Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Minggu, 09 Februari 2014

Sekali-kali Hedon: Main Ke Rumah Bayu, Yok

Assalamu'alaikum.
Hai semua, apa kabar? Mudah2an pada sukses semua ya seperti biasa. Dan sampaikan salam sukses ini kepada yang lagi enggak membaca ini juga, jangan lupa ya :D.
Sebelumnya, maaf juga baru ngasih kabar soal tahun baru. Selamat tahun baru 2014. Semoga kita semua sukses. Semoga kita semua semakin cerdas dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Dan semoga... Gue lulus tahun ini... Aamiin. :D

Jadi, apa yang selama ini gue lakuin, tepatnya setelah MPE sudah selesai? Ya, setengah bekerja dan setengah menganggur. Jadilah gue pengacara - pengangguran banyak acara -,-. Kadang gue bekerja buat membantu beberapa adek kelas. Kadang gue bekerja juga buat fokus skripsi. Dan kadang gue bekerja buat mempersiapkan apa-apa yang mesti dipersiapkan buat ke Inggris, Insya Allah tahun depan.

Kadang gue menganggur. Kegiatan menganggur yang gue lakuin gak lain dan enggak bukan ialah bermain bersama teman kampus. Siapapun yang gue temui di kampus - asal gue kenal baik dengan mereka - pasti dengan minimal gue ajak ngobrol. Maksimal gue ajak bermain. Kadang juga diskusi sosial politik budaya. Santai saja sih diskusinya.

Salah satu kegiatan menganggur yang paling gue senangi ialah bermain ke rumah teman, atau mengundang teman main ke rumah gue :D. Menyenangkan sekali.

Pertama-tama, gue diundang buat main ke rumah teman raksasa yang bernama Bayu. Bayu ngajak kita ketemuan di parkiran FISIP jam delapan pagi. Ia menunggu kita dengan memakai mobil raksasanya juga, maksudnya Ford Everest.
Gue menyapanya, sesampainya di parkiran tersebut.

Gue: Amigo, Bayu! XD

Bayu: Haha, Ardi toh. Cie, bawa Avanza.

Gue: Yoi. Nih mobil sekalipun murahan tapi gue isi pake Pertamax lho. Asyik, mobil kayak gini kalau sekalinya dirawat dengan bagus, dipake buat jalan ya bagus juga.

Bayu: Asyik... Kalo gue mah Diesel aja.

Gue: Wah, Diesel ya. Lumayan irit tuh. Eh, btw, ada kegiatan apa, Bay?

Bayu: Ya... Gue lagi siap2 ke Kampung Inggris yang ada di Jawa itu, Di. Lo mau ikut ga? Lo di sana bisa ikut latihan Bahasa Inggris buat persiapan ke Inggris lho. Ke mana sih?

Gue: Brighton County. University of Sussex.

Bayu: Nah...

Gue: Tapi belum yakin juga sih gue. Eh, lo ke sana rencananya kapan?

Bayu: Rencananya... Kira2 akhir Januari sih kalo bisa.

Gue: Bulan depan alias tahun depan ya. Oke, kalo emang gue gak dapet tempat yang pasti buat kursus sama tes Bahasa Inggris ya gue ikut aja ya Bay.

Bayu: Sip. Kabari gue ya. Eh, Giri, Darsya, sama Imam ke mana?

Gue: Katanya tinggal nunggu Imam. Giri sama Darsya udah ada di kos. Imam mau ke kos buat naruhin motor bebeknya dia.

Bayu: Oke. Lanjut yuk ngobrolnya. Eh, btw dosen pembimbing skripsi lo siapa, Di?

Obrolan terus dilanjutkan hingga Imam, Darsya, dan Giri datang ke parkiran FISIP. Gue pergi dulu ke WC, buat pipis. Setelah itu, kita semua berangkat.

Kami mengobrol dengan puas di tengah-tengah perjalanan jauh ini. Imam sama Giri kebetulan sedang berbincang mengenai Hand Phone baru. Darsya dan gue berbincang mengenai Warkop. Dan terkadang gue sama Bayu berbicara mengenai ruwetnya lalu lintas di Jakarta. Kemudian, Bayu menyalakan MP3 di layar radionya dan berkata, "Di... Pasti lo tahu dan suka ini... BGM (Back Ground Music) - nya Ace Combat Zero 'Glacial Skies' sama Chris Daughtry..". Gue menjawab, "Mantap banget! Hey, Daughtry yang American Idol itu ya? Wah gue juga senang banget. Gue sukanya yang 'It's Not Over' bro. Kapan2 masukin aja ke MP3 nya yak...".

Akhirnya kami sampai juga di rumahnya Bayu. Rumahnya yang berada di Rawamangun itu bagus - menurut pandangan gue. Tampilannya begitu klasik tetapi rapi - mirip2 rumah gue. Sebelum masuk ke rumah, kita bertegur sapa terlebih dahulu dengan ayahnya Bayu.

Kamar Bayu. Kamar yang unik. Ada lemari komik, lemari buku pelajaran, dan lemari majalah. Ada beberapa rakitan dan miniatur gundam dan pesawat tempur. Ada juga komputer yang setia menemaninya. Kadang komputer itu digunakan untuk bermain game, kadang juga buat menonton Jack Ass. Hahaha XD.
Tiba2, ayahnya Bayu mengetuk pintu kamar. Ternyata, beliau membawakan kami akan sirup. Baiknya :'D.

Siangnya, kami makan soto. Dengan senyum dan tertawa kecil, gue makan dengan nikmat. Bayu bertanya, "Apa sih Di, senyum2 aja. Baru pertama kali makan soto, ya (tertawa).". Gue menjawab, "Enak aja! Justru itu dia, soto di rumah gue kok mirip banget sama soto di sini.". Imam dan Darsya ternyata menyahut dengan kompak, "Iya, gue juga sama.".
He? Ternyata soto di seluruh Jakarta itu isinya yang beginian2 juga ya. Hahaha, sekalipun isinya sama aja, yang penting rasanya nikmat dan mengenyangkan perut. Fair enough, isn't it? :D

Hingga sorenya, kami akan bersiap menuju ke kampus untuk pulang. Sebelumnya, Bayu bertanya, "Ada apaan lagi ya?". Gue menjawab, "Ada sih satu lagi yang bikin bete hati: judul skripsi. Kirimin ke emailnya Apiz.".
Sontak dia menjawab, "OH IYA! BANTUIN GUE, DI!".
... Tentu saja, gue membantunya dengan sepenuh hati :"D.

Kami akhirnya diantar pulang ke kampus. Dengan kecepatan yang cukup santai di jalan tol - 90 kpj - tiba2 Bayu ditelpon sama ibunya.
"Bay, mama tungguin ya. Yang agak cepat ya.".
Sontak Bayu meninggikan percepatan si Everestnya sebisa mungkin. Dengan tenaga kuda 143 per 5000 RPM, kita semua dibawa olehnya hingga menggapai kecepatan 140 kpj.
Sontak gue berkata pula, "BAY! JANGAN CEPET2 BAY! GUE TRAUMA SAMA KECELAKAAN!!".
Kami tiba di pintu tol keluar secara mendadak. Pintu tol keluar mana gue juga enggak inget, gara2 terlalu terbayangkan dengan kecepatan gila itu. Haduh, mentang2 ibunya Bayu minta cepetan, mentang2 Everest punya tenaga kuda yang berlebih, kita jadinya dibawa cepet juga nih -,-.

Kami akhirnya tiba di jalan. Dengan agak minggir mengikuti angkot yang ngetem, Bayu berkata, "Percaya Di. Nih mobil kalau dibawa 100 kpj kerasa lambat.". Gue menjawab, "Iya, makasih buat pesannya. Daripada mobil gue si Avanza, sekalipun pake Pertamax, kalo dibawa 100 kpj langsung Over-Steering.". Bayu tertawa keras mendengar komentar konyol gue.

"Terima kasih ya Bay. Sampai jumpa dan semoga sukses!". Kami berempat terlebih dahulu singgah di kosnya Giri untuk istirahat. Kami di situ puas2an ngobrol tentang rumahnya Bayu. Hingga akhirnya kami berdebat soal musik.
Oh iya, berbicara soal musik, kami mempunyai kesukaan di genre masing2. Kalau gue biasanya suka sama Nu Jazz sekalipun gue cukup terbuka dengan genre lainnya. Imam suka sama Trance. Darsya suka sama Metal dan Punk Rock. Kalau Giri suka sama Pop.

Darsya: Abang Giri apaan sih. Sukanya sama lagu yang alay2. Kayak ST12, sama Ariel. Apaan tuh!

Giri: Hey, Ariel Noah enggak alay, ya! -,-

Darsya: Haduh, dari dulu kita debat ini mulu... Tapi, gimana industri musik kita enggak berkembang...

Imam: Haha, Darsya serius amat. Santai aja, dengerin nih Trance...

Darsya dan Giri: GAK NGERTII!! -,-

Imam: ???

Gue: Halo semua? Sabar... Jangan berantem...

Gue (lagi): Namanya juga musik. Musik itu soal rasa, soal selera. Masalahnya, rasa dan selera orang maupun kolektif itu beda2. Ciyaelah, gue bijak bener. Masing2 rasa dan selera juga punya kelemahan dan kelebihan masing2. Tinggal gimana kita toleransi ke genre lain aja sih. Kita boleh enggak suka, tapi kita gak boleh benci.

Semua: Hmm...

Darsya: Kalau Kufaku gimana?

Gue: Banyak yang benci Kufaku, ya. Gue kemarin ngobrol ke Damar, katanya Kufaku sebenarnya bisa bagus. Tapi dia banyak salah teknis dan kurang penghayatan. Kalau kedua kesalahan itu enggak terjadi, Insya Allah mereka bisa berkembang.

Darsya: Hahaha, mandek di kesalahan mendasar ya. Kasihan banget.

Gue: Yeah, what a pity. Musik apapun itu asalkan teknis dan penghayatannya maksimal, pasti bagus. No doubt about it, gak diragukan lagi. Gue juga setuju kata si Damar, katanya ketika kedua hal itu sudah maksimal, bukan enggak mungkin kalau penyimaknya bakal mengalami body experience.

Semua: Body experience?

Gue: Hahaha, kita main istilah lagi. Ya maksudnya, ketika jiwa raga kita begitu menghayati musiknya. Nih, yang namanya musik itu pasti seni. Seni itu artinya pesan implisit. Seni itu pasti mau menyampaikan sesuatu secara gak langsung. Kalau suatu lagu mau berbicara tentang kesedihan, out put body experience si penyimaknya adalah keluar air mata.

Semua: Ooh...

Gue: Orang suka meledek satu sama lain karena dia gemas terhadap lagu2 yang enggak bisa membuat dia merasakan body experience di tiap2 liriknya.

Akhirnya, malam telah menanti kehadiran kami. Giri akhirnya menutup pintu kamar kosnya, sedangkan Darsya pulang ke Stasiun. Gue sama Imam pulang ke parkiran dengan motor bebeknya. Gue mengucapkan terima kasih ke Imam karena dia sudah bersedia mengantarkan gue ke parkiran FISIP.

Gue jalan dari kampus jam sembilan malam. Sebuah waktu yang begitu sepi di jalan tol. Gue bisa menikmati gedung2 malam hari dengan damai tanpa kegilaan lalu lintas Jakarta. Akhirnya, gue sampai di rumah dengan kondisi baik tanpa suatu kekurangan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar