Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Minggu, 13 Februari 2011

Skenario 2 - Apakah Gua....?

Hmm?

Tadi, pas gue ngomong sama Yuli, gue sempet keluarin kata2 apa??

"... Termasuk... Pendidikan dipolitisasi..."

Hah?

Itu juga karena gue membaca berita di koran (gak bakal gue sebut namanya)... Ada wacana yang mengaitkan pendidikan dengan politik saat ini...

Aneh... Bahkan gue terakhir kali mendengar bahwa politik masuk ke pendidikan saat pemberontakan PKI... Itupun atas usulan Amir Syarifudin yag sekarang sebenarnya hal tersebut sudah menjadi sejarah lama...

Saat ini, ada wacana yang berbicara mengenai buku yang tidak senonoh lolos dari kurikulum. Itupun bukunya bertemakan tentang politik (dalam artian negatif) ???

Apakah... Apabila gue memakai pikiran kritis gue...

Itu hanya omongan jurnalistik? Bisa saja mereka yang mengungkapkan aksi dengan tulisan2 tersebut ternyata salah...

Tapi...

Lain lagi dengan yang sedang gue alami...

Saat2 pemeloncoan... Dan lagi2 kita membahas itu, dan gak bosen2nya...

Karena terus terang gue sedih..

Ketika mendengar ada kata2 negatif alias denotatif (makna turun alias jelek2)...

Dan itu terkait dengan cita2 dan impian gue...

(Pengajar atau tenaga pendidik yang sukses... Gaetin impian sebagai pemotorik pendidian seperti Kementrian Pendidikan yang sukses dan memajukan nama negara kita...)

Hmm... Merinding gue!

Dan sekarang, saat ini... Apa lagi?

Setelah gue mengikuti berbagai macam perpeloncoan... Mereka semua yang berkuasa secara 'politik' di bidang ini hanya berkata...
"Iya, semua ini ada skenarionya"

....

APA-APAAN INI?

Kenapa dalam dunia sivitas akademika harus ada skenario bohongan??

Gue juga teringat saat pertama kali masuk kelas dan salah seorang teman gue bertanya kepada pengajar... Untung pengajarnya tulus mau mendengarkan dan berdialog dengannya.. Berikut cuplikannnya.. (Tokoh : Temen, Pengajar)

T : Pak, Saya boleh bertanyakah?
P : Boleh, silahkan..
T : Pak, kenapa sih harus ada berbagai macam perkenalan yang ujung2nya bakal MEMELONCOKAN KITA?

Hening...

P : Haha, maksud kamu apa...
T : Aduh Pak, Saya serius... Kenapa harus ada sih yang kayak begitu2an. Kita kan capek...
P : Hehe iya, kita semua emang capek. Makanya, enjoy it ajalah..
T : ... (mulut berbusa) --> Tapi kalo gue juga jadi dia pasti gue juga mikir apa sih yang mesti dinikmatin?
P : Jadi gini. Mengapa mereka semua mengadakan hal yang seperti itu..? Karena mereka ingin agar skill2 baru gampang tersalurkan buat kalian.
T : ... terus Pak??
P : Terus, kalian juga diharapkan mendapatkan kepribadian yang terbaik setelah itu..
T : ....
P : Tenang aja, hehe. Enggak. Kalian gak dipeloncoin kok. Dan kalian akan baik2 saja... Enjoy it, once again!

Hening...

Dua bulan setelah itu, temen itu syok. Iya, dia kaget dan gak bakalan nyangka banget kalo dia dipeloncoin terus menerus. Bahkan ampe setahun kedepannya. Yang artinya : ampe punya junior alias adek kelas lagi...

....

Gue juga mikir...

Kalo ini dilanjutin terus, akan menjadi suatu kebudayaan. Akan menjadi suatu gaya hidup berbarengan yang berbentuk sirkuler. Oke, maksud gue itu NEVER ENDING alias GAK TAMAT2... Kayak mainin Ragnarok aja gitu kalo ngomong perpeloncoan...

Ragnarok itu apa? Coba aja tanyain sendiri ke temen yang suka main game online...

Dan... Sirkulasi berbentuk lingkaran itu... Yang gak berhenti2 itu..
Dari...
Senior ke angkatan gue. Gue ke junior gue. Junior gue ke juniornya junior gue. Juniornya junior gue ampe ke juniornya junior juniornya junior gue...

(PUSINK AKH GUE! NULIS AJA PAKE BAHASA ALIEN SEGALA KAYAK BUKAN ANAK FISIP AJA!!)

Astaghfirullah! Kalau Gue udah berpikir dan merasa bahwa ada hal yang gak bener, maka jangan lakuin hal itu...

Terlebih... Saat mendengar "Ini semua sudah diatur dalam skenario"...
(Tokoh : Gue, Senior)
Gue : Iya kak!
Senior : Nah, elo. Gimana?
Gue : Yah... Kurang baik...
Senior : Hmm? Jangan gitulah! Di sini tujuan kita untuk mendidik kok...
....
????
Apakah kita harus mendidik seseorang dengan cara infantil? Apabila ia diharapkan menjadi orang dewasa tadi...
Apakah kita harus mendidik seseorang dengan cara kekerasan? Apabila ia diharapkan menjadi orang yang baik...
Apakah kita harus mendidik seseorang dengan pura2 menjadi seorang yang berkepribadian yang tidak baik? Apabila ia diharapkan menjadi orang yang berkepribadian baik...

Dan... Gue jadi teringat dengan segala macam fragmentasi2 yang tidak baik.. Terkait dengan masa lalu gue yang penuh dengan perpeloncoan...

Guru 1 : Nah! Kamu lagi ya, ada apa kamu, Di? Otak pinter kok kelakuan eror?
--> What the hell?
Guru 2 : Ah maaf, kamu tugasnya hilang.. Bikin lagi yang baru gak apa apa yaa..
--> Saya tahu Ibu capek ngurusin kerjaan! Tapi, seenggaknya hargai juga donk anak murid yang kecapekan abis ngerjain tugasnya Ibu juga!
Guru 3 : Kamu namanya siapa? Oh itu... Iyah, apalah itu!
--> Lagi kumat Pak? Mending gak usah inget nama Saya!
Guru 4 : (teriak2 keras di depan umum, semua anak ada) Saya gak mau ada kejadian kayak anak itu lagi!!
--> Yang perlu disadari : Yang diomongin Guru itu adalah GUE dan GUE SENDIRI berada di sana... Yah bisa kebayang sendiri betapa melasnya muka gue dan gue menyesal gue punya harga diri yang gak diakui kedaulatannya...
Senior 1 : Hah? Kamu gak tahu konsep?? PAYAH!!
--> Oke2 santai. Kan bisa dipelajari kembali.. Siapa tahu dia gak tahu bukan gara2 gak tahu tapi karena lupa, jawaban kan juga tergantung kapasitas manusia dalam menyimpannya..
Senior 2 : Hahaha, mampus, mampus aja elo!! Aahayy
--> Anjir, gue sumpahin balik baru tahu rasa elo!
Senior 3 : Kalo ada apa2, gampang! SALAHIN ARDIII!!!
--> Yeah, atas dasar apa elo salahin gue? Kalopun gue salah kan gue juga manusia, elo juga manusia, elo gak ngerasa punya kesalahan... Yang justru lebih memalukan daripada guekah??
Senior IPA 4 : Ey, anak IPS kan? GAK PUNYA MASA DEPAN!!
--> Asli, ini ngajak perang banget. Faktanya, abis itu gue ngelaknat dia buat gak lulus UN dan gak bisa masuk ke Perguruan Tinggi. Untung laknat gue gak jadi.. Ampun Ya Allah... Makasih Ya Allah...
Senior IPA 5 : Saya mewakili... Angkatan XX untuk memohon maaf dan terima kasih telah mengikuti kegiatan perkenalan sekolah... Terima kasih...
--> Kak, gue menghargai kakak banget deh buat meminta maaf. Tapi, KENAPA MESTI KAKAK YANG WAKILIN?? Kenapa gak semua minta maaf kayak minal aidin walfaizin aja sekalian?? Karena susahkah?? Atau karena apa?? Atau kenapa enggak temen2 kakak aja yang ngelakuin pemeloncoan aja yang meminta maaf?? Apakah kakak sadar bahwa kakak hanya menjadi ALAT atau OBJEK PERPELONCOAN ANGKATAN KAKAK SENDIRI???? Terlebih kalo faktanya pas di lapangan peloncoan kakak JUSTRU YANG PALING JARANG NGEBENTAK2???? Buat apa, Kak, Buat apa?? Gue hanya kasihan aja ke kakak....
Senior IPA 6 : Siapa tuh yang suka pake baju item?? Ahlah masa depan suram tuh...
--> Brengsek. Gue suka banget warna item, apa hak elo ngatain warna kesukaan gue??
--> Faktanya, senior2 kan ngasih kita kaos oblong buat ngerayain ulang tahun sekolah... Warnanya apa coba...? HITAM....
--> Kalo gue berpikir kritis sekaligus buruk sangka, apa senior tersebut mau ngelaknat gue buat bermasa depan suram bersama dengan warna kesukaan gue? Hmm... Kesimpulan yang salah karena terlalu cepat menarik premis2 (kalo pake perspektif filsafat logika)
Temen 1 : Di, beliin kartu remi deh! Pake duit elo dulu deh!! Cepet2, jangan lambat2!!! Kalo gak dateng kurang dari satu menit, awas ya!!!!
--> Aarrgghh no comment-lah!!

Dan laen sebagenyaa

Ok. Gue tahu kawan2. Kalian pasti menertawakan gue. Atau minimal gue di mata2 kawan2 itu bagaikan anak itik kehilangan induknya - kasihan gitu ngelihatnya. Dan kalian juga pasti bakalan ngeritik gue kayak gini :
- Ah, jangan diambil serius lah
- Ah, jangan dimasukkin ke dalam hati
- Ah, enjoy ajalah Di!
- Ah, cuma sekedar fantasi aja... (kalo mau yang beneran yasudah, ke Ancol aja gih!)
Atau, yang lebih bagus lagi komengnya
- Ya. Nah, itu dia. Namanya juga manusia. Mereka juga punya kesalahan. Senior, Guru, Dosen, siapapun itu yang memeloncokan elo adalah manusia, dan mereka juga mempunyai kesalahan. Maafkanlah mereka. Elo ingat bahwa Allah Maha Pemaaf, bukan? Kalo enggak, coba inget2 lagi :D
(Iya sih, iya, Astaghfirulloh... Cuman itu dia... Gue juga sempet berpikir kayak gitu. Tapi kan kita juga harus tahu bahwa KALAU KITA TIDAK MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK MEMINTA MAAF MAKA JANGAN COBA2 BERBUAT KESALAHAN YANG ENGGAK2. Misalnya, kalau kita gak punya kemampuan untuk mengobati orang yang terluka, buat apa kita melukainya secara fisik??)
Dst

Dan... Apakah di balik ini ada penciptanya...
Allah Swt...
Bentar dulu... Maksudnya.. Pencipta skenario...
Iya, karena seperti kata senior yang bilang kalau semua ini adalah skenario...
Gue jadi heran banget... Kenapa skenario itu harus dibuat. Dengan tujuan apa?
Apabila dengan tujuan mendidik, baguslah. Tapi, apakah, sekali lagi, mendidik harus memakai cara yang koersif (kasar) seperti itu?
Apabila dengan tujuan perpeloncoan seperti pengukuhan status kesenioran (eksistensi gitu, biar ada gep antara 'senior' sama 'junior', ahlah!), tapi.. ya no comment.. Ini jelas2 banget salah...
....
Aloha...
Dan akhirnya, gue juga pengen banget ngeberantas ini semua...
Siapapun yang dibalik pembuatan skenario (gak becus) ini...
Siapapun yang berkuasa dalam bidang 'politik pendidikan' ini...
GUE INGIN MENGHANCURKAN MEREKA SEMUA!
Tentu bukan secara fisik!
Tetapi, dengan cara yang pantas...
Seperti kata Bu Yuni, guru Sosiologi gue pas SMA dulu...
"Siapapun yang melakukan tindakan indisipliner, maka kita harus membunuhnya! Maksudnya, membunuh sifat yang indisiplin itu!!"
Nah... ! Harapannya mah begono!!

Berarti, bersiaplah menuju kemerdekaan! Mari, kita hancurkan segala macem skenario yang gelo! Dan tentu saja, menjadi peserta didik yang terbaik...

Tetapi... (Ada tetapinya??)

Apakah... Mereka semua yang berkuasa...
Mereka semua yang memotori 'politik pendidikan' yang melakukan berbagai macam peloncoan, entah dia bertindak sebagai aktornya, perencananya, maupun, penyuruhnya...
TELAH MENYIAPKAN SKENARIO SEPERTI INI...?

Maksudnya, APAKAH MEREKA MENGINGINKAN BAHWA KITA MELAKUKAN KEGIATAN CRIMINAL RESIPROCAL ATAU BALAS DENDAM BERKELANJUTAN??

KALAU IYA, APAKAH JUSTRU DENGAN CARA YANG SEPERTI INI SEGALA MACAM PRAKTIK PERPELONCOAN AKAN TERUS MENJADI HAL YANG SIRKULER HINGGA KIAMAT NANTI ...???

....

Dan kalau iya... Gue... Bisa... Menjadi... Aktor... Yeah.. Atau agen atau pemeran utama... Praktik perpeloncoan... Gue jadi orang yang dimanfaatin... Seperti kata temen gue yang bernama Anto Yulianto...
Anto : Gue sebenernya juga sebel sama pemelonco2. Tapi, mereka semua yang menjadi penentang kelompok pemelonco2 tersebut... Gue takut mereka hanya akan berhenti kepada kemarahan mereka sendiri... ALIAS SIA2...

So, the resistance is futile..?
(dan, sama tragisnya seperti Ma Chao di Dynasty Warriors 6, saat dia berhasil mengalahkan Cao Cao tapi justru ia merasa bahwa ia menjadi pemeran CHAOS alias KEHANCURAN...)

Ya Allah! Am I the one who begin the chaos..??? This very chaos???

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"

(QS
Al-A'raaf [7] : 96)

2 komentar:

  1. Di, ini semua emang cocok banget ama ayng pernah gw bilang, orientasi B*NGS*T!

    Jawaban gw sekarang: baca Al-Quran, sholat, sama berdoa agar bisa kuat.

    Ada lirik yg gw suka, ada di lagu Driven To Tears karya The Police. Temanya agak beda, tapi nyambung kok.

    BalasHapus
  2. @trickymindful : Hehe, setuju banget sama agan petromax!!

    Iya, emg bener. Sistem sosial seperti itu memang sudah memasyarakat dan membudaya. Sehingga, yah kita yang belum mampu berkuasa secara politik juga pasti akan kebingungan... Mgkn sebingung apa yang gue tulis kayak ini panjang lebar... Atau malah lebih bingung lagi....

    Iya. Lakukan perintah atas Nama-Nya, jadilah pemelajar sejati. Anggap saja, contoh yang tidak baik justru menjadi suatu hal yang konstruktif alias membangun. Karena, Marx pernah bilang, aturan2 gak bisa kejalan KALO GAK ADA PELANGGAR...

    BalasHapus