Ayo Berjuang

Ayo Berjuang
Pantang Mundur

Selasa, 08 Januari 2013

The Pride of Task Force(d) 2: Kontemplasi

Assalamu'alaikum Wr, Wb. Selamat pagi, hai pembaca!

Apa kabar semua?

Mudah2an pada baik2 semua. :D

Ya, cerita ini merupakan kelanjutan dari cerita gue sebelumnya - yang mana cerita ini menyebutkan suka duka gue dan temen2 seperjuangan gue dalam menghadapi derita 24 SKS. Mending kalo 24 SKS itu semuanya kami sukai dan kami harapkan. Kalo enggak, lantas gimana? Pasrah aja. It's do or die, I think!

Tetapi, Alhamdulillah di samping duka yang lebih banyak daripada sukanya itu, kami semua berhasil - entah kenapa. Kalo kata Adam Smith - ada Invinsible Hand yang mengatur suka duka kami. Ya, kalo kami semua agamis - ada Allah Swt yang senantiasa menyeimbangkan mekanisme bergulirnya roda bahagia dan kesulitan, menjadi kesulitan dan bahagia, dan begitulah seterusnya itu secara normatif guling-guling melulu. Dan gue baru nyadar: bahasa gue yang puitis nan romantis itu, gue bikin akhirnya jadi susah dimengerti, tapi akhir2annya gue bikin becanda. Itulah manusia, labil!

Kelabilan tersebut bikin manusia  perlu mengalami mekanisme perguliran bahagia dan kesusahan itu. Mudah2an Allah Swt gak kesulitan ngurusin kita semua. Makanya, berterima kasihlah Kepada-Nya melalui bersyukur.

Gue baru nyadar. Sekalipun 24 SKS itu gue anggep sebagai penderitaan yang nyata, tetapi gue seringkali luput dari sebuah hal: positive thinking. Mengapa paradigma suu'dzon gak gue balik jadi husnu'dzon? Dunia ini berpasangan. Allah Swt sudah menciptakannya, ada laki dan ada perempuan. Yang tadi itu lho, ada kesulitan emang, tapi kita juga toh bisa bahagia. Antropolog strukturalis elementer Prancis yang pikirannya luar biasa ngejeliimet itu, bernama Claude Levi-Strauss pernah mencitptakan konsep tentang oposisi biner. Kenapa terus gue gak mikir kalo 24 SKS itu merupakan kebahagiaan?

Tengoklah mereka semua yang kurang beruntung, Inna lillahi. Gue pikir dan gue rasa, ada jutaan orang Indonesia yang pengen masuk ke antropologi sosial. Gue salah satu dari orang2 tersebut. Dan gue sendiri yang kepilih! Jutaan lainnya tereliminasi! Kurang apa coba? Kurang ajar...

Sekalipun 24 SKS menghadirkan kepadatan yang berlebihan, tapi paket tersebut mengajarkan kepada gue akan pentingnya disiplin. Almarhum Oma Jo - nenek dari nyokap gue tercinta - senantiasa menyangsikan cucunya ini untuk senantiasa disiplin. Masih untung banget kalo pendidikan formal seperti universitas ini mau menuruti secara implisit apa kata beliau, betul? Kali2 aja kalo gue boleh mikir secara liar.

Sekalipun 24 SKS menghadirkan kelelahan yang teramat sangat, tapi sekalinya gue istirahat (tiduran lah, main game lah. Kalo cowok2 sebaya gue lainnya, masturbasi alias ngocok juga termasuk istirahat kali ya. Eh? LUPAIN KATA2 GUE YANG SATU INI!), otak gue kembali jernih, dan ILMU GUE BERTAMBAH KAYA. GUE SEMAKIN MENGERTI ANTROPOLOGI SOSIAL - INGAT PAS TINGKAT SATU GUE BENER2 BUTA SOAL ANTROP! PATUT DISYUKURI!

Sekalipun 24 SKS menghadirkan kekecewaan gue terhadap 'bahasa program' departemen alias jurusan antropologi sosial ini, tetapi gue bersyukur karena hal tersebut melancarkan ke gue akan batas waktu kelulusan secara normatif. Maksudnya, paket ini terus ngingetin gue, kalo seharusnya lulus itu emang idealnya 4 tahun. Aja. Titik. Kurang dari 4 tahun? Lebih bagus! If you demand more challenge, why not? Belum lagi, paket tersebut kerap menghadirkan ke gue akan kekayaan kajian antropologi sosial.

Kekayaan kajian tersebut - emang dibalut oleh paket yang begitu kaku. Tetapi, kenapa kita enggak jadikan ini sebagai pelajaran saja. Bahwa, kajian-kajain lainnya dapat kita sajikan lebih lanjut lagi. Hal tersebut juga ada baiknya dilakukan secara sukarela. Jadi, perlu ada dialektika atas sistem paket - lagi2 terpaksa gue menodai kesenangan menjadi kedurhakaan terhadap sistem paket tersebut! Gue manusia, jadi sah2 aja kalo gue labil! Sekalipun emang gak bener adanya siih... --> inget2 filsafat Aristoteles: gak bener itu secara materil. Kalo gak sah itu secara formatil. Kalo salah satunya aja gak bener, atau gak sah, maka kesimpulan bakalan rusak! XD --> terbukti bahwa Ardi itu bukan makhluk yang sempurna. Ya, kesempurnaan hanyalah milik Yang Ilahi alias Allah Swt.

Terus, bagaimana dengan anggota yang lainnya? Gonjack dan Nemesis??

Mudah2an mereka juga merasakan hal yang sama dengan gue.

Sekalipun belakangan ini gue belum sempet2in ngobrol sama mereka terkait hal ini, sih.

Soalnya, lagi pada sibuk sama liburannya. Harap maklum.

Libur ini, sekalipun lama: sebulan penuh - tetapi itu bisa jadi sekejap mata apabila kita terlampau berlarut dalam kenikmatannya, betul?

Jadi nikmatinlah! :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar