Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Sabtu, 17 Januari 2015

Kisah Gue Ngerjain Skripsi: Pengantar Dulu, Deh!

Assalamualaikum Wr. Wb, hai pembaca!

Haah! Udah lama enggak bertemu di postingan selanjutnya! Mohon maaf banget, gue baru bisa menulis. Karena, ya tahulah. Gue butuh waktu buat fokus ngerjain skripsi. Dan, kerjaan ini sifatnya sama sekali enggak main-main, lho. Terbukti, karena kerjaan ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi gue, makanya... Kerjaan ini bisa dikatakan sebagai taruhan terbesar buat hidup gue. Iya, terutama sih buat masa depan gue, lho.

Iya. Skripsi. Sebuah pekerjaan yang punya rasa suka maupun duka. Gue enggak tahu sih bagi orang lain yang ngerjain pekerjaaan itu. Tapi, bagi gue sih rasanya kayak begitu. Rasa duka di skripsi itu banyak. Saat lagi bete, saat lagi galau, saat lagi keganggu, itu sih rasa dukanya. Kalau rasa suka, ya tentu gue bersyukur karena gue masih dikasih kesempatan Oleh-Nya untuk bisa menuangkan karya penelitian, selain praskripsi. Keberhasilan gue mengerjakan skripsi bisa juga dikatakan sebagai satu langkah kecil menuju langkah-langkah besar lainnya. Ada juga rasa suka lainnya, yaitu bisa memberikan kontribusi kecil-kecilan bagi orang-orang yang membutuhkan hasil penelitian gue.

Nah, soal suka duka gue sama skripsi ini bakalan gue bagi menjadi tiga cerita besar. Cerita pertama menyangkut awal pengerjaan skripsi. Jujur aja, di awal ini gue begitu menderita. Sangat tidak lancar. Pahitnya begitu mendalam, menyakiti lahir batin gue. Proses yang begitu menyedihkan, kalau dirasain terus-terusan. Jadi, gue bakalan nyerocosin soal gimana pahitnya Statement of Intent gue diganti, gimana pahitnya soal Bab 1 yang enggak pernah selesai selama empat bulan berturut-turut, gimana pahitnya review buku sebelum menyelesaikan Bab 1, gimana pahitnya gue mencari subjek yang tepat, gimana pahitnya gue meminta izin kepada lokasi penelitian skripsi, dan berbagai kepahitan di awal-awal pengerjaan skripsi gue lainnya.

Walaupun begitu sih, ada juga rasa suka yang gue alami selama gue mengerjakan awal-awal proses skripsi tersebut. Misalnya, gue dapet banyak dukungan dari berbagai subjek di lokasi penelitian. Gue juga dapet banyak dukungan dari dosen pembimbing juga, lho. Gue juga selalu berpikir dan merasa kalau awal-awal ini - yang mana ini merupakan hal yang krusial - adalah masa yang brilian. Masa brilian, ketika gue bisa menumpangkan pemikiran gue mengenai modernitas di dalam pengerjaan skripsi. Iya, awalnya soalnya gue mikir kalau hal ini terlitah begitu impossible, gitu. Eh, kenyataannya bisa, kok. Bukan masalah, asalkan gue tetap memegang teguh niat dan terus berusaha.

Cerita kedua menyangkut tengah-tengah perjalanan di skripsi ini. Kalau boleh gue patokin sih, tepatnya setelah Bab 1 dan Ragangan/Outline Skripsi gue berhasil diterima oleh dosen pembimbing gue yang baik hati itu. Artinya, cerita kedua ini menceritakan suka duka gue ketika sedang menulis materi skripsi. Materinya itu, tentu berkutat dari Bab 2 hingga bab terakhir. Jujur, ini merupakan masa yang paling gue nikmati. Menyenangkan sekali ketika gue tahu kalau gue sudah terbiasa dengan kerjaan tersebut.

Kenapa cerita kedua merupakan cerita yang paling gue suka? Karena, di dalam cerita ini gue begitu menikmati pengerjaan skripsi. Gue boleh, dan berhak menikmati perjuangan gue buat menulis skripsi.

Terakhir nih, cerita ketiga yang menyangkut akhir pengerjaan skripsi. Patokannya itu ya, gimana gue mengurus skripsi buat disidangin. Jujur, di cerita ini gue bakalan dapet banyak banget masalah administratif. Sebuah urusan yang sama sekali enggak gue suka. Di sini, gue bakalan ceritain gimana pahitnya kalau waktu sidang diundur karena dosen pembimbing perlu ikut operasi jantung terlebih dahulu. Di saat yang bersamaan, gue juga dapet masalah keluarga yang juga kerap ngerepotin pengerjaan skripsi. Jujur, skripsi gue sih sebenernya enggak ada sangkut pautnya sama keluarga. Tapi, yang jadi masalah: konsentrasi gue di dalam penyelesaian skripsi itu sih yang sering keganggu akibat masalah keluarga. Yea, at that point I'm so fucked up.

Cerita terakhir ini merupakan cerita yang begitu mengharukan lahir dan batin gue. Di dalam cerita ini, gue sering banget berkata ke dalam diri sendiri, "Akhirnya... Selesai juga! Akhirnya, selesai! Kirain nih skripsi enggak kelar-kelar! Alhamdulillah!". Sekali lagi, gue yakin banget sih kalau yang pernah ngerjain skripsi pasti pernah berpikiran seperti itu ketika ia baru saja menyelesaikan skripsinya. Kalaupun enggak, ya itu artinya terbukti kalau bagi dirinya skripsi bukanlah merupakan pekerjaan yang penting.

Jadi... Gue bakalan menceritakan ketiga fase tersebut.

Sudah siap buat membaca? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar