Ini, ada cerita kedua mengenai hedonisme yang belakangan ini sedang gue geluti. Ya, sebenernya enggak hedonis juga sih. Sekedar refreshing, melepas penat atas kegiatan perkuliahan yang cukup melelahkan lahir dan batin.
Kayak judul yang gue kasih di atas itu, ceritanya enggak jauh dari main ke rumah temen. Kalo enggak, main ke rumah gue.
Ada suatu kali gue undang beberapa teman untuk main ke rumah. Enggak cuma main aja, tapi juga nginep. Gue pikir, boleh juga ada acara yang kayak beginian. Toh masih halal juga (enggak ada narkoba, enggak ada miras, dan sebagainya yang membahayakan diri sendiri). Dan toh sebagai anak UI, slogan mahasiswanya enggak boleh kekurangan dari tiga2nya: buku, pesta, dan cinta.
Buku? Udah jadi rahasia umum kalau anak antrop UI selalu (dipaksa) belajar. Enggak cuma buku. Skripsi, jurnal, dokumen tidak diterbitkan alias karbitan, dan sebagainya juga kita telan satu persatu.
Pesta? Anak antrop UI juga terkenal dengan pestanya. Mau itu di lingkungan internal maupun eksternal. Kalau gue, jujur aja sekedar ke lingkungan internal yang lebih dalam lagi alias teman bermain. Kayak yang sekarang ini mau gue lakuin.
Cinta? Nah ini yang susah. Lupain sejenak soal siapapun yang saat ini sedang berhasil mendapatkan pasangan hidupnya, baik dalam artian yang bercanda (baca: pacaran) maupun yang sedang serius (baca: menikah. Iya lho!). Semua anak antrop UI pasti juga mengalami hal ini, baik yang masih berjuang maupun yang udah lulus. Termasuk diri gue. Bedanya, gue masih dalam tahapan cinta monyet sama frienzoned. Cinta monyet dan friendzoned boleh diringkas jadi jones alais jomblo ngenes *forever alone.
Hmm... Kapan ya gue punya pasangan hidup? Minimal berpacaran aja? Dari dulu ampe sekarang gagal melulu. :"(.
Tapi, di samping gue sedih menerima kabar buruk itu, ada kabar baik sih. Kebetulan gue lagi menyendiri, maka gue bisa bebas. Gue bisa fokus terlebih dahulu untuk menyukseskan diri sendiri. Kalau diri ini udah sukses, gue baru bisa berani membuat anak istri di kemudian hari sukses. Ya enggak?
Mengutip dari kata salah seorang sahabat gue yang bernama Tomank, "Di, lo mesti nunggu sukses dulu. Sekali sukses, lo yang dikejar banyak cewek. Abis itu, tinggal pilih salah satu aja kan (tertawa terbahak2)".
Nice said, best man X"D.
Oke, cukup dengan cerita 'cinta'nya.
Mari kita beralih ke cerita 'pesta'.
Suatu kali gue abis bimbingan skripsi untuk pertama kalinya. Abis itu, gue cukup stres karena perlu direvisi secara total *hah! Nah, setelah itu datanglah teman2 yang gue kenal baik.
Giri, Darsya, Zae, dan Imam menunggu gue di luar dan bertanya mengenai kabar gue. Gue jawab, "Cukup buruk, bro". Semuanya langsung memasang tampang berduka cita.
Hingga Zae bertanya, "Di, boleh main ke rumah lo gak? (tertawa) becanda aja kok, Di.". Lalu, gue minta izin ke nyokap. Alhamdulillah nyokap memperbolehkan.
Gue jawab, "Ini kan udah sore, nginep aja ye!".
Sontak Giri, Darsya, dan Imam menyambut berita tersebut dengan suka cita. Tapi, Zae kemudian membalas, "Eh iya Di, tapi gue ada acara di Bandung. Kapan2 aja ya.".
GUBRAK! Zaenya yang ngajak, Zaenya yang enggak bisa. Oh My God LMFAO X"D.
Kita langsung ke Bintaro. Perjalanan dari Depok menuju Bintaro sebenarnya tidak lama karena sudah ada tol JORR. Tapi - udah jadi rahasia umum, sih - yang bikin lama gak lain dan gak bukan ialah MACET. Kebetulan kita pulang di sore hari, maka kita udah pasti berhadapan dengan orang2 pulang pergi pekerja kantoran yang juga pulang.
Kejadiannya juga enggak banget. Di Lenteng Agung ada banyak angkot yang ngetem dan bikin kemacetan. Di situ juga banyak pejalan kaki yang suka nyebrang mendadak. Terus juga, di jalan tol sore2 rame banget. Terus lagi, masuk Bintaro juga macet parah. Belum lagi ada banyak pengendara sepeda motor yang masuk ke jalur yang enggak bener.
Memang seperti itu ya, lalu lintas yang ada di Jakarta dan sekitarnya? Tidak memanusiakan manusia penggunanya?
Kalau udah kayak gitu, mendingan dalam hati kita menjawab, "Yang waras yang ngalah. Yang brengsek ya artinya enggak waras.".
Akhirnya, kita sampai juga di rumah tepat ketika Adzan Maghrib berkumandang dengan syahdunya.
Setelah kita semua menunaikan sholat, kita langsung main2 di kamar gue. Imam mencoba menawarkan gue untuk install Internet Download Manager. Gue setuju. Dan memang itu berguna banget buat laptop gue. Haha, maklum gue gaptek, gue baru tahu banget kalau itu emang berguna.
Darsya dan Giri langsung meminjam TV kecil yang ada di kamar gue. Mereka menonton anime One Piece sambil terus berkomentar dengan seronok. Giri berkata, "Nami toketnya gede banget.". Darsya dan Imam tertawa, dan gue menjawab sesantun mungkin, "Haha, ya iya... Godaan buat jones.".
Gak lama kemudian kami diminta untuk makan malam bersama2. Makan malam bersama keluarga dan teman di rumah merupakan acara yang paling gue tunggu2. Itu membahagiakan lahir dan batin gue, bro. Menyenangkan sekali dapat melihat teman2 bisa bercengkrama dengan keluarga gue. Padahal latar belakangnya beda2 juga. Giri asli dari Cirebon dan pasti berlatar budaya jalur pantura (!?). Darsya orang Minang yang kebetulan merantau ke Ketapang, Kalimantan Barat. Imam adalah orang Jawa Kebumen yang sudah lama enggak pulang kampung dan berdomisili di Jakarta Timur... Jadilah dia setengah Jawa dan setengah Betawi.
Tiga orang baik2 yang sudah cukup merepresentasikan sebagian Indonesia yang baik2... Mereka semua main ke rumah gue dengan niat yang baik juga. Alhamdulillah wa syukurilah :"D.
Setelah makan malam, kami kembali lagi bermain2 di kamar gue. Gue bertanya ke Imam mengenai situs download PSX, dan dia menjawab dengan sempurna. Gue langsung download Gran Turismo dan berencana untuk main besok pagi. Seperti biasa, Darsya dan Imam sedang sibuk menonton One Piece. Suatu anime yang dari dulu ampe sekarang enggak pernah tamat dan selalu menghadirkan cerita yang unik di tiap detail rute perjalanannya, ya enggak? :D.
Eh, gue enggak kuasa menahan kantuk. Gue minta izin untuk tidur, dan semuanya menjawab, "Enggak masalah Di, santai aja.". Gue tidur dengan cukup pulas.
Paginya, gue langsung main GT di laptop. Pas main Arcade di level easy, gue dapet ranking 1. Eh, pas mainnya di level hard, gue dapet ranking terakhir -,-. Lalu, kami diajak untuk sarapan bersama nyokap karena kebetulan nyokap masih ada di rumah. Setelah itu, kami main2 kembali di kamar gue.
Akhirnya, gue anterin mereka semua ke kampus lagi ada sore hari. Wuih, macetnya juga sama aja, enggak karuan. Emang deh, enggak pagi, enggak siang, enggak sore, hampir setiap saat jalanan yang ada di Jakarta dan sekitarnya selalu aja macet. Solusi utama untuk mengatasinya emang cuma satu: SABAR.
Kami sampai di kampus juga tepat ketika Adzan Maghrib berkumandang. Walah2, benar2 perjalanan yang melelahkan. Kita sementara istirahat dulu di kosannya Giri sambil memakan nasi goreng langganan tiga sahabat itu. Terus, kita jalan2 ke Margonda untuk melihat pameran elektronik. Di situ gue disaranin sama Imam untuk membeli kabel ekstensi untuk joystick.
Lah, tadi mainnya pake apaan? Ya, gue pinjem ke Abang Giri dulu. Hehehe. :D.
Setelah membeli dengan tawar-menawar terlebih dahulu, akhirnya kami pulang ke rumah masing2.
'Hedonisme' kedua gue lakuin lagi di awal2 Februari 2014.
Awalnya, gue ke kosannya Giri untuk bercengkrama dengannya terlebih dahulu.
Giri: Di, lo tahu tempat jualan kondom, ga?
Gue: (kaget) Kondom?
Giri: Iya nih, susah banget nih nyarinya.... (tampangnya mengeluh)
Ini ada apa? Pria asal Cirebon itu kok jauh2 ke Jakarta cuma mau cari kondom??
Gue: ... Iya... Entar pas main ke rumah gue kita ke Bintaro Plaza deh, mampir dulu ke sana. Kali2 aja ada.
Giri: Oke broh...
Gue: ... (mikir keras, abisan gue enggak biasa cari2 barang yang begituan) Seinget2 gue sih, di supermarket juga ada kok. Biasanya dekat tempat2 yang jual eskrim, batre, sama permen karet. Berbagai merek sama rasa juga ada kok...
Tiba2 Giri menyahut!
Giri: BUKAN KONDOM YANG ITU, DI! KONDOM BUAT BUNGKUS HAND PHONE!
GUBRAK!
Gue: Yaelah gue kira buat apaan! Gue kira 'kondom' dalam artian yang literal. Gue heran, lo mau seks bebas ke siapa?? Haduh... Gue baru tahu kalau 'kondom' itu nama lainnya bungkus Hape... -,-
Giri: (tertawa sekencang mungkin).
Setelah itu, Giri berkata, "Di, gue udah DL GT nih. Susah banget!". Gue menjawab, "Hahaha, yang namanya seni game balap emang kayak gitu. Enggak ada serunya kalau enggak pernah kalah atau enggak susah sama sekali. Sini, gue bantuin.".
Gak lama kemudian, Darsya datang. Darsya lalu berkata bahwa Imam sedang ada urusan tertentu di rumahnya, maka dia belum tentu bisa ikut. Darsya juga menawarkan sesuatu, "Eh Di, mau main ke rumahnya Imam, enggak? Kita ngangkot aja".
Sontak gue menjawab, "Ayo! Kapan lagi kalau enggak sekarang?".
Akhirnya, kami naik angkot arah Kp. Rambutan dari Margonda. Kebetulan gue duduk tepat di belakang sang supir. Dan ketika gue iseng2 melihat speedometer dan tachometernya...
SPEEDOMETER DAN TACHOMETERNYA ENGGAK NYALA !!??
Ya Allah... Kenapa manajemen angkutan umum sedemikian buruknya!? Mudah2an para patron dan segenap manajer angkutan umum mau lebih memperhatikan keamanan dan kenyamanan transportasinya, ya... :( bukan apa2, keuntungan juga harus disertai dengan keamanan dan kenyamanan supir maupun penumpangnya dong... :"( .
Akhirnya, kami sampai juga di rumah Imam. Rumah yang bertingkat dua itu menyambut kedatangan kami dengan... Seorang anak perempuan kecil..?
Oh, anak perempuan itu bernama Debi. Dia itu adeknya Imam.
Katanya, "Imam! Di luar ada orang yang minta2 uang!".
HAHAHA, KITA DISANGKA PENGAMEN SAMA TUH BOCAH TOH! X"D.
Imam kemudian menyambut kami dengan muka yang cukup kaget. Rupanya dia enggak nyangka kalau kita mau datang ke rumahnya.
"Ardi?". Katanya masih kebingungan. Gue menjawab seadanya, "Hola. Ya dong, lo kan udah pernah main ke rumah gue. Masa gue gak pernah main ke rumah lo.".
Kita langsung menyapa bapaknya Imam. Beliau baik sekali dan langsung mempersilahkan kami untuk ke atas, main2 ke kamarnya Imam maksudnya.
Setelah itu, kami langsung bercengkrama seenak jidat. Darsya dan Imam terus-terusan mengomentari musik Trance yang sedang didengar oleh Imam di MP3nya itu. Gue sama Imam sendiri bercengkrama mengenai minatur dan die cast Gundam dan otomotif roda empat.
Lama-kelamaan, kami langsung menumpahkan gundah gulana akan... Skripsi - suatu musuh abadi mahasiswa S1 (betul, enggak?). Kita semua galau. Imam galau ketemu dengan dosen pembimbingnya. Darsya galau sama hubungan dengan dosen pembimbingnya yang terlampau kaku. Gue juga galau mengenai jadwal pertemuan. Sedangkan Giri galau karena dosen pemimbingnya maksain dia terus buat menghadapi deadline tertentu.
Sore akhirnya ditutup dengan bermain Asphalt 8 di Lumia-nya Imam. Setelah puas2 bermain action racing game tersebut, kami kembali ke UI dengan naik angkot.
Sialnya, di angkot gue nemuin... Untungnya bukan copet atau jambret sih... Tapi, seorang pria muda yang dikelilingi dua gadis. Entah benar entah salah, mereka bertiga kayak Three some bikin acara flirting sendiri... Disertai dengan Boso Jowo *Nosara... :"(
Gadis satu: Mas... Angkot itu sempit, ya...
Gadis dua: Iya, panas pula...
Pria: Hehe... Aku waktu itu pernah kok, dapet angkot yang bagus. Yang punya AC, yang punya TV. udah pernah, belum?
Gadis satu sama gadis dua: Ah, belum... Masa sih, mas..?
Pria: Udah dong... Kalau jadi, kalau mas udah bikin angkot, pasti mas kasih AC sama TV nya... (tertawa dan senyum mesum).
Gadis satu sama gadis dua: Aah... Mas bisa aja... (senyum mesum).
GUBRAK !! Gombalnya enggak jelas, tapi cewek2nya tetep aja kegoda! GRRHH, Ya Allah, kasihanilah hambamu yang masih jones ini... Udah jones, nemu pemandangan yang ngenes pula, makin ngenes aja diri gua!! :"(
Fyuh, sampailah kami di kampus kembali. Setelah itu kami langsung menuju ke rumah gue dan berkegiatan seperti biasanya. Main2 aja.
Makan malam bersama keluarga tetap dilakukan. Seperti biasa gue ngantuk duluan, bersamaan waktunya dengan Darsya dan Giri menonton One Piece.
Gue kebangun jam satu malam.
Gue langsung buka laptopnya Giri. Gue bantuin GTnya dia. Belum tamat sih, tapi seenggak2nya dia udah dapet dua mobil bagus sama uang satu juta kredit. Dua mobil bagus itu ialah Nissan Daishin Sylvia dan Ford GT40 LM Race Car.
Besok paginya, gue sama Darsya tanding CTR. Di saat yang bersamaan Giri mengejar setorannya si dosen pemimbing. Siangnya, kami makan siang dan sholat.
Kata Darsya, "Habis makan, duduk.. Ngantuk... Terus tidur, deh! (tertawa)".
Kata gue, "(tertawa terbahak2)... Iya nih.. (duduk santai) Eh... Sob, gue kok ngantuk ya? Gue pengen tidur dulu, ya! Bangunin gue pas Adzan Ashar".
GUBRAK !! X"D.
Bangun dari tidur, gue langsung sholat dan mandi sore. Setelah itu ke kampus untuk mengatar dua sahabat itu. Sesampainya di kampus, kami istirahat dulu di kosannya Giri sambil seperti biasa makan nasi goreng. Gak lama Giri berkata, "Di, Sya, jagain kosan gue dulu ya. Gue mau beli kondom nih. Ke ITC Depok, nih. Cepet kok, enggak lama.".
Kami mengamini permintaannya. Akhirnya, sembari menunggu kami berdua berbincang mengenai lagu dan musik. Gak lama kemudian, Giri datang dengan tangan kosong disertai tampang melas.
Kami bertanya, "Enggak ada barangnya?". Giri menjawab, "Iya... (melas)".
GUBRAK!
Malam menyambut kami dengan riang gembira. Gue dan Darsya akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya gue di rumah, gue tidur dengan pulas. Gue bersyukur, punya teman dan kejadian yang seperti itu. Sebuah memori indah dari kampus UI buat hidup gue. Sebuah kenangan tak tergantikan. Sebuah hedonisme yang baik2 aja, hehehe :"D.
Ayo Berjuang
Minggu, 16 Februari 2014
Minggu, 09 Februari 2014
Sekali-kali Hedon: Main Ke Rumah Bayu, Yok
Assalamu'alaikum.
Hai semua, apa kabar? Mudah2an pada sukses semua ya seperti biasa. Dan sampaikan salam sukses ini kepada yang lagi enggak membaca ini juga, jangan lupa ya :D.
Sebelumnya, maaf juga baru ngasih kabar soal tahun baru. Selamat tahun baru 2014. Semoga kita semua sukses. Semoga kita semua semakin cerdas dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Dan semoga... Gue lulus tahun ini... Aamiin. :D
Jadi, apa yang selama ini gue lakuin, tepatnya setelah MPE sudah selesai? Ya, setengah bekerja dan setengah menganggur. Jadilah gue pengacara - pengangguran banyak acara -,-. Kadang gue bekerja buat membantu beberapa adek kelas. Kadang gue bekerja juga buat fokus skripsi. Dan kadang gue bekerja buat mempersiapkan apa-apa yang mesti dipersiapkan buat ke Inggris, Insya Allah tahun depan.
Kadang gue menganggur. Kegiatan menganggur yang gue lakuin gak lain dan enggak bukan ialah bermain bersama teman kampus. Siapapun yang gue temui di kampus - asal gue kenal baik dengan mereka - pasti dengan minimal gue ajak ngobrol. Maksimal gue ajak bermain. Kadang juga diskusi sosial politik budaya. Santai saja sih diskusinya.
Salah satu kegiatan menganggur yang paling gue senangi ialah bermain ke rumah teman, atau mengundang teman main ke rumah gue :D. Menyenangkan sekali.
Pertama-tama, gue diundang buat main ke rumah teman raksasa yang bernama Bayu. Bayu ngajak kita ketemuan di parkiran FISIP jam delapan pagi. Ia menunggu kita dengan memakai mobil raksasanya juga, maksudnya Ford Everest.
Gue menyapanya, sesampainya di parkiran tersebut.
Gue: Amigo, Bayu! XD
Bayu: Haha, Ardi toh. Cie, bawa Avanza.
Gue: Yoi. Nih mobil sekalipun murahan tapi gue isi pake Pertamax lho. Asyik, mobil kayak gini kalau sekalinya dirawat dengan bagus, dipake buat jalan ya bagus juga.
Bayu: Asyik... Kalo gue mah Diesel aja.
Gue: Wah, Diesel ya. Lumayan irit tuh. Eh, btw, ada kegiatan apa, Bay?
Bayu: Ya... Gue lagi siap2 ke Kampung Inggris yang ada di Jawa itu, Di. Lo mau ikut ga? Lo di sana bisa ikut latihan Bahasa Inggris buat persiapan ke Inggris lho. Ke mana sih?
Gue: Brighton County. University of Sussex.
Bayu: Nah...
Gue: Tapi belum yakin juga sih gue. Eh, lo ke sana rencananya kapan?
Bayu: Rencananya... Kira2 akhir Januari sih kalo bisa.
Gue: Bulan depan alias tahun depan ya. Oke, kalo emang gue gak dapet tempat yang pasti buat kursus sama tes Bahasa Inggris ya gue ikut aja ya Bay.
Bayu: Sip. Kabari gue ya. Eh, Giri, Darsya, sama Imam ke mana?
Gue: Katanya tinggal nunggu Imam. Giri sama Darsya udah ada di kos. Imam mau ke kos buat naruhin motor bebeknya dia.
Bayu: Oke. Lanjut yuk ngobrolnya. Eh, btw dosen pembimbing skripsi lo siapa, Di?
Obrolan terus dilanjutkan hingga Imam, Darsya, dan Giri datang ke parkiran FISIP. Gue pergi dulu ke WC, buat pipis. Setelah itu, kita semua berangkat.
Kami mengobrol dengan puas di tengah-tengah perjalanan jauh ini. Imam sama Giri kebetulan sedang berbincang mengenai Hand Phone baru. Darsya dan gue berbincang mengenai Warkop. Dan terkadang gue sama Bayu berbicara mengenai ruwetnya lalu lintas di Jakarta. Kemudian, Bayu menyalakan MP3 di layar radionya dan berkata, "Di... Pasti lo tahu dan suka ini... BGM (Back Ground Music) - nya Ace Combat Zero 'Glacial Skies' sama Chris Daughtry..". Gue menjawab, "Mantap banget! Hey, Daughtry yang American Idol itu ya? Wah gue juga senang banget. Gue sukanya yang 'It's Not Over' bro. Kapan2 masukin aja ke MP3 nya yak...".
Akhirnya kami sampai juga di rumahnya Bayu. Rumahnya yang berada di Rawamangun itu bagus - menurut pandangan gue. Tampilannya begitu klasik tetapi rapi - mirip2 rumah gue. Sebelum masuk ke rumah, kita bertegur sapa terlebih dahulu dengan ayahnya Bayu.
Kamar Bayu. Kamar yang unik. Ada lemari komik, lemari buku pelajaran, dan lemari majalah. Ada beberapa rakitan dan miniatur gundam dan pesawat tempur. Ada juga komputer yang setia menemaninya. Kadang komputer itu digunakan untuk bermain game, kadang juga buat menonton Jack Ass. Hahaha XD.
Tiba2, ayahnya Bayu mengetuk pintu kamar. Ternyata, beliau membawakan kami akan sirup. Baiknya :'D.
Siangnya, kami makan soto. Dengan senyum dan tertawa kecil, gue makan dengan nikmat. Bayu bertanya, "Apa sih Di, senyum2 aja. Baru pertama kali makan soto, ya (tertawa).". Gue menjawab, "Enak aja! Justru itu dia, soto di rumah gue kok mirip banget sama soto di sini.". Imam dan Darsya ternyata menyahut dengan kompak, "Iya, gue juga sama.".
He? Ternyata soto di seluruh Jakarta itu isinya yang beginian2 juga ya. Hahaha, sekalipun isinya sama aja, yang penting rasanya nikmat dan mengenyangkan perut. Fair enough, isn't it? :D
Hingga sorenya, kami akan bersiap menuju ke kampus untuk pulang. Sebelumnya, Bayu bertanya, "Ada apaan lagi ya?". Gue menjawab, "Ada sih satu lagi yang bikin bete hati: judul skripsi. Kirimin ke emailnya Apiz.".
Sontak dia menjawab, "OH IYA! BANTUIN GUE, DI!".
... Tentu saja, gue membantunya dengan sepenuh hati :"D.
Kami akhirnya diantar pulang ke kampus. Dengan kecepatan yang cukup santai di jalan tol - 90 kpj - tiba2 Bayu ditelpon sama ibunya.
"Bay, mama tungguin ya. Yang agak cepat ya.".
Sontak Bayu meninggikan percepatan si Everestnya sebisa mungkin. Dengan tenaga kuda 143 per 5000 RPM, kita semua dibawa olehnya hingga menggapai kecepatan 140 kpj.
Sontak gue berkata pula, "BAY! JANGAN CEPET2 BAY! GUE TRAUMA SAMA KECELAKAAN!!".
Kami tiba di pintu tol keluar secara mendadak. Pintu tol keluar mana gue juga enggak inget, gara2 terlalu terbayangkan dengan kecepatan gila itu. Haduh, mentang2 ibunya Bayu minta cepetan, mentang2 Everest punya tenaga kuda yang berlebih, kita jadinya dibawa cepet juga nih -,-.
Kami akhirnya tiba di jalan. Dengan agak minggir mengikuti angkot yang ngetem, Bayu berkata, "Percaya Di. Nih mobil kalau dibawa 100 kpj kerasa lambat.". Gue menjawab, "Iya, makasih buat pesannya. Daripada mobil gue si Avanza, sekalipun pake Pertamax, kalo dibawa 100 kpj langsung Over-Steering.". Bayu tertawa keras mendengar komentar konyol gue.
"Terima kasih ya Bay. Sampai jumpa dan semoga sukses!". Kami berempat terlebih dahulu singgah di kosnya Giri untuk istirahat. Kami di situ puas2an ngobrol tentang rumahnya Bayu. Hingga akhirnya kami berdebat soal musik.
Oh iya, berbicara soal musik, kami mempunyai kesukaan di genre masing2. Kalau gue biasanya suka sama Nu Jazz sekalipun gue cukup terbuka dengan genre lainnya. Imam suka sama Trance. Darsya suka sama Metal dan Punk Rock. Kalau Giri suka sama Pop.
Darsya: Abang Giri apaan sih. Sukanya sama lagu yang alay2. Kayak ST12, sama Ariel. Apaan tuh!
Giri: Hey, Ariel Noah enggak alay, ya! -,-
Darsya: Haduh, dari dulu kita debat ini mulu... Tapi, gimana industri musik kita enggak berkembang...
Imam: Haha, Darsya serius amat. Santai aja, dengerin nih Trance...
Darsya dan Giri: GAK NGERTII!! -,-
Imam: ???
Gue: Halo semua? Sabar... Jangan berantem...
Gue (lagi): Namanya juga musik. Musik itu soal rasa, soal selera. Masalahnya, rasa dan selera orang maupun kolektif itu beda2. Ciyaelah, gue bijak bener. Masing2 rasa dan selera juga punya kelemahan dan kelebihan masing2. Tinggal gimana kita toleransi ke genre lain aja sih. Kita boleh enggak suka, tapi kita gak boleh benci.
Semua: Hmm...
Darsya: Kalau Kufaku gimana?
Gue: Banyak yang benci Kufaku, ya. Gue kemarin ngobrol ke Damar, katanya Kufaku sebenarnya bisa bagus. Tapi dia banyak salah teknis dan kurang penghayatan. Kalau kedua kesalahan itu enggak terjadi, Insya Allah mereka bisa berkembang.
Darsya: Hahaha, mandek di kesalahan mendasar ya. Kasihan banget.
Gue: Yeah, what a pity. Musik apapun itu asalkan teknis dan penghayatannya maksimal, pasti bagus. No doubt about it, gak diragukan lagi. Gue juga setuju kata si Damar, katanya ketika kedua hal itu sudah maksimal, bukan enggak mungkin kalau penyimaknya bakal mengalami body experience.
Semua: Body experience?
Gue: Hahaha, kita main istilah lagi. Ya maksudnya, ketika jiwa raga kita begitu menghayati musiknya. Nih, yang namanya musik itu pasti seni. Seni itu artinya pesan implisit. Seni itu pasti mau menyampaikan sesuatu secara gak langsung. Kalau suatu lagu mau berbicara tentang kesedihan, out put body experience si penyimaknya adalah keluar air mata.
Semua: Ooh...
Gue: Orang suka meledek satu sama lain karena dia gemas terhadap lagu2 yang enggak bisa membuat dia merasakan body experience di tiap2 liriknya.
Akhirnya, malam telah menanti kehadiran kami. Giri akhirnya menutup pintu kamar kosnya, sedangkan Darsya pulang ke Stasiun. Gue sama Imam pulang ke parkiran dengan motor bebeknya. Gue mengucapkan terima kasih ke Imam karena dia sudah bersedia mengantarkan gue ke parkiran FISIP.
Gue jalan dari kampus jam sembilan malam. Sebuah waktu yang begitu sepi di jalan tol. Gue bisa menikmati gedung2 malam hari dengan damai tanpa kegilaan lalu lintas Jakarta. Akhirnya, gue sampai di rumah dengan kondisi baik tanpa suatu kekurangan apapun.
Hai semua, apa kabar? Mudah2an pada sukses semua ya seperti biasa. Dan sampaikan salam sukses ini kepada yang lagi enggak membaca ini juga, jangan lupa ya :D.
Sebelumnya, maaf juga baru ngasih kabar soal tahun baru. Selamat tahun baru 2014. Semoga kita semua sukses. Semoga kita semua semakin cerdas dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Dan semoga... Gue lulus tahun ini... Aamiin. :D
Jadi, apa yang selama ini gue lakuin, tepatnya setelah MPE sudah selesai? Ya, setengah bekerja dan setengah menganggur. Jadilah gue pengacara - pengangguran banyak acara -,-. Kadang gue bekerja buat membantu beberapa adek kelas. Kadang gue bekerja juga buat fokus skripsi. Dan kadang gue bekerja buat mempersiapkan apa-apa yang mesti dipersiapkan buat ke Inggris, Insya Allah tahun depan.
Kadang gue menganggur. Kegiatan menganggur yang gue lakuin gak lain dan enggak bukan ialah bermain bersama teman kampus. Siapapun yang gue temui di kampus - asal gue kenal baik dengan mereka - pasti dengan minimal gue ajak ngobrol. Maksimal gue ajak bermain. Kadang juga diskusi sosial politik budaya. Santai saja sih diskusinya.
Salah satu kegiatan menganggur yang paling gue senangi ialah bermain ke rumah teman, atau mengundang teman main ke rumah gue :D. Menyenangkan sekali.
Pertama-tama, gue diundang buat main ke rumah teman raksasa yang bernama Bayu. Bayu ngajak kita ketemuan di parkiran FISIP jam delapan pagi. Ia menunggu kita dengan memakai mobil raksasanya juga, maksudnya Ford Everest.
Gue menyapanya, sesampainya di parkiran tersebut.
Gue: Amigo, Bayu! XD
Bayu: Haha, Ardi toh. Cie, bawa Avanza.
Gue: Yoi. Nih mobil sekalipun murahan tapi gue isi pake Pertamax lho. Asyik, mobil kayak gini kalau sekalinya dirawat dengan bagus, dipake buat jalan ya bagus juga.
Bayu: Asyik... Kalo gue mah Diesel aja.
Gue: Wah, Diesel ya. Lumayan irit tuh. Eh, btw, ada kegiatan apa, Bay?
Bayu: Ya... Gue lagi siap2 ke Kampung Inggris yang ada di Jawa itu, Di. Lo mau ikut ga? Lo di sana bisa ikut latihan Bahasa Inggris buat persiapan ke Inggris lho. Ke mana sih?
Gue: Brighton County. University of Sussex.
Bayu: Nah...
Gue: Tapi belum yakin juga sih gue. Eh, lo ke sana rencananya kapan?
Bayu: Rencananya... Kira2 akhir Januari sih kalo bisa.
Gue: Bulan depan alias tahun depan ya. Oke, kalo emang gue gak dapet tempat yang pasti buat kursus sama tes Bahasa Inggris ya gue ikut aja ya Bay.
Bayu: Sip. Kabari gue ya. Eh, Giri, Darsya, sama Imam ke mana?
Gue: Katanya tinggal nunggu Imam. Giri sama Darsya udah ada di kos. Imam mau ke kos buat naruhin motor bebeknya dia.
Bayu: Oke. Lanjut yuk ngobrolnya. Eh, btw dosen pembimbing skripsi lo siapa, Di?
Obrolan terus dilanjutkan hingga Imam, Darsya, dan Giri datang ke parkiran FISIP. Gue pergi dulu ke WC, buat pipis. Setelah itu, kita semua berangkat.
Kami mengobrol dengan puas di tengah-tengah perjalanan jauh ini. Imam sama Giri kebetulan sedang berbincang mengenai Hand Phone baru. Darsya dan gue berbincang mengenai Warkop. Dan terkadang gue sama Bayu berbicara mengenai ruwetnya lalu lintas di Jakarta. Kemudian, Bayu menyalakan MP3 di layar radionya dan berkata, "Di... Pasti lo tahu dan suka ini... BGM (Back Ground Music) - nya Ace Combat Zero 'Glacial Skies' sama Chris Daughtry..". Gue menjawab, "Mantap banget! Hey, Daughtry yang American Idol itu ya? Wah gue juga senang banget. Gue sukanya yang 'It's Not Over' bro. Kapan2 masukin aja ke MP3 nya yak...".
Akhirnya kami sampai juga di rumahnya Bayu. Rumahnya yang berada di Rawamangun itu bagus - menurut pandangan gue. Tampilannya begitu klasik tetapi rapi - mirip2 rumah gue. Sebelum masuk ke rumah, kita bertegur sapa terlebih dahulu dengan ayahnya Bayu.
Kamar Bayu. Kamar yang unik. Ada lemari komik, lemari buku pelajaran, dan lemari majalah. Ada beberapa rakitan dan miniatur gundam dan pesawat tempur. Ada juga komputer yang setia menemaninya. Kadang komputer itu digunakan untuk bermain game, kadang juga buat menonton Jack Ass. Hahaha XD.
Tiba2, ayahnya Bayu mengetuk pintu kamar. Ternyata, beliau membawakan kami akan sirup. Baiknya :'D.
Siangnya, kami makan soto. Dengan senyum dan tertawa kecil, gue makan dengan nikmat. Bayu bertanya, "Apa sih Di, senyum2 aja. Baru pertama kali makan soto, ya (tertawa).". Gue menjawab, "Enak aja! Justru itu dia, soto di rumah gue kok mirip banget sama soto di sini.". Imam dan Darsya ternyata menyahut dengan kompak, "Iya, gue juga sama.".
He? Ternyata soto di seluruh Jakarta itu isinya yang beginian2 juga ya. Hahaha, sekalipun isinya sama aja, yang penting rasanya nikmat dan mengenyangkan perut. Fair enough, isn't it? :D
Hingga sorenya, kami akan bersiap menuju ke kampus untuk pulang. Sebelumnya, Bayu bertanya, "Ada apaan lagi ya?". Gue menjawab, "Ada sih satu lagi yang bikin bete hati: judul skripsi. Kirimin ke emailnya Apiz.".
Sontak dia menjawab, "OH IYA! BANTUIN GUE, DI!".
... Tentu saja, gue membantunya dengan sepenuh hati :"D.
Kami akhirnya diantar pulang ke kampus. Dengan kecepatan yang cukup santai di jalan tol - 90 kpj - tiba2 Bayu ditelpon sama ibunya.
"Bay, mama tungguin ya. Yang agak cepat ya.".
Sontak Bayu meninggikan percepatan si Everestnya sebisa mungkin. Dengan tenaga kuda 143 per 5000 RPM, kita semua dibawa olehnya hingga menggapai kecepatan 140 kpj.
Sontak gue berkata pula, "BAY! JANGAN CEPET2 BAY! GUE TRAUMA SAMA KECELAKAAN!!".
Kami tiba di pintu tol keluar secara mendadak. Pintu tol keluar mana gue juga enggak inget, gara2 terlalu terbayangkan dengan kecepatan gila itu. Haduh, mentang2 ibunya Bayu minta cepetan, mentang2 Everest punya tenaga kuda yang berlebih, kita jadinya dibawa cepet juga nih -,-.
Kami akhirnya tiba di jalan. Dengan agak minggir mengikuti angkot yang ngetem, Bayu berkata, "Percaya Di. Nih mobil kalau dibawa 100 kpj kerasa lambat.". Gue menjawab, "Iya, makasih buat pesannya. Daripada mobil gue si Avanza, sekalipun pake Pertamax, kalo dibawa 100 kpj langsung Over-Steering.". Bayu tertawa keras mendengar komentar konyol gue.
"Terima kasih ya Bay. Sampai jumpa dan semoga sukses!". Kami berempat terlebih dahulu singgah di kosnya Giri untuk istirahat. Kami di situ puas2an ngobrol tentang rumahnya Bayu. Hingga akhirnya kami berdebat soal musik.
Oh iya, berbicara soal musik, kami mempunyai kesukaan di genre masing2. Kalau gue biasanya suka sama Nu Jazz sekalipun gue cukup terbuka dengan genre lainnya. Imam suka sama Trance. Darsya suka sama Metal dan Punk Rock. Kalau Giri suka sama Pop.
Darsya: Abang Giri apaan sih. Sukanya sama lagu yang alay2. Kayak ST12, sama Ariel. Apaan tuh!
Giri: Hey, Ariel Noah enggak alay, ya! -,-
Darsya: Haduh, dari dulu kita debat ini mulu... Tapi, gimana industri musik kita enggak berkembang...
Imam: Haha, Darsya serius amat. Santai aja, dengerin nih Trance...
Darsya dan Giri: GAK NGERTII!! -,-
Imam: ???
Gue: Halo semua? Sabar... Jangan berantem...
Gue (lagi): Namanya juga musik. Musik itu soal rasa, soal selera. Masalahnya, rasa dan selera orang maupun kolektif itu beda2. Ciyaelah, gue bijak bener. Masing2 rasa dan selera juga punya kelemahan dan kelebihan masing2. Tinggal gimana kita toleransi ke genre lain aja sih. Kita boleh enggak suka, tapi kita gak boleh benci.
Semua: Hmm...
Darsya: Kalau Kufaku gimana?
Gue: Banyak yang benci Kufaku, ya. Gue kemarin ngobrol ke Damar, katanya Kufaku sebenarnya bisa bagus. Tapi dia banyak salah teknis dan kurang penghayatan. Kalau kedua kesalahan itu enggak terjadi, Insya Allah mereka bisa berkembang.
Darsya: Hahaha, mandek di kesalahan mendasar ya. Kasihan banget.
Gue: Yeah, what a pity. Musik apapun itu asalkan teknis dan penghayatannya maksimal, pasti bagus. No doubt about it, gak diragukan lagi. Gue juga setuju kata si Damar, katanya ketika kedua hal itu sudah maksimal, bukan enggak mungkin kalau penyimaknya bakal mengalami body experience.
Semua: Body experience?
Gue: Hahaha, kita main istilah lagi. Ya maksudnya, ketika jiwa raga kita begitu menghayati musiknya. Nih, yang namanya musik itu pasti seni. Seni itu artinya pesan implisit. Seni itu pasti mau menyampaikan sesuatu secara gak langsung. Kalau suatu lagu mau berbicara tentang kesedihan, out put body experience si penyimaknya adalah keluar air mata.
Semua: Ooh...
Gue: Orang suka meledek satu sama lain karena dia gemas terhadap lagu2 yang enggak bisa membuat dia merasakan body experience di tiap2 liriknya.
Akhirnya, malam telah menanti kehadiran kami. Giri akhirnya menutup pintu kamar kosnya, sedangkan Darsya pulang ke Stasiun. Gue sama Imam pulang ke parkiran dengan motor bebeknya. Gue mengucapkan terima kasih ke Imam karena dia sudah bersedia mengantarkan gue ke parkiran FISIP.
Gue jalan dari kampus jam sembilan malam. Sebuah waktu yang begitu sepi di jalan tol. Gue bisa menikmati gedung2 malam hari dengan damai tanpa kegilaan lalu lintas Jakarta. Akhirnya, gue sampai di rumah dengan kondisi baik tanpa suatu kekurangan apapun.
Langganan:
Postingan (Atom)