Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Jumat, 19 September 2014

Senang-senang: Kamu Datang Lama Sekali, Tetapi Pergi Cepat Sekali (2)

"Di, masih inget Ray, kan?", kata Zem dengan polos ketika ia lagi tidur-tiduran di kasur gue dengan nyamannya.
Gue menjawab, "Iya, dong. Si jagoan gitar. Teman SD gue dulu. Malah, dia juga se-SMP dan se-SMA juga sama gue. Sayang, enggak sejurusan sama gue (ketawa).".
Zem lalu beranjak dari gesture tidurnya. Ia berkata, "Kapan-kapan ajakin dia ketemuan yuk. Bentar lagi kan bulan puasa, nih. Ajak aja dia buka bareng. Sekalian sama teman2 SD lainnya, Di. Kalau bisa.". Gue langsung menjawab, "Oh. Boleh2. Eh, iya tapi saran aja nih. Ajak Ray aja. Yang lain enggak usah, soalnya dikit doang sih yang gue kenal. Hmm... Kalaupun yang lain... Si Abi, mau enggak?".

Zem bertanya dengan antusias, "Abi! Abi, apa kabar? Gile, jaman dulu tuh, gue sering diajakin dia main ke rumah lo. Cuma buat mainin Dynasty Warriors 4 di PS2 lo sama Zoo Tycon di komputer lo! (ketawa)".
"Ho? Iya, ya? What a nostalgia.", gue menjawab dengan santun. Iya, iya. Sementara Zem menjelaskan kenangan indah tersebut, sementara pula benak bayangan mengenai kenangan itu terserap di kepala gue - terngiang2 ... Menari dengan indahnya dan sebebas mungkin.

Emang... Masa kanak2 merupakan masa terindah yang (celakanya) tak tergantikan. Saat kita kecil dulu, kita berharap ingin cepat dewasa. Soalnya, orang dewasa bisa apa aja. Tapi, saat kita udah dewasa, kita ingin kembali lagi ke masa kecil (!?). Emang sih, sebagai orang dewasa kita bisa melakukan apa saja. Tetapi, banyak sekali batasan2 yang perlu kita maklumi. Kegiatan2 kita saat itu soalnya dipengaruhi oleh dua hal besar, yaitu tenaga dan biaya! Intinya, kebebasan itu malah dibatasi oleh tenaga dan biaya. Gimana rasanya tuh? Bebas yang enggak bebas? Miris. Betul, enggak? Udah, jawab aja. Emang betul kok jawabannya -,-.

Lanjut lagi ke cerita. Zem lalu berantusias untuk mencari tahu nomor telpon Ray via Facebook dan Twitter. Setelah mengetahuinya, ia langsung mengirim nomor tersebut lewat SMS.

"Nih, ya Di. Nomernya Ray. Disimpan baik2 ya.", kata Zem. Gue menjawab dengan singkat, "Pastinya.".

Gue langsung mengirim SMS ke Ray. Eh, Ray menjawab,
"Di. Apa kabar? Gue denger lo pengen ajakin gue buka bareng ya? Yuk. Ajakin Abi juga kalau bisa, hehe. Sekalian entar kita main gitar bareng. Oh iya, buat nyusun acaranya, mau enggak kita bicarain besok di rumah lo? Gue aja yang main ke rumah lo.".
Hehe, asyiknya. Tentu saja gue setuju dengan pendapatnya.
Setelah itu, gue langsung mengirim SMS ke Abi. Sayangnya, ia menjawab,
"Halooo Dii, apa kabar? Wah, buka bareng? Seru sekali. Sayang gue enggak bisa. Soalnya gue masih ko-as nih. Tebak gue lagi dapet penempatan di mana? Di Tegal... Jadi, selama Ramadhan, gue ada di sana. Maaf banget ya, Di. Salamin buat yang lainnya.".
Oh my fucking God! -,-
Sometimes, fate is cruel, is not it? :(

Abi, sahabat terbaik gue sepanjang masa saat ini emang lagi kuliah di FK Usakti. Berhubung yang namanya dokter itu sebelum Judisium perlu melakukan "simulasi" kedokteran yang disebut dengan co-assistance, saat2 begitu dia pasti sibuk. Rata2, FK itu lulus 4 tahun buat meraih Sarjana Kedokteran, dan dia akan melanjutkan 2 tahun setelah itu buat meraih gelar "Dokter" melaui kegiatan co-ass tersebut. Intinya, co-ass itu isinya adalah kegiatan calon2 dokter dalam seluruh bidang kedokteran yang sebenarnya juga merupakan kegiatan membantu para dokter. Dokter yang dibantu ini juga berstatus sebagai dosen, lho. Karena mereka sekalian menilai calon2 ini. Untuk keterangan selanjutnya, coba deh pembaca tanyain ke kenalan yang kebetulan sedang kuliah di FK, atau kenalan yang sedang bekerja sebagai dokter, atau googling aja sendiri kalau berani.

Urgh! Dalam hati gue: co-fucking-ass-off! -,-

Oke, intinya si Abi enggak bisa dulu buat tahun ini, dan besok Ray akan main ke rumah sore2.

Esok sorenya, Ray main ke rumah gue.
Udah lama enggak ketemu dengan dia. Dia juga pasti juga berpikiran yang sama dengan gue. Walaupun fisik kita berubah, terutama dari suara dan bentuk tubuh, tapi sifat dan sikap tetep aja sama dari dulu.
"Ray, lo kurusan, lho. Dan tinggian. Suaranya juga berubah.", kata gue sesantun mungkin.
"Oh iya? Lo juga, Di. Suara lo makin dalam. Dan lo makin tinggi, dan agak gendutan dari yang dulu. Dulu lo kurus banget.".
Gue gendutan!? Yes! Jarang banget orang yang ngomong kalau gue agak berisi! XD

Sembari menyusun rencana buka puasa bareng besok, gue ngajakin dia main Gran Turismo 6 bareng. Tentu saja: pakai Logitech G27 andalan! XD

Ray: Waw, seru banget, Di. Ketahuan banget deh, bedanya. Kalau pake stik PS jauh lebih gampang daripada pake setir2an ini. Pake setir2an ini jadi kerasa realistis.
Gue: Yoi, dong. Enggak salah beli kan. Gimana, mobilnya enak enggak?
Kebetulan Ray pake mobil Renault Clio Sport 2011. Sebuah mobil sporty yang begitu bersahabat dengan pebalap pemula.
Ray: Enak kok, Di. Di, gantian lo, dong. Capek juga gue nyetir.
Gue: Oke. Sekarang gue pindahin ke Le Mans 24 Minutes Event ya. Gue pake ini aja, ah. Audi R10 TDI. Mesin LMP bertenaga Diesel.
Ray: LMP itu apa?
Gue: Le Mans Prototype. Kelas mobil single seater yang tepat berada di antara GT1 atau GT500 dengan Formula One.
Ray: Ooh.
Gue: Oke... Uh! (rem mendadak) ... Wah, ada Nissan GTR nabrakin Ford GT... Kecelakaan dah berdua itu :(
Ray: Waah!

Akhirnya, waktu maghrib telah tiba! Yuk, abis ngabuh burit di atas kokpit mobil, kita melegakan diir dulu dengan sepiring bubur sumsum dan segelas milo :D. Rasanya lega sekali, Alhamdulillah.

Dan rasa lega itu menambahkan satu kebahagiaan tak ternilai: berbuka bersama salah seorang teman masa kecil di rumah. DI RUMAH! XD

Setelah berbuka, kami melaksanakan ibadah maghrib, tentu saja. Setelah itu.... Kami bingung -,-. Mau ngapain lagi? Kalau Ray pulang sekarang, sayang aja gitu. Walaupun emang waktu udah malam, tapi yang namanya bercengkrama dengan teman dalam waktu yang lama merupakan apresiasi yang bahkan enggak bisa dibayar sama uang sebesar berapapun juga. Sorry, kalimat terakhir gue ini membingungkan karena kepanjangan. Intinya sih, ya mohon ditangkep ya. Maksudnya, salah satu apresiasi terbesar terhadap diri ini ialah dapat bercengkrama dengan lama bersama teman masa kecil.

Teman masa kecil, Ray? Iya. Siapa yang sangka, kalau dulu gue sering saingan buat dapetin ranking 1 sama dia (tapi nyatanya gue kalah melulu?)? Siapa yang sangka, namanya juga teman dekat, kalau dulu gue sering ngatain dia (dan begitu juga dengan sebaliknya! Yang resiprokal aja, sih! XD)? Gimana kalau gue kasih tahu kalau... *a la Morpheus-Matrix* *BGM on: Clubbed to death* *lebay*
Kalau... Gue tahu dan kenal Megaman, Mario Bross, dan Yu-Gi-Oh! dari teman yang bernama Ray ini? XD
... Di saat semua anak2 seumuran gue udah pada tahu mainan2 itu, gue sendiri masih belum tahu! Tahu dari mana terus? Sekali lagi, dari Ray! XD
Iya.. Kalau gue enggak kenal sama dia, gue enggak tahu mainan2 itu. Dan saat ini gue sadar betapa berharganya mainan2 tersebut. Mainan2 itu jadi salah satu kelompok pendamping utama buat belajar... Eh salah, buat santai2 tentu saja. Mainan masa kecil.

"Ray, main GTA V yuk. Sambil nunggu waktu makan malam, hehe", kata gue.
Ray membalas, "Wuih, ada GTA V juga! Yuk2.". Gue jawab, "Asyiik.".

Kami berdua akhirnya main GTA V. Ya, karena main offline dan enggak ada konten multiplayer, akhirnya cuma gue aja yang mainin. Ray menyimak dengan seksama tapi santai.

Gue: Ray, sorry. Kok malah jadi gue yang main. Mau main, enggak?
Ray: Enggak apa-apa, Di. Gue malah lebih suka ngelihat orang yang main. Oh, iya entar aja, Di. Abis lo aja.
Gue: Oke. Gini2 aja sih. Biasa, main GTA kan gitu. Kalau banyak misi, bingung gimana cara mainin misinya. Kalau udah tamat, malah bingung mau ngapain.
Ray: (ketawa)
Gue: (ketawa) ... Tapi sih, sekarang misi bisa di replay lho. Bisa dimainin ulang.
Ray: Oh iya? Cobain dong, Di.

Akhirnya, gue coba mainin misi yang pertama banget. Pertama kali. Sampai di tengah2 ada cut scene antara Michael Townley dengan Trevor Phillips...

Michael: Yeah, you're the real stallion!
Trevor: BAH BAH BAH BAH BAH!

Kami berdua ketawa terbahak2 melihatnya.

"Di, Ray. Makan yuk.", Ka Titi menyapa kami berdua dengan ramah.
"Yuk, Ray.".

Kami berdua lalu makan malam sambil mengobrol soal teman2 SD dan SMP. Berbagai nama muncul untuk mengingatkan kenangan2 indah tersebut. Indika apa kabar? Oh, dia ada di Jerman, toh. Agam apa kabar? Oh, dia baru lulus dari salah satu universitas di Inggris (ya, dia keluar negeri! Gue sendiri kapan ya T_T"). Widi apa kabar? Dulu kerjaannya nyanyi2 Sheila on Seven melulu, sekarang udah tobat dia. Lebih aliman dia daripada gue, kalau kata Zem *!?*. Ismail apa kabar? Oh, emang  gue pikirin. Terakhir gue sama dia berantem, dan agak males ngomongin orang yang satu itu. Sorry ya,

Setelah itu, Ray pulang ke rumah. Iya, hari sudah larut. Waktu sudah menunjukan pukul 09.00 WIB.

Jadi, gue santai2 sama Ray palingan dari pukul 14.30 - 09.00 WIB.

Jujur... Waktu yang sangat sebentar kalau buat santai2... Tapi, kalau waktu sebanyak itu digunakan buat ngerjain skripsi, ngerjain tugas himpunan atau organisasi, ngerjain tugas teman (hah!? What the fuck!), dan berbagai kegiatan2 lain yang belum tentu kita sukai... Adalah waktu yang sangat menyiksa, bukan?

Jadi teringat kata Thomas Hobbes. Filosof yang pemikirannya cukup ribet itu pernah ngajarin gue satu kalimat bermakna, "One of the human's nature is felicity.". Felicity itu maksudnya mengejar kebahagiaan dan menghindari ketidakbahagiaan.

Jadi? Kebahagiaan yang gue pengen itu... Bercengkrama selama mungkin dengan teman masa kecil... Dan ketidakbahagiaan itu kayak macam2nya skripsi, tugas himpunan, sama tugas teman yang super malas?

Kalau buat saat ini, ya iya! -,-"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar