudah semua, kumpulkan pada tanggal 4 Desember ya buat di ACC.", tukas Bu Yasmine.

"ACC?", kata gue dengan suara yang kecil.

Bu Yasmine menjawab dengan penuh kepastian, "Iya, nanti bisa di ACC. Batas waktu ngumpulinnya kan tanggal 5 Desember 2014, kan? Oke? Kerjakan langsung, ya. Selesaikan kalau bisa antara hari ini kalau enggak besok. Jangan lama-lama. Biar tanggal 4 nanti kita udah mulai bisa rencanakan waktu sidang skripsi kamu.".

Sontak gue berkata dengan bahagia, "Siap, bu! Terima kasih ya bu buat bimbingan ibu selama ini.".

:"D

Besoknya, gue langsung menyelesaikan "paket terakhir" itu di kampus. Pagi-pagi seperti biasa gue sampai di kampus dan langsung saja berbenah diri di Gedung PLN Nusantara FISIP UI. Iya, gue sih enggak masuk ke gedungnya. Tapi, di situ ada satu colokan listrik sama tempat duduk banyak banget. Tempat ini biasanya jadi tempat tongkrongan Mahasiswa/i Adminisrasi dan juga Mahasiswa Pasca Sarjana.
Hingga suatu kali gue lagi sibuk menyelesaikan urutan abjad pada glossarium, ada seorang bapak-bapak yang duduk di sebelah saya bertanya,
"Mas, permisi. Maaf, saya mau nanya satu hal, boleh?", kata bapak-bapak itu.

Gue langsung mengerutkan mata akibat bingung dan memulai pembicaraan.

Gue: Ada apa, pak? (datang menghampiri beliau)

Bapak2: Ini, nih. Saya kan dapet dua bahan dari BB sama email. Yang dari email sih udah diterima. Tapi kok, yang dari BB cuma bisa satu aja. Yang satunya lagi ke mana?

Aduh. Membingungkan juga.
Hampir aja gue mau bilang, "Ya mana saya tahu, pak!".
Tapi, jangan. Enggak, ada kesan enggak sopan kalau gue langsung berteriak menyahut bapak-bapak seperti itu. Jangan.

Gue: Hmm. Gimana, ya? Apa bisa lewat blue tooth?

Bapak2: Hmm, coba mas ke sini. Utak atikin laptop saya, gih. Saya enggak ngerti.

Gue: (Utak atik, dan celakanya gue enggak nemuin fitur blue tooth. Entah karena emang enggak ada fitur ini, atau emang guenya aja yang bloon -,-") Hmm.. Kok enggak ada, ya? Atau, coba bapak buka email di BB?

Bapak-bapak itu kemudian membuka emailnya yang ada di BB. Ternyata, ada dua bahan yang tercantum di situ. Sontak bapak-bapak itu menyimpan dua data itu di dalam folder "download" HP tersebut.

Bapak2: Hah akhirnya! Makasih banyak ya, mas.

Gue: Enggak masalah, pak. Sama-sama. Oh iya, bapak namanya siapa? Kerja di sini jugakah, pak?

Bapak2: Nama saya Ahmad. Saya jadi mahasiswa pasca sarjana di Departemen Ilmu Politik sini.

Gue: Oh, salam kenal ya, Pak Ahmad! Nama saya Ardi. Saya dari jurusan Antropologi Sosial, masih S1, hehe. Saat ini lagi kerja buat menyelesaikan skripsi.

Bapak2: Oh, kamu lagi bikin skripsi? Wah, mudah-mudahan cepat selesai ya. Selamat bekerja, mas. Kalau saya itu tadi, dua bahan itu tadi buat proyek penelitian yang diadakan oleh pasca sarjana Ilmu Politik.

Gue: Ooh. Oke, Pak Ahmad. Selamat bekerja juga buat Pak Ahmad dan semoga sukses!

Bapak2: Sama2 buat kamu ya!

Hahaha... Pengalaman yang sungguh mengharukan. Kepada orang yang enggak dikenal bukan berarti harus curiga sepenuhnya. Masih banyak kok orang yang enggak kita kenal tetapi baik dan ramahnya minta ampun. Intinya, gampang klop sama kita aja, gitu. :"D

Gue kembali menyelesaikan glossarium hingga selesai. Setelah selesai, gue langsung mencetak semua pekerjaan sisa dan mengumpulkan hard copy tersebut seperti biasa ke loker Bu Yasmine. Soft copy-nya tentu saja menyusul tidak lama setelah gue sampai di rumah dengan selamat :)

________________________________


Beginilah kisah masa tengah pengerjaan skripsi gue yang begitu singkat dan padat. Karena, isinya memang cuma penyelesaian aja. Nanti akan gue lanjutin kepada masa akhir pengerjaan skripsi. Di masa akhir itu nanti bakalan gue ceritain sisa kerjaan akhir untuk persiapan sidang, selesai sidang, saat revisi, selesai revisi, hingga pengumpulan final dan bagaimana gue membuat artikel jurnal. Iya, artikel jurnal jadi PR tambahan bagi mahasiswa angkatan 2009 dan di bawahnya dalam pembuatan karya akhir. Jadi, artikel jurnal yang disesuaikan oleh format American Psychological Association akan memuat ringkasan mengenai skripsi hingga menjadi kurus, minimal 15 halaman dan maksimal 20 halaman. Sedangkan, skripsi yang gue kerjakan ini kan terdiri dari delapan bab dan berjumlah 99 halaman.
Gimana ceritanya tuh kalau gue emang bisa meringkas dari 99 halaman jadi 15 halaman aja!? Tetap ikuti terus dan baca blog ini baik-baik. Gue bakalan nulis kisah-kisah itu di beberapa postingan selanjutnya. Keep reading my dear readers! Gue - Ardi Pritadi - undur diri dulu dari blog ini. Sampai jumpa, salam sejahtera bagi lo semua (baik bagi pembaca, bagi yang enggak membaca, maupun - dan bahkan - yang membenci baik sama blog maupun diri gue ini). Wassalamualaikum Wr. Wb!

:"D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar